Kerusakan Ekosistem Rawa Pening Tak Terkendali, Ikan Sulit Didapat
loading...
A
A
A
SEMARANG - Kerusakan ekosistem dan lingkungan Rawa Pening, Kabupaten Semarang , Jateng sudah tak terkendali. Dampaknya produksi ikan dalam beberapa tahun terakhir anjlok.
Seorang nelayan Rawa Pening, Nangsi (54) warga Sumurup, Bawen, Kabupaten Semarang menuturkan, sendimentasi dan pertumbuhan enceng gondok sulit dikendalikan. Akibatnya, produktifitas perikanan di Rawa Pening tidak bisa berkembang dengan baik. (Baca juga: Sebelum Tewas Ditikam, Ketua RT Tersinggung Anak dan Istrinya Dihina Pelaku)
"Kerusakan lingkungan rawa jelas menghambat perkembangbiakan ikan. Sehingga produksi ikan terus menurun," katanya, Sabtu (31/10/2020). (Baca juga: Usai Bawa Jenazah Ibu Kandung Naik Motor, Pelaku Pinjam Cangkul untuk Gali Makam)
Selain itu, kata dia, jumlah ikan yang ditangkap tidak sebanding dengan pertumbuhan stok ikan yang ada. Adapun jumlah nelayan di rawa ini ada sekitar 1.300 orang, jika dirata-rata nelayan mendapatkan 1 kilogram per hari, maka setiap hari ada 1,3 ton ikan yang diambil dari Rawa Pening.
Padahal, bibit ikan yang dilepas setiap tahunnya kurang dari satu juta ekor. Idealnya pelepasan benih minimal 1,5 juta ekor per tahun dan jenis ikan yang ditebar semestinya bisa berkembang biak secara alami.
Namun selama ini, ikan yang ditebar di rawa sebagian besar jenis grasscarp dan ikan tersebut tidak bisa berkembang biak secara alami. “Sedangkan ikan yang bisa berkembang biak secara alami seperti mujahir yang tebar di rawa jumlahnya tidak banyak,” ucapnya.
Nelayan Rawa Pening lainnya, Kandar (56) mengatakan, pola penangkapan ikan yang dilakukan di Rawa Pening secara sporadik yaitu menggunakan branjang kerep (jaring berlubang kecil). Sehingga ikan besar dan kecil terjaring semua.
"Cara itu bisa menurunkan populasi ikan. Sebab semua ikan tertangkap jaring. Kondisi ini diperparah adanya orang yang menangkap ikan dengan setrum, jadi banyak ikan dan telur ikan yang mati," ujarnya.
Seorang nelayan Rawa Pening, Nangsi (54) warga Sumurup, Bawen, Kabupaten Semarang menuturkan, sendimentasi dan pertumbuhan enceng gondok sulit dikendalikan. Akibatnya, produktifitas perikanan di Rawa Pening tidak bisa berkembang dengan baik. (Baca juga: Sebelum Tewas Ditikam, Ketua RT Tersinggung Anak dan Istrinya Dihina Pelaku)
"Kerusakan lingkungan rawa jelas menghambat perkembangbiakan ikan. Sehingga produksi ikan terus menurun," katanya, Sabtu (31/10/2020). (Baca juga: Usai Bawa Jenazah Ibu Kandung Naik Motor, Pelaku Pinjam Cangkul untuk Gali Makam)
Selain itu, kata dia, jumlah ikan yang ditangkap tidak sebanding dengan pertumbuhan stok ikan yang ada. Adapun jumlah nelayan di rawa ini ada sekitar 1.300 orang, jika dirata-rata nelayan mendapatkan 1 kilogram per hari, maka setiap hari ada 1,3 ton ikan yang diambil dari Rawa Pening.
Padahal, bibit ikan yang dilepas setiap tahunnya kurang dari satu juta ekor. Idealnya pelepasan benih minimal 1,5 juta ekor per tahun dan jenis ikan yang ditebar semestinya bisa berkembang biak secara alami.
Namun selama ini, ikan yang ditebar di rawa sebagian besar jenis grasscarp dan ikan tersebut tidak bisa berkembang biak secara alami. “Sedangkan ikan yang bisa berkembang biak secara alami seperti mujahir yang tebar di rawa jumlahnya tidak banyak,” ucapnya.
Nelayan Rawa Pening lainnya, Kandar (56) mengatakan, pola penangkapan ikan yang dilakukan di Rawa Pening secara sporadik yaitu menggunakan branjang kerep (jaring berlubang kecil). Sehingga ikan besar dan kecil terjaring semua.
"Cara itu bisa menurunkan populasi ikan. Sebab semua ikan tertangkap jaring. Kondisi ini diperparah adanya orang yang menangkap ikan dengan setrum, jadi banyak ikan dan telur ikan yang mati," ujarnya.
(shf)