Corona Mewabah, Ini Cara Raja Yogyakarta Mengingatkan Rakyatnya
loading...
A
A
A
YOGYAKARTA - Mangsah Mingising Budi, Memasuh Malaning Bumi. Sebuah pesan tegas disampaikan Raja Keraton Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono X, di tengah wabah virus Corona baru, Covid-19.
Pesan tegas itu, disampaikan sang raja yang juga menjabat sebagai Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta tersebut, sebagai upaya mengingatkan rakyatnya dalam menghadapi pageblug tersebut.
Kepala Bagian Humas Pemda DIY, Ditya Nanaryo Aji mengatakan,program ini merupakan inisiasi Sultan HB X. Secara rutin Sultan akan menyampaikan pesan kepada masyarakat untuk waspada dalam menghadapi pandemi Covid19.
"Seperti dapat dilihat belakangan ini, jalanan mulai sedikit ramai dibandingkan bebrapa minggu lalu. Pesan beliau diharapkan mampu memberikan penguatan atas pesan-pesan Ngarso Dalem sebelumnya di Sapa Aruh dan pesan agar masyarakat tidak mudik," terangnya kepada SINDOnews, Kamis (16/4/2020).
Untuk sesi pertama yang sudah disampaikan pada Selasa (14/4/2020) lalu, Sri Sultan HB X menyampaikan pesan Mangasah Mingising Budi, Memasuh Malaning Bumi. Dalam pesan ini Sultan HB X bermaksud memberikan pengertian, masyarakat tidak boleh egois, ilmu yang tinggi akan sangat berarti jika dapat diterapkan dan berguna bagi masyarakat lain, dan gotong royong yang merupakan modal sosial terbesar rakyat Yogyakarta, untuk menghadapi pandemi ini.
Mangasah Mingising Budi, dan Memasuh Malaning bumi adalah sejatinya dwitunggal-relasional, yang menggambarkan keterkaitan antara kesejahteraan, ilmu pengetahuan sekaligus upaya menghargai alam serta lingkungan sekitar kita. Dalam kehidupannya, manusia tentu menginginkan kesejahteraan dan kesentosaan hidup, seperti yang tercermin dalam sesanti "Gemah Ripah Loh Jinawi, Tata Tentrem Karta Raharja".
Sebuah kesejahteraan hakiki, akan dapat diraih oleh manusia apabila mampu melewati segala coba dari Yang Maha Kuasa. Seperti halnya saat ini, ketika wabah virus Corona menjadi ujian bersama bagi manusia di seluruh dunia. Dapat dianggap sebagai sebuah pagebluk. Disinilah konsep Mangasah Mingising Budi dan Memasuh Malaking Bumi benar-benar dapat menjadi obat jiwa dan hati dalam menghadapi pagebluk virus Corona ini.
Di dunia memang banyak para cerdik pandai, dan beberapa berupaya mencapai tataran Mangasah Mingising Budi. Mangasah Mingising Bumi mensyaratkan sebuah pitutur atau nasihat, bahwa setinggi apapun ilmu tak akan bermanfaat apabila tidak diamalkan.
Ilmu harus diberikan sentuhan rasa, agar menjadi dwitunggal Ideal, yaitu ilmu dan ngelmu. Ngelmu adalah konsep bagaimana ilmu diamalkan, diterapkan dan pada akhirnya berguna bagi masyrakat di sekitarnya.
Implementasi ngelmu akan menjadikan manusia eling lan waspodo, menjadi lebih peka terhadap lingkungannya, baik kepada sesama manusia atau alam sekitarnya.
Konsep dwitunggal ilmu dan ngelmu inilah yang akan membawa manusia pada suasana guyub rukun, sebagai pengingat akan pentingnya tradisi gotong-royong sebagai pengejawantahan filosofi Rukun Agawe Santosa, crah agawe bubrah.
Sekali lagi, virus Corona ini sejatinya adalah cobaan, yang akan menguji tingkat kesabaran, keselarasan akal dan pikiran, pun kepekaan hati manusia sebagai mahluk sosial.
Dengan bekal gotong royong, sabar lan narimo, dan guyub rukun, manusia dapat menempuh segala coba, melalui berbagai fase yang memang haruslah dilalui.
"Saat inilah kita harus melakukan instrospeksi atas apa yang terjadi. Virus Corona memang masih menjadi ancaman bagi seluruh penduduk bumi. Tapi percayalah, Tuhan tidak akan pernah memberikan coba yang tidak bisa dilalui oleh mahluk-Nya. Caranya adalah dengan memperkuat kembali konsep 'Manunggaling Kawula lan Gusti'," pesan Sri Sultan Hamengku Buwono X.
Untuk itu, ini saatnya pemerintah dan masyarakat bergotong-royong, memutus habis mata rantai wabah Virus Corona. Seluruh elemen harus bersatu padu, saiyeg saeka praya, satu kata dan satu perbuatan, dalam menyehatkan manusia dan bumi seisinya. Saling percaya dengan rasa tulus, kerjasama, memberi tanpa ada tendensi, dan menghilangkan ego pribadi adalah modal mengembalikan kesejahteraan yang terenggut oleh Virus Corona ini.
"Jadilah manusia yang berbekal cahaya atau nur, dimana manusia akan bermanfaat bagi orang lain. Lakukan perbuatan baik, walau sekecil apapun, selaras dengan filosofi “Urip Iku Urup”. Mari bersama-sama mencapai tataran hidup Hamemayu Hayuning Bawana, melalui laku Ambrasta dur Hangkara, melalui titian batin Mangasah Mingising Budi, dan Memasuh Malaning Bumi," pungkas Sultan.
