Siklus 10 Tahunan Merapi Terlewati dan Munculnya Awan Semar, Ini Pesan Sang Juru Kunci
loading...
A
A
A
SLEMAN - Siklus 10 tahunan Gunung Merapi terlewati sejak letusan dahsyat pada November 2010 karena hingga akhir tahun 2020, BPPTKG belum menaikan tingkat aktivitas Gunung Merapi ke level Awas. Ini berbeda dengan masa krisis sebelumnya. Dimana tahun 2006, status siaga hanya selama satu bulan dan di tahun 2010 hanya butuh waktu lima hari untuk menaikkan tingkat aktivitasnya ke level Awas.
Padahal Status aktivitas Gunung Merapi yang berada di perbatasan Sleman, DIY dengan Magelang, Boyolalu dan Klaten, Jawa Tengah naik dari level II (waspda) ke level III (siaga) per 5 November 2020.
Mengenai Hal ini, Juru kunci Merapi Mas Kliwon Surakso Hargo atau biasa disapa Mbah Asih mengatakan, memang aktivitas intensitas guguran Gunung Merapi terus meningkat. Karena ada getaran di sekitar Gunung Merapi , sehingga dengan adanya getaran, batu-batu kering dan pasir cepat gugur. Kalau tidak ada gerakan kemungkinan kecil ada guguran.
“Guguran keluar, kemungkinan perkembangan pengelembungan gunung dari dalam keluar bisa rontok,” kata Mbah Asih saat dimintai konfirmasi akhir tahun 2020.
(Baca: Gunung Merapi Terus Keluarkan Suara Gemuruh, Waspadai Awan Panas dan Lahar)
Kondisi saat ini, kata dia, statusnya masih Siaga atau level III. Namun ada tidaknya hal khusus lainnya, dirinya tidak mengetahui. Namun menurut BPTTKG saat ini sudah mendekati ke permukaan.
Adanya guguran itu, juga merupakan tanda-tanda alam, selain suara gemuruh. Adanya tanda-tanda alam ini berarti Merapi ada sesuatu. Kemungkinan Merapi akan mengeluarkan erupsi. Namun kapan waktunya tidak mengetahui secara pasti.
“Yo, ditunggu saja, meletusnya kapan, saya tidak tahu. Saya tidak mempunyai mata batin dan tidak pernah bermimpi sebagai firasat,” ungkapnya.
Ditanya soal adanya munculnya awan mirip Semar di Sawangan, Magelang, 12 November 2020 diyakini tanda Merapi akan erupsi, Mbah Asih mengungkapkan, itu kan keyakinan, kalau dirinya tidak.
Semuanya sudah ada yang mengatur, yaitu Allah yang Maha Kuasa. Dirinya pun percaya itu. Gunung adalah mahkluk Allah, dirinya juga makluknya.
“Masalah seperti itu (munculnya awan mirip semar), saya tidak mengerti. Percaya Allah saja, kapan Merapi meletus,” jelasnya.
(Baca juga: Siaga, Guguran Disertai Suara Gemuruh Merapi Terdengar Jelas dari Pos Jrakah)
Untuk keselamatan apa perlu ritual dan tolak bala. Mbah Asih mengungkapkan untuk tolak balanya, yaitu dengan cara berdoa mohon keselamatan kepada Allah sang pencipta. Bagi yang muslim bisa setelah salat wajib maupun salat malam.
“Berdoa kepada Allah, itu yang namanya tolak bala, semoga yang ada di lereng Merapi dan sekitarnya selamat semua,” paparnya.
Selain itu, dengan kondisi Merapi saat, juga meminta kepada warga masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan dan mematuhi semua imbauan dari pemerintah, terutama jika aktivitas di lereng Merapi ada kenaikan.
“Jika aktivitas di lereng meningkat harus selalu waspada,” tandasnya.
Padahal Status aktivitas Gunung Merapi yang berada di perbatasan Sleman, DIY dengan Magelang, Boyolalu dan Klaten, Jawa Tengah naik dari level II (waspda) ke level III (siaga) per 5 November 2020.
Mengenai Hal ini, Juru kunci Merapi Mas Kliwon Surakso Hargo atau biasa disapa Mbah Asih mengatakan, memang aktivitas intensitas guguran Gunung Merapi terus meningkat. Karena ada getaran di sekitar Gunung Merapi , sehingga dengan adanya getaran, batu-batu kering dan pasir cepat gugur. Kalau tidak ada gerakan kemungkinan kecil ada guguran.
“Guguran keluar, kemungkinan perkembangan pengelembungan gunung dari dalam keluar bisa rontok,” kata Mbah Asih saat dimintai konfirmasi akhir tahun 2020.
(Baca: Gunung Merapi Terus Keluarkan Suara Gemuruh, Waspadai Awan Panas dan Lahar)
Kondisi saat ini, kata dia, statusnya masih Siaga atau level III. Namun ada tidaknya hal khusus lainnya, dirinya tidak mengetahui. Namun menurut BPTTKG saat ini sudah mendekati ke permukaan.
Adanya guguran itu, juga merupakan tanda-tanda alam, selain suara gemuruh. Adanya tanda-tanda alam ini berarti Merapi ada sesuatu. Kemungkinan Merapi akan mengeluarkan erupsi. Namun kapan waktunya tidak mengetahui secara pasti.
“Yo, ditunggu saja, meletusnya kapan, saya tidak tahu. Saya tidak mempunyai mata batin dan tidak pernah bermimpi sebagai firasat,” ungkapnya.
Ditanya soal adanya munculnya awan mirip Semar di Sawangan, Magelang, 12 November 2020 diyakini tanda Merapi akan erupsi, Mbah Asih mengungkapkan, itu kan keyakinan, kalau dirinya tidak.
Semuanya sudah ada yang mengatur, yaitu Allah yang Maha Kuasa. Dirinya pun percaya itu. Gunung adalah mahkluk Allah, dirinya juga makluknya.
“Masalah seperti itu (munculnya awan mirip semar), saya tidak mengerti. Percaya Allah saja, kapan Merapi meletus,” jelasnya.
(Baca juga: Siaga, Guguran Disertai Suara Gemuruh Merapi Terdengar Jelas dari Pos Jrakah)
Untuk keselamatan apa perlu ritual dan tolak bala. Mbah Asih mengungkapkan untuk tolak balanya, yaitu dengan cara berdoa mohon keselamatan kepada Allah sang pencipta. Bagi yang muslim bisa setelah salat wajib maupun salat malam.
“Berdoa kepada Allah, itu yang namanya tolak bala, semoga yang ada di lereng Merapi dan sekitarnya selamat semua,” paparnya.
Selain itu, dengan kondisi Merapi saat, juga meminta kepada warga masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan dan mematuhi semua imbauan dari pemerintah, terutama jika aktivitas di lereng Merapi ada kenaikan.
“Jika aktivitas di lereng meningkat harus selalu waspada,” tandasnya.
(sms)