Aliansi Kebangsaan Gelar FGD Virtual Gerakan Tranformasi Menuju Ekonomi Pengetahuan

Jum'at, 16 Oktober 2020 - 16:21 WIB
loading...
Aliansi Kebangsaan Gelar FGD Virtual Gerakan Tranformasi Menuju Ekonomi Pengetahuan
Ketua Umum Aliansi Kebangsaan Pontjo Sutowo. Foto/Ist
A A A
BOGOR - Aliansi Kebangsaan bekerja sama dengan Forum Rektor Indonesia menggelar Diskusi Serial Kebangsaan dengan metode Focus Group Discussion (FGD) virtual bertema Gerakan Transformasi Menuju Ekonomi Pengetahuan, Jumat (16/10/2020).

Khusus untuk penyelenggaraan Diskusi Serial Kebangsaan dalam ranah material teknologikal seperti yang dilaksanakan hari ini, kerjasama pelaksanaannya diperluas dengan menggandeng Akademi Ilmu Pengetahun Indonesia (AIPI) dan Himpunan Pengusaha Muda Indonesia ( HIPMI ). (Baca juga: Diskusi Kebangsaan: Praktik Mafia Hambat Kemandirian Industri Farmasi )

“FGD dilaksanakan bertepatan dengan peringatan Hari Pangan Sedunia ke-40. Mudah-mudahan momentum peringatan ini dapat lebih meningkatkan kesadaran penduduk dunia, khususnya masyarakat Indonesia akan pentingnya penanganan masalah pangan sebagai kebutuhan dasar manusia yang paling utama dan merupakan komoditas strategis, baik ditinjau dari segi ekonomi, politik dan sosial,” kata Ketua Umum Aliansi Kebangsaan Pontjo Sutowo saat membuka diskusi. (Baca juga: Terkait UU Ciptaker, Pengusaha Muda Sebut Tak Semua Orang Bisa Jadi PNS )

Diskusi juga menampilkan pembicara Ketua Forum Rektor Indonesia Pro Arif Satria, Ketua Umum AIPI Prof Satryo Soemantro Brodjonegoro, Ketua Umum HPIMI Mardani H Mamin, Prof Ahmad Erani Yustika, Ir Bambang Prijambodo, Dr Aiyen Tjoa, Robert Muda Hartawan, dan dimoderatori Mayjen TNI (Purn) I Dewa Putu Rai.

Menurut Pontjo Sutowo, membangun ketahanan pangan nasional harus terus diupayakan. Utamanya melalui pembangunan sektor pertanian dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi.

“Seperti sudah kita pahami bersama, ilmu pengetahuan dan teknologi telah menyebabkan terjadinya pergeseran paradigma perekonomian dunia. Dari yang semula berbasiskan pada sumber daya (Resource Based Economy) menjadi perekonomian yang berbasiskan pengetahuan (Knowledge Based Economy). Di mana pengetahuan dan teknologi menjadi faktor yang memberikan kontribusi signifikan dalam pertumbuhan dan kemandirian ekonomi,” kata Pontjo.

Pontjo mengingatkan, kekuatan suatu bangsa diukur dari kemampuan Iptek sebagai faktor primer ekonomi menggantikan modal, lahan dan energi untuk peningkatan daya saing.
“Karenanya, peningkatan kapasitas Iptek adalah mengukuhkan kebangsaan yang berperadaban dalam meraih cita-cita nasional dengan paradigma Pancasila,” kata Pontjo.

Menurut Pontjo, kunci sukses meraih daya saing, hal yang sangat menentukan kemandirian ekonomi suatu bangsa. Model ekonomi berbasis pengetahuan, dapat menstimulasi kreativitas dalam penerapan pengetahuan dan teknologi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

“Melalui penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, kekayaan dan lingkungan alam dapat didayagunakan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup suatu bangsa,” kata dia.

Oleh karena itulah, kata Pontjo, World Bank menaruh perhatian untuk mengukur dan memonitor perkembangan model ekonomi ini dengan menggunakan The Knowledge Economy Index (KEI) melalui empat pilar yang menjadi dasar penilaiannya.

“Harus kita sadari bersama bahwa transformasi perekonomian dunia menuju Ekonomi Pengetahuan pasti akan terus berlanjut, sejalan dengan kemajuan teknologi. Apakah bangsa ini akan berdiam diri hanya menjadi penonton dari transformasi tersebut sehingga terus menerus menjadi konsumen teknologi atau kita juga menjadi pemain aktif di dalamya?” kata dia.

Menurut Pontjo, semua itu tentu pilihannya terpulang dari bangsa ini. Namun menurut dia seharusnyalah bangsa ini terus berusaha mengejar ketertinggalan teknologi, apalagi Indonesia sudah bertekad menjadi negara maju pada tahun 2045.

“Tanpa penguasaan teknologi, mustahil Indonesia akan mampu membangun kemandirian ekonomi dan bersaing di tingkat global. Namun yang harus tetap kita jaga, transformasi ekonomi ini tidak boleh bergerak liar namun harus tetap dalam tuntunan nilai-nilai Pancasila demi kemakmuran inklusif dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia,” kata Pontjo mengingatkan.

Pontjo menjelaskan, negara-negara dengan kekayaan alam yang berlimpah sekalipun sudah menyadari bahwa suatu saat kekayaan alamnya akan habis.

Sementara kekayaan intelektual manusia, apabila dikelola dengan baik, akan berperan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi dan memperbaiki kualitas hidup suatu bangsa.

“National power, kedayasaingan, kemakmuran sebuah bangsa, tidak lagi ditentukan oleh endowment facto” seperti sumber daya alam, iklim, dan letak geografi. Akan tetapi sangat ditentukan oleh advanced factor yaitu ilmu pengetahuan dan teknologi,” kata dia.
(nth)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2142 seconds (0.1#10.140)