Pesan tegas itu, disampaikan sang raja yang juga menjabat sebagai Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta tersebut, sebagai upaya mengingatkan rakyatnya dalam menghadapi pageblug tersebut.
Kepala Bagian Humas Pemda DIY, Ditya Nanaryo Aji mengatakan,program ini merupakan inisiasi Sultan HB X. Secara rutin Sultan akan menyampaikan pesan kepada masyarakat untuk waspada dalam menghadapi pandemi Covid19.
"Seperti dapat dilihat belakangan ini, jalanan mulai sedikit ramai dibandingkan bebrapa minggu lalu. Pesan beliau diharapkan mampu memberikan penguatan atas pesan-pesan Ngarso Dalem sebelumnya di Sapa Aruh dan pesan agar masyarakat tidak mudik," terangnya kepada SINDOnews, Kamis (16/4/2020).
Untuk sesi pertama yang sudah disampaikan pada Selasa (14/4/2020) lalu, Sri Sultan HB X menyampaikan pesan Mangasah Mingising Budi, Memasuh Malaning Bumi. Dalam pesan ini Sultan HB X bermaksud memberikan pengertian, masyarakat tidak boleh egois, ilmu yang tinggi akan sangat berarti jika dapat diterapkan dan berguna bagi masyarakat lain, dan gotong royong yang merupakan modal sosial terbesar rakyat Yogyakarta, untuk menghadapi pandemi ini.
Mangasah Mingising Budi, dan Memasuh Malaning bumi adalah sejatinya dwitunggal-relasional, yang menggambarkan keterkaitan antara kesejahteraan, ilmu pengetahuan sekaligus upaya menghargai alam serta lingkungan sekitar kita. Dalam kehidupannya, manusia tentu menginginkan kesejahteraan dan kesentosaan hidup, seperti yang tercermin dalam sesanti "Gemah Ripah Loh Jinawi, Tata Tentrem Karta Raharja".
Sebuah kesejahteraan hakiki, akan dapat diraih oleh manusia apabila mampu melewati segala coba dari Yang Maha Kuasa. Seperti halnya saat ini, ketika wabah virus Corona menjadi ujian bersama bagi manusia di seluruh dunia. Dapat dianggap sebagai sebuah pagebluk. Disinilah konsep Mangasah Mingising Budi dan Memasuh Malaking Bumi benar-benar dapat menjadi obat jiwa dan hati dalam menghadapi pagebluk virus Corona ini.
Di dunia memang banyak para cerdik pandai, dan beberapa berupaya mencapai tataran Mangasah Mingising Budi. Mangasah Mingising Bumi mensyaratkan sebuah pitutur atau nasihat, bahwa setinggi apapun ilmu tak akan bermanfaat apabila tidak diamalkan.
Ilmu harus diberikan sentuhan rasa, agar menjadi dwitunggal Ideal, yaitu ilmu dan ngelmu. Ngelmu adalah konsep bagaimana ilmu diamalkan, diterapkan dan pada akhirnya berguna bagi masyrakat di sekitarnya.
Implementasi ngelmu akan menjadikan manusia eling lan waspodo, menjadi lebih peka terhadap lingkungannya, baik kepada sesama manusia atau alam sekitarnya.
Konsep dwitunggal ilmu dan ngelmu inilah yang akan membawa manusia pada suasana guyub rukun, sebagai pengingat akan pentingnya tradisi gotong-royong sebagai pengejawantahan filosofi Rukun Agawe Santosa, crah agawe bubrah.
Sekali lagi, virus Corona ini sejatinya adalah cobaan, yang akan menguji tingkat kesabaran, keselarasan akal dan pikiran, pun kepekaan hati manusia sebagai mahluk sosial.
Dengan bekal gotong royong, sabar lan narimo, dan guyub rukun, manusia dapat menempuh segala coba, melalui berbagai fase yang memang haruslah dilalui.
"Saat inilah kita harus melakukan instrospeksi atas apa yang terjadi. Virus Corona memang masih menjadi ancaman bagi seluruh penduduk bumi. Tapi percayalah, Tuhan tidak akan pernah memberikan coba yang tidak bisa dilalui oleh mahluk-Nya. Caranya adalah dengan memperkuat kembali konsep 'Manunggaling Kawula lan Gusti'," pesan Sri Sultan Hamengku Buwono X.
Untuk itu, ini saatnya pemerintah dan masyarakat bergotong-royong, memutus habis mata rantai wabah Virus Corona. Seluruh elemen harus bersatu padu, saiyeg saeka praya, satu kata dan satu perbuatan, dalam menyehatkan manusia dan bumi seisinya. Saling percaya dengan rasa tulus, kerjasama, memberi tanpa ada tendensi, dan menghilangkan ego pribadi adalah modal mengembalikan kesejahteraan yang terenggut oleh Virus Corona ini.
"Jadilah manusia yang berbekal cahaya atau nur, dimana manusia akan bermanfaat bagi orang lain. Lakukan perbuatan baik, walau sekecil apapun, selaras dengan filosofi “Urip Iku Urup”. Mari bersama-sama mencapai tataran hidup Hamemayu Hayuning Bawana, melalui laku Ambrasta dur Hangkara, melalui titian batin Mangasah Mingising Budi, dan Memasuh Malaning Bumi," pungkas Sultan.
(eyt)