127 Mantan Napi Teroris di Jateng Baru Separuh NKRI

Kamis, 12 November 2020 - 12:33 WIB
loading...
A A A
“Prosesnya kurang lebih kemarin sekira 2 jam, enggak nyampai. Kami ingin memberikan simbol pada Pak Ganjar, selaku beliau bapak kami di Jawa Tengah. Bahwa ini lho ada warga yang dulu ‘nakal’, sekarang sudah kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi. Kami ingin berikan kontribusi kepada Pemerintah Provinsi Jawa Tengah khususnya, untuk bisa kami bersinergi dengan program-program yang ada di provinsi Jawa Tengah,” tandasnya.

Dia masih mengingat ketika awal bergabung dengan jaringan teroris. Berawal dari empati melihat saudara-saudara sesama muslim yang dizalimi. Empati itu kian mengeras hingga menjadi emosional yang tidak terkendali, hingga masuk ke jaringan itu.

“Awalnya rasa empati kami kepada saudara-saudara kami yang yang memurut kami dizalimi, sehingga kami terpanggil. Namun karena emosional yang mungkin kurang terkendali, lama-lama kita masuk terus ke jaringan itu,” terangnya.

“Saya 2005 menyembunyikan Noordin M Top dan Dr Azahari, kemudian bebas. Tahun 2010 terlibat lagi kaitannya dengan pelatihan (terorisme) Aceh,” tambah dia.

Dua kali menjalani hukuman penjara menjadi titik balik kehidupan barunya. Sebab penjara tak sekadar merasakan dinginnya jeruji besi, melainkan terbentuknya ruang-ruang diskusi hingga membuka wawasannya.

“Alhamdulillah, setelah kami saya pribadi menjalani proses hukuman dan di sana kita ada ruang diskusi, ruang dialog, dengan beberapa profesional baik itu dari akademisi, para mubaligh, kemudian dari kampus. Kami terbuka wacana, ternyata Islam itu tidak harus seperti itu (keras), karena Indonesia beda dengan kondisi yang ada di luar seperti Timur Tengah, Filipina, dan lain sebagainya,” ungkapnya.

“Saya berpesan pada kawan kita (yang masih berpaham radikal), cobalah kita buka ruang diskusi, ruang dialog karena hanya dengan diskusi dan dialog akan ada solusi untuk persoalan-persoalan yang memang menurut kita harus diselesaikan,” cetus dia.

Kado Bendera Merah Putih itu menjadi kejutan tersendiri bagi Ganjar Pranowo. Apalagi, bendera itu dijahit sendiri oleh tangan-tangan mantan napiter. Mereka diharapkan bisa menjadi juru kampanye agar masyarakat tak mudah terpengaruh paham radikal.
(msd)
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1208 seconds (0.1#10.140)