Asuransi Usaha Ternak Sapi Sejahterakan Peternak di Sinjai
loading...
A
A
A
SINJAI - Asuransi Usaha Ternak Sapi (AUTS) dinilai bisa membawa dampak positif terhadap peternak di Kabupaten Sinjai .
Bupati Sinjai, Andi Seto Asapa (ASA) mengaku mendorong program AUTS karena melihat prospek peternakan sapi yang menjanjikan dan bisa berkontribusi dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Program ini, kata Andi Seto Asapa , bisa mengurangi risiko kerugian yang selama ini dikhawatirkan peternak. Baik akibat kematian maupun karena kecurian. Terbukti, jumlah klaim yang dibayar oleh perusahaan asuransi Jasindo mencapai Rp3,2 miliar selama dua tahun.
Sebagai bukti keseriusan ASA , sejak tahun 2019, ia menggelontorkan anggaran senilai Rp400 juta untuk mensubsidi 10 ribu ekor sapi yang hendak diasuransi. Dimana premi yang disubsidi oleh Pemerintah Daerah sebesar Rp40 ribu per ekor. Dengan catatan, bersedia mengikuti program Inseminasi Buatan (IB).
Langkah ini dilakukan guna menggratiskan pembayaran premi oleh peternak ke pihak asuransi. Sebab, premi yang seharusnya dibayar peternak per tahun senilai Rp200 ribu. Namun, Kementerian Pertanian juga telah mensubsidi sebesar Rp160 ribu, dengan syarat sapi betina di atas satu tahun.
"Tahun 2019 kami mengambil langkah untuk mensubsidi pembayaran premi untuk 10 ribu ekor sapi, begitupun tahun ini Rp360 juta untuk 9 ribu ekor sapi melalui APBD. Jadi jika mengikuti syarat subsidi Pemda dan Kementan, maka peternak tidak membayar premi, alias gratis," ujar lulusan Fakultas Hukum Trisakti itu.
Melalui AUTS , masyarakat dapat termotivasi untuk menggeluti usaha ternak sapi. Sebab, setiap peternak yang mendaftar asuransi akan mendapat pembayaran klaim Rp10 juta jika ternak sapi mati dan Rp7 juta jika kecurian.
Lulusan Magister Monash University, Australia itu, juga berharap upaya ini bisa menggairahkan perekonomian masyarakat. Sehingga dapat meningkatkan pendapatan yang berdampak terhadap kesejahteraan masyarakat. Apalagi, usaha peternakan sapi bisa bertahan dalam kondisi apapun.
Hal itu terbukti dari sejumlah sektor usaha yang redup di masa pandemi Covid-19, sementara sektor peternakan, khususnya jual beli sapi tetap stabil. "Petugas Peternakan Kecamatan (PPK) aktif di lapangan jika ada masyarakat mau mendaftar AUTS , ada juga penyuluh memberi edukasi agar peternak mendaftar AUTS ," tutupnya.
Berdasarkan data yang dihimpun, tercatat jumlah ternak sapi yang terdaftar AUTS pada tahun 2018 sebanyak 4.630 ekor. Jumlah tersebut naik dua kali lipat pada tahun 2019, yaitu sebanyak 9.071. Hal itu terjadi karena adanya intervensi dari Pemkab Sinjai dengan mengalokasikan dana pembayaran premi asuransi bagi peternak yang kurang mampu.
"Tahun 2020 kembali meningkat menjadi 9.250 ekor realisasi AUTS , bahkan ada peternak yang membayar sendiri meski telah dialokasikan anggaran subsidi dari Pemda, artinya peternak sudah rasakan manfaat asuransi," kata Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) Sinjai, Aminuddin Zainuddin.
Sejak dua tahun terakhir, tercatat 337 ekor sapi yang mendapat klaim asuransi. 148 ekor tahun 2019 dan 189 ekor tahun 2020 periode Januari hingga November. Sapi yang mendapat asuransi tahun 2019 terdiri dari 108 ekor sapi mati atau bangkai dengan jumlah klaim sekitar Rp1 miliar. Kemudian sapi paksa 36 ekor dengan jumlah Rp304,8 juta, dan kecurian 4 ekor dengan jumlah Rp28 juta.
Lalu pada tahun 2020 terdapat 166 ekor sapi mati dengan jumlah Rp1,66 miliar, sapi paksa 14 ekor dengan jumlah Rp90,7 juta, dan kecurian 9 ekor dengan jumlah 63 juta.
"Sapi paksa itu artinya tidak mati atau bangkai, tapi karena suatu hal maka terpaksa dipotong, misalnya patah kaki sehingga gagal dan dibeli Rp3 juta maka Jasindo tambahkan peternak Rp7 juta sehingga cukup Rp10 juta," jelas Aminuddin.
