Relaksasi Pembatasan Sosial di Jabar Bakal Diterapkan Secara Hati-hati
loading...
A
A
A
BANDUNG - Pemprov Jawa Barat terus mematangkan rencana pelonggaran (relaksasi) kebijakan pembatasan sosial, mulai dari aspek kesehatan, ekonomi, hingga sosial.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Jabar Berli Hamdani mengatakan, kebijakan relaksasi pembatasan sosial harus diterapkan secara hati-hati dan penuh perhitungan.
"Pemda Provinsi Jabar sedang mengerahkan dan menampung pendapat dan kajian para ahli dari berbagai aspek, seperti kesehatan, ekonomi, bahkan sosial. Mudah-mudahan hasilnya segera bisa disampaikan," kata Berli, Rabu (13/5/2020).
Menurutnya, penguatan koordinasi, penerapan aturan pembatasan sosial berskala besar (PSBB), dan edukasi masyarakat, menjadi upaya-upaya yang diambil Pemprov Jabar, agar kasus COVID-19 bisa melandai pada Juni mendatang.
"Koordinasi dengan Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Nasional maupun Gugus Tugas Kabupaten/Kota pun ditingkatkan," imbuhnya. (BACA JUGA: Petugas PSBB Bubarkan 12.781 Kali Kerumunan Massa, Kabupaten Karawang Paling Banyak )
Beragam upaya tersebut, lanjut Berli, akan menentukan pengendalian COVID-19 di Jabar, termasuk upaya pengetesan masif dengan metode teknik polymerase chain reaction (PCR) atau tes swab selama PSBB tingkat Provinsi Jabar diberlakukan, agar diperoleh peta persebaran COVID-19 yang tepat.
Hingga saat ini, Pemprov Jabar telah melakukan 105.834 rapid diagnostic test (RDT) di 27 kabupaten/kota se-Jabar, instansi pemerintah, dan institusi pendidikan di Jabar. Hasilnya, sebanyak 2.924 warga Jabar terindikasi positif COVID-19 atau reaktif.
Sebagai tindak lanjut hasil tes cepat tersebut, Pemprov Jabar kemudian menggelar tes swab bagi warga terindikasi positif COVID-19. Hasilnya, 231 warga Jabar dinyatakan positif COVID-19.
"Ada banyak hal yang menjadi pertimbangan, termasuk psikologis masyarakat. Kemudian yang menjadi pertimbangan pelonggaran PSSB adalah kegiatan ekonomi masyarakat. Tentu saja, kegiatan ekonomi harus disertai dengan jaga jarak dan disiplin kenakan masker," paparnya.
"Dua tes masif (baik dengan metode RDT maupun PCR) sudah cukup optimal dijalankan dan sudah melibatkan semua kabupaten/kota se-Jabar. Hanya kami sedang mempercepat analisa hasil dari tes masif yang dilakukan," tambah Berli. (BACA JUGA: Manfaatkan PSBB Jabar untuk Lakukan Pungli, Polisi Ringkus Lima Orang )
Berli menekankan, berbagai upaya tersebut harus disertai kedisiplinan masyarakat dalam menjaga jarak dan membatasi pergerakan manusia karena hal itu berpengaruh besar dalam upaya menghentikan rantai penularan dan pengendalian COVID-19.
"Masyarakat diharapkan dapat bekerja sama dan mendukung penuh pemberlakuan PSBB tingkat provinsi ini. Bentuk partisipasi masyarakat ini dapat berupa upaya-upaya mandiri, baik perorangan maupun kelompok dalam menegakkan dan menerapkan protokol kesehatan," katanya.
PSBB Lebih Ketat, Wabah COVID-19 Diprediksi Tuntas Kurang dari Sebulan
Sementara itu, epidemiolog dari Universitas Padjadjaran (Unpad), Pandji Fortuna Hadisoemarto menekankan, pembatasan pergerakan masyarakat amat krusial dalam menekan kasus COVID-19 di Jabar.
Menurutnya, semakin kecil presentase pergerakan masyarakat, semakin cepat pandemi COVID-19 dapat ditanggulangi. Kesimpulan tersebut didapat berdasarkan permodelan yang dia buat.
"Jadi permodelan saya itu membuat simulasi bagaimana COVID-19 akan menyebar di Jabar dengan skenario. Pertama, skenarionya kondisi sekarang. Nampaknya, walau PSBB sudah berhasil menurunkan transmisi, tetapi masih ada sisa transmisi yang menyebabkan adanya kasus-kasus baru setiap hari," jelasnya.
Jika pergerakan masyarakat tidak dapat ditekan lagi, kata Pandji, maka pandemi COVID-19 baru bisa teratasi hingga tiga tahun ke depan. Oleh karenanya, Pandji mengimbau agar pergerakan masyarakat dapat ditekan lagi.
"Intinya apa? PSBB ini saya simulasikan dengan pengetatan sedikit lagi saja, itu kita bisa mempercepat habisnya wabah COVID di Jabar dalam waktu kurang dari satu bulan," ucapnya. (BACA JUGA: MUI Jabar Belum Bisa Bersikap soal Salat Id saat Wabah COVID-19 )
"Pada dasarnya, permodelan yang saya buat menyimpulkan bahwa kita tinggal mengetatkan sedikit lagi saja, agar terjadi penurunan dengan cepat itu bisa terjadi," pungkasnya.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Jabar Berli Hamdani mengatakan, kebijakan relaksasi pembatasan sosial harus diterapkan secara hati-hati dan penuh perhitungan.
