Pembagian BLT Ricuh, Warga Lempari Lurah dan Kantornya
loading...
A
A
A
BIMA - Kericuhan terjadi saat pembagian Bantuan Langsung Tunai (BLT) di halaman Kantor Kelurahan Sadia, Kecamatan Mpunda, Kota Bima, Nusa Tenggara Barat, selasa (12/5/2020) siang.
Lurah setempat dan seorang petugas pendataan BLT terpaksa dievakuasi aparat setelah hendak diamuk massa. Sebelumnya, warga yang hadir menyampaikan protes dan meminta transparansi pihak Kelurahan Sadia terkait data peneriman manfaat BLT yang diduga kuat terjadi nepotisme. (Baca juga: Anak Usia 4 Tahun Terima Bantuan Sosial Tunai Dampak COVID-19)
Namun belum selesai mendapatkan penjelasan, warga terlanjur mengamuk dan hendak menyerang lurah setempat dan seorang petugas pendataan yang ditunjuk oleh Dinas Sosial Kota Bima. Oleh warga, keduanya dinilai telah berkonspirasi dan memanipulasi data penerima BLT. Beruntung, keduanya segera diamankan petugas Kepolisian, TNI, dan Satpol PP.
Untuk menghindari amukan massa, lurah dan petugas pendataan tersebut langsung dievakuasi oleh aparat dengan menggunakan mobil patroli polisi, setelah keduanya sempat dikejar warga. Beberapa warga yang emosi juga sempat melempari mobil Dalmas Satpol PP menggunakan batu. Kantor lurah pun tidak lepas dari amukan massa yang melemparinya dengan batu.
Menurut warga, dari 116 orang penerima BLT di Kelurahan Sadia, 29 di antaranya merupakan data cadangan atau tambahan, tak lain adalah warga satu keturunan yang diduga keluarga Lurah Sadia dan keluarga dekat dari petugas pendataan.
“Aksi ini buntut dari kekecewaan kami sebagai warga, yang meminta pihak kelurahan agar semua data penerima BLT berlaku transparan tanpa ada yang ditutup-tutupi. Setelah dicek pun, dari 116 orang penerima BLT, 29 orang merupakan data tambahan dan kebanyakan warga satu keturunan yang diduga sengaja ditunjuk oleh lurah dan petugas pendataan,” ungkap Iphul BJF, warga Kelurahan Sadia.
Sebelum kericuhan besar terjadi, warga lebih dulu melakukan penyegelan terhadap kantor kelurahan. Karena lama tak direspons, warga akhirnya merusak fasilitas kantor yakni melempari kaca jendela hingga pecah berserakan.
“Sehari sebelumnya warga juga mendatangi kantor lurah dan meminta agar pencairan BLT dipending. Dan hal tersebut sudah disepakati, namun pihak kelurahan dengan aroganya mencairkan bantuan BLT dengan melanggar perjanjian atau kesepakatan. Akhirnya warga datang beramai- ramai menyegel kantor kelurahan,” ujar Iphul.
Warga meminta, agar Wali Kota Bima segera mengambil tindakan tegas dengan mencopot Lurah Sadia yang dinilai nepotisme dan tidak transparan. Jika tuntutan warga ini tidak direspons, maka dipastikan Kantor Kelurahan Sadia tidak akan dibuka dan tetap disegel warga.
Lurah setempat dan seorang petugas pendataan BLT terpaksa dievakuasi aparat setelah hendak diamuk massa. Sebelumnya, warga yang hadir menyampaikan protes dan meminta transparansi pihak Kelurahan Sadia terkait data peneriman manfaat BLT yang diduga kuat terjadi nepotisme. (Baca juga: Anak Usia 4 Tahun Terima Bantuan Sosial Tunai Dampak COVID-19)
Namun belum selesai mendapatkan penjelasan, warga terlanjur mengamuk dan hendak menyerang lurah setempat dan seorang petugas pendataan yang ditunjuk oleh Dinas Sosial Kota Bima. Oleh warga, keduanya dinilai telah berkonspirasi dan memanipulasi data penerima BLT. Beruntung, keduanya segera diamankan petugas Kepolisian, TNI, dan Satpol PP.
Untuk menghindari amukan massa, lurah dan petugas pendataan tersebut langsung dievakuasi oleh aparat dengan menggunakan mobil patroli polisi, setelah keduanya sempat dikejar warga. Beberapa warga yang emosi juga sempat melempari mobil Dalmas Satpol PP menggunakan batu. Kantor lurah pun tidak lepas dari amukan massa yang melemparinya dengan batu.
Menurut warga, dari 116 orang penerima BLT di Kelurahan Sadia, 29 di antaranya merupakan data cadangan atau tambahan, tak lain adalah warga satu keturunan yang diduga keluarga Lurah Sadia dan keluarga dekat dari petugas pendataan.
“Aksi ini buntut dari kekecewaan kami sebagai warga, yang meminta pihak kelurahan agar semua data penerima BLT berlaku transparan tanpa ada yang ditutup-tutupi. Setelah dicek pun, dari 116 orang penerima BLT, 29 orang merupakan data tambahan dan kebanyakan warga satu keturunan yang diduga sengaja ditunjuk oleh lurah dan petugas pendataan,” ungkap Iphul BJF, warga Kelurahan Sadia.
Sebelum kericuhan besar terjadi, warga lebih dulu melakukan penyegelan terhadap kantor kelurahan. Karena lama tak direspons, warga akhirnya merusak fasilitas kantor yakni melempari kaca jendela hingga pecah berserakan.
“Sehari sebelumnya warga juga mendatangi kantor lurah dan meminta agar pencairan BLT dipending. Dan hal tersebut sudah disepakati, namun pihak kelurahan dengan aroganya mencairkan bantuan BLT dengan melanggar perjanjian atau kesepakatan. Akhirnya warga datang beramai- ramai menyegel kantor kelurahan,” ujar Iphul.
Warga meminta, agar Wali Kota Bima segera mengambil tindakan tegas dengan mencopot Lurah Sadia yang dinilai nepotisme dan tidak transparan. Jika tuntutan warga ini tidak direspons, maka dipastikan Kantor Kelurahan Sadia tidak akan dibuka dan tetap disegel warga.
(nbs)