Produksi Pertanian Meningkat, Isu Kelangkaan Pupuk Dibantah
loading...
A
A
A
BANTAENG - Produksi pertanian di Kabupaten Bantaeng mengalami peningkatan sepanjang tahun 2020 jika dibandingkan dengan tahun 2019 lalu. Hasil produksi pertanian ini sekaligus membantah isu kelangkaan pupuk yang terjadi di Kabupaten Bantaeng .
Data dari Dinas Pertanian Kabupaten Bantaeng menyebutkan, produksi pertanian padi meningkat sebesar 3,22 persen. Rata-rata lahan pertanian di Bantaeng bisa memproduksi 52,40 kwintal padi per hektare pada tahun 2020.
Sedangkan pada tahun sebelumnya, produksi pertanian di Bantaeng hanya berada pada angka 50,76 kwintal per hektare.
"Dari data ini, lahan pertanian di Bantaeng tetap subur. Buktinya, rata-rata produksi padi per hektare meningkat," jelas Kepala Seksi Pupuk dan Alsintan Dinas Pertanian Bantaeng , Nursalam, Minggu (13/12/2020).
Dia menambahkan, data ini pula sekaligus membantah terjadinya kelangkaan pupuk di Bantaeng . Karena faktanya, lahan pertanian di Bantaeng mengalami kenaikan produksi. Jika terjadi kelangkaan pupuk , seharusnya lahan pertanian di Bantaeng mengalami penurunan produksi per hektare.
Nursalam juga mengakui, di beberapa kecamatan sempat mengalami penurunan jumlah luas tanam. Hal ini akibat banjir dan musim kemarau. Dampaknya, ada sekitar 0,34 persen potensi produksi pertanian yang tergerus.
Dampak banjir terhadap jumlah luas tanam terasa di Kecamatan Bissappu dan Bantaeng. Sedangkan dampak kemarau terasa di Kecamatan Pa'jukukang dan Gantarangkeke.
"Bissappu dan Bantaeng karena dampak tanggul cekdam jebol, dan dampak perubahan iklim curah hujan cukup rendah di Kecamatan Pajukukang dan Gantarangkeke sehingga ada penurunan luas tanam," urainya.
Hal yang sama juga berlaku untuk tanaman jagung. Nursalam mengatakan, produksi pertanian jagung di Bantaeng juga ikut meningkat. Setiap lahan pertanian di Bantaeng mengalami peningkatan produksi tanaman jagung 60,76 kwintal per hektare tahun ini. Jumlah ini mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya yang hanya berada pada angka 59,60 kwintal per hektare.
"Artinya, lahan pertanian jagung di Bantaeng tetap mengalami peningkatan produksi," jelas dia.
Sayangnya, luas tanam lahan pertanian jagung di Bantaeng juga ikut mengalami penurunan tahun ini. Dari total 297 hektare pada tahun 2019, menjadi 25,584 hektare tahun ini.
"Luas pertanaman jagung 2020 dibanding 2019 mengalami penurunan karena ada alih komoditi ke tanaman kacang tanah dan kacang hijau khususnya pertanaman jagung dilahan sawah pada masa tanam Agustus, September, dan Oktober. Sehingga tahun 2020, luas pertanaman kacang tanah dan kacang hijau meningkat," kata Anggota Komisi Pengawas Pupuk dan Pestisida (KP3) ini.
Sementara itu, Asisten II sekaligus Ketua KP3 Bantaeng , Syamsu Suli mengatakan, pada tahun anggaran 2021, pemerintah telah mengalokasikan pengadaan pupuk urea bersubsidi sebagai tambahan alokasi dari pemerintah pusat untuk mengatasi kelangkaan.
"Jadi di tahun 2021 mendatang kita sudah alokasikan anggaran untuk mengatasi kelangkaan pupuk urea. Sehingga peningkatan pertanian bisa terus digenjot," ucapnya.
Syamsu menerangkan, kelangkaan yang terjadi bukan pada pupuk bersubsidi, melainkan pupuk urea.