"Pemda Provinsi Jabar sedang mengerahkan dan menampung pendapat dan kajian para ahli dari berbagai aspek, seperti kesehatan, ekonomi, bahkan sosial. Mudah-mudahan hasilnya segera bisa disampaikan," kata Berli, Rabu (13/5/2020).
Menurutnya, penguatan koordinasi, penerapan aturan pembatasan sosial berskala besar (PSBB), dan edukasi masyarakat, menjadi upaya-upaya yang diambil Pemprov Jabar, agar kasus COVID-19 bisa melandai pada Juni mendatang.
"Koordinasi dengan Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Nasional maupun Gugus Tugas Kabupaten/Kota pun ditingkatkan," imbuhnya. (BACA JUGA: Petugas PSBB Bubarkan 12.781 Kali Kerumunan Massa, Kabupaten Karawang Paling Banyak )
Beragam upaya tersebut, lanjut Berli, akan menentukan pengendalian COVID-19 di Jabar, termasuk upaya pengetesan masif dengan metode teknik polymerase chain reaction (PCR) atau tes swab selama PSBB tingkat Provinsi Jabar diberlakukan, agar diperoleh peta persebaran COVID-19 yang tepat.
Hingga saat ini, Pemprov Jabar telah melakukan 105.834 rapid diagnostic test (RDT) di 27 kabupaten/kota se-Jabar, instansi pemerintah, dan institusi pendidikan di Jabar. Hasilnya, sebanyak 2.924 warga Jabar terindikasi positif COVID-19 atau reaktif.
Sebagai tindak lanjut hasil tes cepat tersebut, Pemprov Jabar kemudian menggelar tes swab bagi warga terindikasi positif COVID-19. Hasilnya, 231 warga Jabar dinyatakan positif COVID-19.
"Ada banyak hal yang menjadi pertimbangan, termasuk psikologis masyarakat. Kemudian yang menjadi pertimbangan pelonggaran PSSB adalah kegiatan ekonomi masyarakat. Tentu saja, kegiatan ekonomi harus disertai dengan jaga jarak dan disiplin kenakan masker," paparnya.
"Dua tes masif (baik dengan metode RDT maupun PCR) sudah cukup optimal dijalankan dan sudah melibatkan semua kabupaten/kota se-Jabar. Hanya kami sedang mempercepat analisa hasil dari tes masif yang dilakukan," tambah Berli. (BACA JUGA: Manfaatkan PSBB Jabar untuk Lakukan Pungli, Polisi Ringkus Lima Orang )
Berli menekankan, berbagai upaya tersebut harus disertai kedisiplinan masyarakat dalam menjaga jarak dan membatasi pergerakan manusia karena hal itu berpengaruh besar dalam upaya menghentikan rantai penularan dan pengendalian COVID-19.
"Masyarakat diharapkan dapat bekerja sama dan mendukung penuh pemberlakuan PSBB tingkat provinsi ini. Bentuk partisipasi masyarakat ini dapat berupa upaya-upaya mandiri, baik perorangan maupun kelompok dalam menegakkan dan menerapkan protokol kesehatan," katanya.
PSBB Lebih Ketat, Wabah COVID-19 Diprediksi Tuntas Kurang dari Sebulan
Sementara itu, epidemiolog dari Universitas Padjadjaran (Unpad), Pandji Fortuna Hadisoemarto menekankan, pembatasan pergerakan masyarakat amat krusial dalam menekan kasus COVID-19 di Jabar.
Menurutnya, semakin kecil presentase pergerakan masyarakat, semakin cepat pandemi COVID-19 dapat ditanggulangi. Kesimpulan tersebut didapat berdasarkan permodelan yang dia buat.
"Jadi permodelan saya itu membuat simulasi bagaimana COVID-19 akan menyebar di Jabar dengan skenario. Pertama, skenarionya kondisi sekarang. Nampaknya, walau PSBB sudah berhasil menurunkan transmisi, tetapi masih ada sisa transmisi yang menyebabkan adanya kasus-kasus baru setiap hari," jelasnya.
Jika pergerakan masyarakat tidak dapat ditekan lagi, kata Pandji, maka pandemi COVID-19 baru bisa teratasi hingga tiga tahun ke depan. Oleh karenanya, Pandji mengimbau agar pergerakan masyarakat dapat ditekan lagi.
"Intinya apa? PSBB ini saya simulasikan dengan pengetatan sedikit lagi saja, itu kita bisa mempercepat habisnya wabah COVID di Jabar dalam waktu kurang dari satu bulan," ucapnya. (BACA JUGA: MUI Jabar Belum Bisa Bersikap soal Salat Id saat Wabah COVID-19 )
"Pada dasarnya, permodelan yang saya buat menyimpulkan bahwa kita tinggal mengetatkan sedikit lagi saja, agar terjadi penurunan dengan cepat itu bisa terjadi," pungkasnya.
(awd)