Misteri Gunung Kelud dan Dendam Cinta Lembu Suro yang Bertepuk Sebelah Tangan

Senin, 25 Januari 2021 - 05:00 WIB
loading...
A A A
"Berdasarkan penelitian Direktorat Geologi Bandung, periode letusan Gunung Kelud terjadi 15 tahun sekali". Mantan Kepala Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana (PVMBG) Surono atau Mbah Rono mengatakan, Gunung Kelud dan Gunung Merapi merupakan tolok ukur para ahli vulkanologi di dunia.

Terutama Kelud. Pembangunan Kantor Vulkanologi pertama tahun 1920 oleh Belanda di Bandung terkait erat dengan Gunung Kelud. "Pembangunanya disebabkan karena letusan Gunung Kelud pada 1919," kata Mbah Rono dalam "Belajar Membumi Bersama Mbah Rono, Memahami Gunung Api, Gempa, Energi Bumi, dan Fenomena Alam di Indonesia" (2015).

Mbah Rono menganalogikan hubungan manusia dengan gunung, yakni khususnya Gunung Kelud, ibarat manusia pinjam uang kepada gunung untuk hidup dan bertani. Saat gunung meminta dikembalikan, yakni dengan cara erupsi, manusia seyogyanya mengembalikannya. Baca Juga: Dampak erupsi, Bandara Adi Soemarmo tutup hingga Minggu

Artinya manusia dan gunung hendaknya senantiasa berdampingan dengan harmonis. "Saya ingin manusia untuk mencoba mengerti apa maunya alam," kata Mbah Rono menambahkan. Begitu dahsyatnya Gunung Kelud saat meletus, sampai sampai Raja Hayam Wuruk (Kerajaan Majapahit) melakukan pemujaan secara khusus di Candi Penataran, Blitar.

Dalam Negarakertagama, Hayam Wuruk sendiri tercatat lahir pada saat Gunung Kelud erupsi. Pemujaan secara khusus kepada Dewa Gunung yang dilakukan Hayam Wuruk, bertujuan untuk meredam amarah sang Kampud atau Gunung Kelud.

Sementara bagi sebagian warga Kabupaten Blitar dan Kediri, erupsi Kelud yang berlangsung periodik dan terus menerus itu, tidak lepas dari cerita kutukan sumpah kuno Raja Lembu Suro. "Kalau orang orang dulu bilang, letusan Kelud terkait sumpah Lembu Suro yang menuntut balas," kata Mistur (70) warga Kecamatan Wonodadi, Kabupaten Blitar.

Syahdan, pada masa awal abad 11, Dewi Kilisuci dari Kerajaan Jenggala, dilamar dua orang raja yang sama sama sakti. Kilisuci merupakan putri sulung Prabu Airlangga, penguasa Kerajaan Kahuripan yang pusatnya di wilayah Kediri sekarang.

Kilisuci yang berparas jelita sebenarnya tidak menginginkan pinangan itu. Sebab kedua raja yang berkompetisi menjadikannya istri adalah manusia yang tidak lazim. Raja yang pertama bernama Lembu Suro. Seorang manusia berkepala sapi atau lembu.

Sedangkan raja yang kedua bernama Mahesa Suro, yakni manusia berkepala kerbau. Karena terkenal digdaya sekaligus kejam, Kilisuci tidak berani terang terangan menolak. Namun ia tidak berhenti memutar otak. Sampai terbit ide meminta syarat yang mustahil dikerjakan.

Di depan Lembu Suro dan Mahesa Suro, Kilisuci menyatakan bersedia diperistri, asalkan keduanya sanggup membuatkan sumur di atas Gunung Kelud dalam waktu semalam. Syarat diperberat lagi dengan mengharuskan masing masing sumur beraroma wangi dan amis.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1754 seconds (0.1#10.140)