Hanya Demi Upacara Adat untuk Tikus, Warga Bali Rela Keluarkan Biaya Rp250 Juta

Jum'at, 20 November 2020 - 02:05 WIB
loading...
Hanya Demi Upacara Adat untuk Tikus, Warga Bali Rela Keluarkan Biaya Rp250 Juta
Masyarakat di Pantai Seseh, Kabupaten Badung, Bali, menggelar acara ngaben untuk tikus. Foto/SINDOnews/Miftahul Chusna
A A A
DENPASAR - Ngaben , merupakan upacara adat masyarakat Hindu Bali, untuk kremasi jenazah manusia. Hal ini lazim dijumpai di Bali. Tapi bagaimana kalau yang diaben adalah tikus? (Baca juga: Ini Daftar 10 Panambang Emas Asal Tasikmalaya yang Tertimbun Longsor di Kalteng )

Tradisi unik itu dilakukan warga di Pantai Seseh, Kabupaten Badung, Bali, Kamis (19/11/2020). Yang unik lagi, biaya untuk upacara yang disebut Ngaben Bikul ini mencapai Rp250 juta.

Ngaben Bikul bertujuan mengusir tikus yang selama ini menjadi hama tanaman padi di sawah warga setempat. "Dari luas lahan pertanian di Badung, sekitar 9.593 hektar, ada sekitar 107 hektar yang diserang hama," kata Majelis Madya Subak Kabupaten Badung, Made Suka.

Menurutnya, Ngaben tikus termasuk upacara nangluk mrana, yang berarti menolak bala. Dengan digelarnya ritual ini, diharapkan lahan pertanian tidak akan lagi diserang hama. (Baca juga: Sambangi Pos Pantauan Merapi Induk Balarente, Doni Monardo Temukan Sejumlah Kendala )



Dengan cara diaben, makna filosofinya yaitu mengantarkan roh tikus yang telah mati ke alamnya dengan baik, sehingga jika nantinya ditakdirkan terlahir kembali maka tidak lagi menjadi hama perusak tanaman padi.

Sebelum Ngaben tikus digelar, warga telah menggelar nggerompyok atau menangkap tikus beramai-ramai di sawah dalam beberapa hari sebelumnya. Ada 250 ekor tikus yang tertangkap.

Di hari pengabenan , ratusan ekor tikus yang telah mati itu lalu ditempatkan ke dalam bade atau menara usungan mayat. Pedanda atau pemuka agama Hindu memimpin jalannya upacara. (Baca juga: Toko Parfum di Kediri Ludes Dilalap Api, Pemilik Rugi Ratusan Juta )

Prosesi dilanjutkan dengan mengarak bade ke pantai untuk dimusnahkan dengan cara dibakar. "Menurut lontar Bali, Merana atau bala itu datangnya dari laut. Sehingga semua akan dikembalikan ke laut," ujar Suka.
(eyt)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1116 seconds (0.1#10.140)