Jembatan Bolong yang Angker hingga Rokok Penolak Murka
loading...
A
A
A
MAMUJU - Bagi setiap warga Sulawesi Barat hingga Selatan atau bahkan luar Sulawesi pun, tidak ada yang tidak kenal dengan Jembatan Bolong, di Desa Takandeang, Kecamatan Tappalang, Kabupaten Mamuju.
Setiap orang yang ingin ke Mamuju, Ibukota Sulawesi Barat (Sulbar) pasti melalui jembatan ini jika memilih jalur darat, karena merupakan trans penghubung Makassar-Mamuju. Dari namanya saja, orang sudah terbayang tentang keangkerannya (bolong) berarti hitam, yang berada di tikungan tajam dengan kondisi jalan dari dua sisi merupakan jalan menurun dan sempit, bukan hanya fisiknya namun aura di sekitar jembatan itu juga hitam (mendung), ditambah lokasinya yang tampak berada di lembah.
Di jembatan ini, sudah banyak nyawa melayang akibat kecelakaan, ada yang disebabkan kerusakan kendaraan, human error hingga menyangkutpautkan dengan hal-hal mistis, apalagi jika terjadi pada malam Jumat. Konon, kecelakaan yang terjadi karena ‘penunggu’ jembatan sedang minta tumbal atau sedang usil mengganggu pengendara yang lewat. (Baca Juga: Kisah Cinta Saudagar Tiongkok Tan Bun An dengan Gadis Palembang Siti Fatimah di Pulau Kemaro)
Tidak jarang beberapa pengendara yang lewat terkadang mengalami mesin mati secara tiba-tiba, atau bahkan sang penunggu jembatan menampakkan dirinya ketika ada yang melewati jembatan tersebut.
Hal itu pun diakui salah seorang warga Pekkabata, Polewali, Sofyan Ibrahim ,40. Dia mengaku sering melewati jalur tersebut ketika masih muda, sekitar tahun 90-an. Dia bahkan sering melihat sosok sacral yang dipercaya sebagai penunggu Jembatan Bolong.
“Dulu waktu masih muda, saya sering bolak-balik dari Polewali ke Mamuju menggunakan sepeda motor, setiap saya lewat di Jembatan Bolong pasti saya singgah, entah itu malam atau siang. Saya singgah merokok dan pasti simpan sebagian rokok di jembatan. Kata orang tua untuk berbagi sama penunggunya agar tidak murka,” tutur dia kepada SINDONews.
Dia pun menyakini itu, sehingga setiap melewati jembatan tersebut, dia merasa tenang dan tidak ada gangguan seperti kebanyakan cerita orang. Namun demikian, dia menyebutkan bahwa mistis dan mahluk halus itu benar adanya dan perlu diyakini keberadaannya. (Baca Juga: Monumen Kresek, Saksi Sejarah Peristiwa Madiun)
Sofyan pun menyarankan agar setiap orang yang ingin melewati jembatan itu, meski kini telah berubah bentuk dan bergeser dari tempat awalnya pascarenovasi, agar pengendara motor maupun mobil untuk membunyikan klaksonnya sebagai isyarat.
Cerita berbeda namun penuh mistis disampaikan sopir angkutan kota dalam provinsi, tujuan Majene-Palu, Zulfikar (28). Dia mengaku sering dikagetkan dengan sosok berkelebat di depan bahkan samping mobilnya saat melewati Jembatan Bolong.
“Saya kalau lewat malam di Jembatan Bolong kadang was-was karena kadang tiba-tiba ada seperti orang di depan mobil, setelah berhenti ternyata sudah tidak ada. Biasanya kalau kita tidak permisi lewat, pasti kelihatan,” tuturnya. (Baca Juga: Kisah Kali Gowang, Ki Ageng Giring Menahan Diri Tak Dapat Wahyu Keraton Mataram)
Dia mengaku banyak hal-hal mistis yang dialaminya saat melewati jembatan itu. “Pasti ada suasan lain kalau kita sudah mendekati lokasi itu, apalagi kalau sudah berada di jalur atas mau penurunan harus hati-hati,” ujar Fikar.
Namun kini, Jembatan Bolong tak seangker dulu lagi, panorama indah yang terhalang oleh keangkerannya sudah mulai nampak pascarampungnya renovasi yang dilakukan oleh pemerintah sejak diresmikan oleh Gubernur Sulbar, Anwar Adnan Saleh, Senin (24/3/2014) silam. (Baca Juga: Buah Maja, Identitas dan Histori yang Memudar)
Agar tidak menghilangkan ciri khas Jembatan Bolong, pemerintah merenovasinya dengan membangun jembatan baru berwarna dasar kuning di samping jembatan lama. Bahkan Pemerintah Kabupaten Mamuju, telah membangun masjid di sekitar jembatan yang diberi nama 'Masjid Musafir Jembatan Bolong' yang diresmikan pada 14 Mei 2018 lalu.
Kini, Jembatan Bolong yang berada di kaki pegunungan itu, mampu memanjakan mata dan menarik para pengendara yang lewat berhenti sejenak untuk sekedar berfoto dan beristirahat, apalagi warga juga telah membangun warung sederhana untuk tempat persinggahan.