"Kenaikan produksi pertanian karena petani semakin sadar menggunakan pupuk berimbang dan pupuk organik serta pupuk cair yang ramah lingkungan," pungkasnya.
Data dari Dinas Pertanian Kabupaten Bantaeng menyebutkan, produksi pertanian padi meningkat sebesar 3,22 persen. Rata-rata lahan pertanian di Bantaeng bisa memproduksi 52,40 kwintal padi per hektare pada tahun 2020.
Sedangkan pada tahun sebelumnya, produksi pertanian di Bantaeng hanya berada pada angka 50,76 kwintal per hektare.
"Dari data ini, lahan pertanian di Bantaeng tetap subur. Buktinya, rata-rata produksi padi per hektare meningkat," jelas Kepala Seksi Pupuk dan Alsintan Dinas Pertanian Bantaeng , Nursalam, Minggu (13/12/2020).
Dia menambahkan, data ini pula sekaligus membantah terjadinya kelangkaan pupuk di Bantaeng . Karena faktanya, lahan pertanian di Bantaeng mengalami kenaikan produksi. Jika terjadi kelangkaan pupuk , seharusnya lahan pertanian di Bantaeng mengalami penurunan produksi per hektare.
Nursalam juga mengakui, di beberapa kecamatan sempat mengalami penurunan jumlah luas tanam. Hal ini akibat banjir dan musim kemarau. Dampaknya, ada sekitar 0,34 persen potensi produksi pertanian yang tergerus.
Dampak banjir terhadap jumlah luas tanam terasa di Kecamatan Bissappu dan Bantaeng. Sedangkan dampak kemarau terasa di Kecamatan Pa'jukukang dan Gantarangkeke.
"Bissappu dan Bantaeng karena dampak tanggul cekdam jebol, dan dampak perubahan iklim curah hujan cukup rendah di Kecamatan Pajukukang dan Gantarangkeke sehingga ada penurunan luas tanam," urainya.
Hal yang sama juga berlaku untuk tanaman jagung. Nursalam mengatakan, produksi pertanian jagung di Bantaeng juga ikut meningkat. Setiap lahan pertanian di Bantaeng mengalami peningkatan produksi tanaman jagung 60,76 kwintal per hektare tahun ini. Jumlah ini mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya yang hanya berada pada angka 59,60 kwintal per hektare.
"Artinya, lahan pertanian jagung di Bantaeng tetap mengalami peningkatan produksi," jelas dia.
Sayangnya, luas tanam lahan pertanian jagung di Bantaeng juga ikut mengalami penurunan tahun ini. Dari total 297 hektare pada tahun 2019, menjadi 25,584 hektare tahun ini.
"Luas pertanaman jagung 2020 dibanding 2019 mengalami penurunan karena ada alih komoditi ke tanaman kacang tanah dan kacang hijau khususnya pertanaman jagung dilahan sawah pada masa tanam Agustus, September, dan Oktober. Sehingga tahun 2020, luas pertanaman kacang tanah dan kacang hijau meningkat," kata Anggota Komisi Pengawas Pupuk dan Pestisida (KP3) ini.
Sementara itu, Asisten II sekaligus Ketua KP3 Bantaeng , Syamsu Suli mengatakan, pada tahun anggaran 2021, pemerintah telah mengalokasikan pengadaan pupuk urea bersubsidi sebagai tambahan alokasi dari pemerintah pusat untuk mengatasi kelangkaan.
"Jadi di tahun 2021 mendatang kita sudah alokasikan anggaran untuk mengatasi kelangkaan pupuk urea. Sehingga peningkatan pertanian bisa terus digenjot," ucapnya.
Syamsu menerangkan, kelangkaan yang terjadi bukan pada pupuk bersubsidi, melainkan pupuk urea.
"Kenaikan produksi pertanian karena petani semakin sadar menggunakan pupuk berimbang dan pupuk organik serta pupuk cair yang ramah lingkungan," pungkasnya.
(agn)