5 Fakta Demo Mahasiswa Semarang Ricuh Kawal Putusan MK
loading...
A
A
A
SEMARANG - Aksi demo di Semarang mengawal putusan MK soal Pilkada berakhir ricuh. Hasilnya, puluhan orang terluka dan harus dilarikan ke rumah sakit.
Senin (26/8) kemarin, ribuan mahasiswa dari berbagai universitas di Semarang melakukan aksi demonstrasi di depan Balai Kota Semarang. Tujuannya tak lain untuk mengawal RUU Pilkada dan menuntut Presiden Joko Widodo mundur dari jabatannya.
Awalnya, jalannya demonstrasi dijadwalkan digelar di depan kantor DPRD Jawa Tengah, yakni Jalan Pahlawan, Kota Semarang. Namun, massa kemudian berkonvoi menggunakan sepeda motor dan beralih ke Balai Kota Semarang.
Lebih jauh, berikut ini sejumlah faktanya yang bisa diketahui.
Demo kawal putusan MK di Semarang diikuti berbagai elemen, termasuk mahasiswa dan pelajar. Pada aksinya, massa yang hadir menyampaikan beberapa tuntutannya.
Tercatat, setidaknya ada empat tuntutan yang disampaikan saat demo tersebut. Masing-masing adalah mengawal PKPU Pilkada, menolak revisi UU TNI/Polri, pengesahan UU Perampasan Aset hingga meminta Presiden Joko Widodo (Jokowi) turun dari jabatannya.
Sebelumnya, aksi demonstrasi diperkirakan berlangsung di depan kantor DPRD Jateng yang berada di Jalan Pahlawan. Sebagai persiapan, pengamanan termasuk kawat berduri telah dipasang.
Namun, rencana awal aksi di Jalan Pahlawan berubah. Massa yang hadir bergerak ke Jalan Pemuda, tepat di depan Balai Kota Semarang.
Alhasil, petugas kepolisian yang sempat berjaga di kantor DPRD Jateng juga beralih.
Sore hari menjelang waktu maghrib, massa pengunjuk rasa bertambah dengan kedatangan pelajar SMK/STM. Alhasil, situasi juga mulai memanas.
Beberapa pot bunga dipecah dan pecahannya dilemparkan ke arah aparat. Belum lagi, ada juga yang memakai bambu sebagai senjata.
Sekitar pukul 17.45 WIB, polisi meminta agar massa pulang ke rumah masing-masing. Mereka juga mengumandangkan azan melalui pengeras suara, tapi massa bergeming dan terus berdemo.
Massa yang hadir sempat istirahat ketika masuk waktu magrib. Namun, setelahnya mereka kembali lagi berunjuk rasa.
Akibat imbauannya tidak ditaati, polisi kemudian keluar dengan formasi siaga untuk membubarkan massa. Pada akhirnya, langkah ini berujung kericuhan.
Senin (26/8) kemarin, ribuan mahasiswa dari berbagai universitas di Semarang melakukan aksi demonstrasi di depan Balai Kota Semarang. Tujuannya tak lain untuk mengawal RUU Pilkada dan menuntut Presiden Joko Widodo mundur dari jabatannya.
Awalnya, jalannya demonstrasi dijadwalkan digelar di depan kantor DPRD Jawa Tengah, yakni Jalan Pahlawan, Kota Semarang. Namun, massa kemudian berkonvoi menggunakan sepeda motor dan beralih ke Balai Kota Semarang.
Lebih jauh, berikut ini sejumlah faktanya yang bisa diketahui.
Fakta Aksi Demo di Semarang Kawal Putusan MK
1. Tuntutan demo
Demo kawal putusan MK di Semarang diikuti berbagai elemen, termasuk mahasiswa dan pelajar. Pada aksinya, massa yang hadir menyampaikan beberapa tuntutannya.
Tercatat, setidaknya ada empat tuntutan yang disampaikan saat demo tersebut. Masing-masing adalah mengawal PKPU Pilkada, menolak revisi UU TNI/Polri, pengesahan UU Perampasan Aset hingga meminta Presiden Joko Widodo (Jokowi) turun dari jabatannya.
2. Massa bergeser menuju Balai Kota
Sebelumnya, aksi demonstrasi diperkirakan berlangsung di depan kantor DPRD Jateng yang berada di Jalan Pahlawan. Sebagai persiapan, pengamanan termasuk kawat berduri telah dipasang.
Namun, rencana awal aksi di Jalan Pahlawan berubah. Massa yang hadir bergerak ke Jalan Pemuda, tepat di depan Balai Kota Semarang.
Alhasil, petugas kepolisian yang sempat berjaga di kantor DPRD Jateng juga beralih.
3. Situasi mulai memanas ketika pelajar SMK datang
Sore hari menjelang waktu maghrib, massa pengunjuk rasa bertambah dengan kedatangan pelajar SMK/STM. Alhasil, situasi juga mulai memanas.
Beberapa pot bunga dipecah dan pecahannya dilemparkan ke arah aparat. Belum lagi, ada juga yang memakai bambu sebagai senjata.
Sekitar pukul 17.45 WIB, polisi meminta agar massa pulang ke rumah masing-masing. Mereka juga mengumandangkan azan melalui pengeras suara, tapi massa bergeming dan terus berdemo.
4. Pembubaran berujung kericuhan
Massa yang hadir sempat istirahat ketika masuk waktu magrib. Namun, setelahnya mereka kembali lagi berunjuk rasa.
Akibat imbauannya tidak ditaati, polisi kemudian keluar dengan formasi siaga untuk membubarkan massa. Pada akhirnya, langkah ini berujung kericuhan.