Lihat Juga: Kisah Malam Takbiran di Timor Timur, Bukan Diiringi Suara Bedug Melainkan Desingan Peluru
Setiap orang yang ingin ke Mamuju, Ibukota Sulawesi Barat (Sulbar) pasti melalui jembatan ini jika memilih jalur darat, karena merupakan trans penghubung Makassar-Mamuju. Dari namanya saja, orang sudah terbayang tentang keangkerannya (bolong) berarti hitam, yang berada di tikungan tajam dengan kondisi jalan dari dua sisi merupakan jalan menurun dan sempit, bukan hanya fisiknya namun aura di sekitar jembatan itu juga hitam (mendung), ditambah lokasinya yang tampak berada di lembah.
Di jembatan ini, sudah banyak nyawa melayang akibat kecelakaan, ada yang disebabkan kerusakan kendaraan, human error hingga menyangkutpautkan dengan hal-hal mistis, apalagi jika terjadi pada malam Jumat. Konon, kecelakaan yang terjadi karena ‘penunggu’ jembatan sedang minta tumbal atau sedang usil mengganggu pengendara yang lewat. (Baca Juga: Kisah Cinta Saudagar Tiongkok Tan Bun An dengan Gadis Palembang Siti Fatimah di Pulau Kemaro)
Tidak jarang beberapa pengendara yang lewat terkadang mengalami mesin mati secara tiba-tiba, atau bahkan sang penunggu jembatan menampakkan dirinya ketika ada yang melewati jembatan tersebut.
Hal itu pun diakui salah seorang warga Pekkabata, Polewali, Sofyan Ibrahim ,40. Dia mengaku sering melewati jalur tersebut ketika masih muda, sekitar tahun 90-an. Dia bahkan sering melihat sosok sacral yang dipercaya sebagai penunggu Jembatan Bolong.
“Dulu waktu masih muda, saya sering bolak-balik dari Polewali ke Mamuju menggunakan sepeda motor, setiap saya lewat di Jembatan Bolong pasti saya singgah, entah itu malam atau siang. Saya singgah merokok dan pasti simpan sebagian rokok di jembatan. Kata orang tua untuk berbagi sama penunggunya agar tidak murka,” tutur dia kepada SINDONews.
Dia pun menyakini itu, sehingga setiap melewati jembatan tersebut, dia merasa tenang dan tidak ada gangguan seperti kebanyakan cerita orang. Namun demikian, dia menyebutkan bahwa mistis dan mahluk halus itu benar adanya dan perlu diyakini keberadaannya. (Baca Juga: Monumen Kresek, Saksi Sejarah Peristiwa Madiun)
Sofyan pun menyarankan agar setiap orang yang ingin melewati jembatan itu, meski kini telah berubah bentuk dan bergeser dari tempat awalnya pascarenovasi, agar pengendara motor maupun mobil untuk membunyikan klaksonnya sebagai isyarat.
Cerita berbeda namun penuh mistis disampaikan sopir angkutan kota dalam provinsi, tujuan Majene-Palu, Zulfikar (28). Dia mengaku sering dikagetkan dengan sosok berkelebat di depan bahkan samping mobilnya saat melewati Jembatan Bolong.
“Saya kalau lewat malam di Jembatan Bolong kadang was-was karena kadang tiba-tiba ada seperti orang di depan mobil, setelah berhenti ternyata sudah tidak ada. Biasanya kalau kita tidak permisi lewat, pasti kelihatan,” tuturnya. (Baca Juga: Kisah Kali Gowang, Ki Ageng Giring Menahan Diri Tak Dapat Wahyu Keraton Mataram)
Dia mengaku banyak hal-hal mistis yang dialaminya saat melewati jembatan itu. “Pasti ada suasan lain kalau kita sudah mendekati lokasi itu, apalagi kalau sudah berada di jalur atas mau penurunan harus hati-hati,” ujar Fikar.
Namun kini, Jembatan Bolong tak seangker dulu lagi, panorama indah yang terhalang oleh keangkerannya sudah mulai nampak pascarampungnya renovasi yang dilakukan oleh pemerintah sejak diresmikan oleh Gubernur Sulbar, Anwar Adnan Saleh, Senin (24/3/2014) silam. (Baca Juga: Buah Maja, Identitas dan Histori yang Memudar)
Agar tidak menghilangkan ciri khas Jembatan Bolong, pemerintah merenovasinya dengan membangun jembatan baru berwarna dasar kuning di samping jembatan lama. Bahkan Pemerintah Kabupaten Mamuju, telah membangun masjid di sekitar jembatan yang diberi nama 'Masjid Musafir Jembatan Bolong' yang diresmikan pada 14 Mei 2018 lalu.
Kini, Jembatan Bolong yang berada di kaki pegunungan itu, mampu memanjakan mata dan menarik para pengendara yang lewat berhenti sejenak untuk sekedar berfoto dan beristirahat, apalagi warga juga telah membangun warung sederhana untuk tempat persinggahan.
Lihat Juga: Kisah Malam Takbiran di Timor Timur, Bukan Diiringi Suara Bedug Melainkan Desingan Peluru
(nic)