Bupati Sinjai, Andi Seto Asapa (ASA) mengaku mendorong program AUTS karena melihat prospek peternakan sapi yang menjanjikan dan bisa berkontribusi dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Program ini, kata Andi Seto Asapa , bisa mengurangi risiko kerugian yang selama ini dikhawatirkan peternak. Baik akibat kematian maupun karena kecurian. Terbukti, jumlah klaim yang dibayar oleh perusahaan asuransi Jasindo mencapai Rp3,2 miliar selama dua tahun.
Sebagai bukti keseriusan ASA , sejak tahun 2019, ia menggelontorkan anggaran senilai Rp400 juta untuk mensubsidi 10 ribu ekor sapi yang hendak diasuransi. Dimana premi yang disubsidi oleh Pemerintah Daerah sebesar Rp40 ribu per ekor. Dengan catatan, bersedia mengikuti program Inseminasi Buatan (IB).
Langkah ini dilakukan guna menggratiskan pembayaran premi oleh peternak ke pihak asuransi. Sebab, premi yang seharusnya dibayar peternak per tahun senilai Rp200 ribu. Namun, Kementerian Pertanian juga telah mensubsidi sebesar Rp160 ribu, dengan syarat sapi betina di atas satu tahun.
"Tahun 2019 kami mengambil langkah untuk mensubsidi pembayaran premi untuk 10 ribu ekor sapi, begitupun tahun ini Rp360 juta untuk 9 ribu ekor sapi melalui APBD. Jadi jika mengikuti syarat subsidi Pemda dan Kementan, maka peternak tidak membayar premi, alias gratis," ujar lulusan Fakultas Hukum Trisakti itu.
Melalui AUTS , masyarakat dapat termotivasi untuk menggeluti usaha ternak sapi. Sebab, setiap peternak yang mendaftar asuransi akan mendapat pembayaran klaim Rp10 juta jika ternak sapi mati dan Rp7 juta jika kecurian.
Lulusan Magister Monash University, Australia itu, juga berharap upaya ini bisa menggairahkan perekonomian masyarakat. Sehingga dapat meningkatkan pendapatan yang berdampak terhadap kesejahteraan masyarakat. Apalagi, usaha peternakan sapi bisa bertahan dalam kondisi apapun.
Hal itu terbukti dari sejumlah sektor usaha yang redup di masa pandemi Covid-19, sementara sektor peternakan, khususnya jual beli sapi tetap stabil. "Petugas Peternakan Kecamatan (PPK) aktif di lapangan jika ada masyarakat mau mendaftar AUTS , ada juga penyuluh memberi edukasi agar peternak mendaftar AUTS ," tutupnya.
Berdasarkan data yang dihimpun, tercatat jumlah ternak sapi yang terdaftar AUTS pada tahun 2018 sebanyak 4.630 ekor. Jumlah tersebut naik dua kali lipat pada tahun 2019, yaitu sebanyak 9.071. Hal itu terjadi karena adanya intervensi dari Pemkab Sinjai dengan mengalokasikan dana pembayaran premi asuransi bagi peternak yang kurang mampu.
"Tahun 2020 kembali meningkat menjadi 9.250 ekor realisasi AUTS , bahkan ada peternak yang membayar sendiri meski telah dialokasikan anggaran subsidi dari Pemda, artinya peternak sudah rasakan manfaat asuransi," kata Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) Sinjai, Aminuddin Zainuddin.
Sejak dua tahun terakhir, tercatat 337 ekor sapi yang mendapat klaim asuransi. 148 ekor tahun 2019 dan 189 ekor tahun 2020 periode Januari hingga November. Sapi yang mendapat asuransi tahun 2019 terdiri dari 108 ekor sapi mati atau bangkai dengan jumlah klaim sekitar Rp1 miliar. Kemudian sapi paksa 36 ekor dengan jumlah Rp304,8 juta, dan kecurian 4 ekor dengan jumlah Rp28 juta.
Lalu pada tahun 2020 terdapat 166 ekor sapi mati dengan jumlah Rp1,66 miliar, sapi paksa 14 ekor dengan jumlah Rp90,7 juta, dan kecurian 9 ekor dengan jumlah 63 juta.
"Sapi paksa itu artinya tidak mati atau bangkai, tapi karena suatu hal maka terpaksa dipotong, misalnya patah kaki sehingga gagal dan dibeli Rp3 juta maka Jasindo tambahkan peternak Rp7 juta sehingga cukup Rp10 juta," jelas Aminuddin.
(agn)