Aliansi Kebangsaan-AIPI-HIPMI Gelar FGD Pariwisata Saat Pandemi
loading...
A
A
A
BOGOR - Aliansi Kebangsaan dan Forum Rektor Indonesia (FRI) bekerjasama dengan Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) dan Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) kembali menyelenggarakan Webinar Rangkaian Focus Group Discussion (FGD). Topik yang dibahas dalam FGD Jumat (18/12/2020) kali ini adalah “Penguasaan dan Pengembangan Teknologi di Sektor Pariwisata ”.
Persoalan yang kerap mengemuka di tengah pandemi COVID-19 menyusul pemberlakuan new normal baru. Sejauhmana teknologi di sektor pariwisata mampu meminimalisir penyebaran COVID-19. (Baca juga: Aliansi Kebangsaan Gelar FGD Bahas Pengembangan Teknologi Sektor Kelautan )
Diskusi ini menghadirkan narasumber Pakar AIPI Dr Ir Myra P Gunawan MT, Pengurus BPP HIPMI Rano Wiharta, Ketua PD FSP Par – Pelaku Pariwisata Bali Putu Satyawira M, dan Ketua Pusat Unggulan Pariwisata Universitas Udayana Ir Agung Suryawan Wiranatha MSc PhD. (Baca juga: Banyak yang Mau Liburan, Luhut: Jika Terlalu Dibuka Nanti Tak Ada Disiplin )
Sebelum diskusi yang dimoderatori Mayjen TNI (Purn) I Dewa Putu Rai (Pengurus Aliansi Kebangsaan) dimulai, Ketua Aliansi Kebangsaan Pontjo Sutowo, Ketua Forum Rektor Indonesia Prof Arif Satria, Ketua Umum AIPI Prof Satryo Soemantri Brojonegoro, dan Ketua BPP HIPMI Mardani H Maming memberikan kata pengantarnya.
Dalam pengantarnya, Ketua Aliansi Kebangsaan Pontjo Sutowo mengatakan, sejak pandemi COVID-19 mewabah sektor pariwisata mengalami pukulan telak. Hal ini terlihat dari menurunnya jumlah kunjungan wisatawan mancanegara. Berdasarkan data BPS pada Agustus 2020, kunjungan wisatawan hanya 162.000 kunjungan.
Jumlah itu jelas menurun drastis hingga 89,2% dibandingkan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara pada Agustus tahun lalu yang mencapai lebih dari 1,52 juta kunjungan. Akibatnya, Indonesia kehilangan pemasukan devisa sekitar USD14 miliar sampai USD15 miliar.
“Bali yang menjadi destinasi pilihan saat ini membatasi jumlah kunjungan dan kegiatan pariwisata sebagai upaya mencegah penyebaran COVID-19. Bali sendiri mengalami kerugian hingga lebih dari Rp8 triliun setiap bulannya. Kondisi ini akhirnya berimbas pada sektor-sektor pendukung pariwisata seperti penerbang, perhotelan, makanan, yang khususnya dimiliki sektor UMKM,” kata dia.
Meski demikian, Pontjo menyakini sebagaimana keyakinan banyak pihak bahwa sektor pariwisata akan mengalami kebangkitan. Karenanya, industri pariwisata harus siap beradaptasi dan berbenah. Pembukaan destinasi wisata harus memenuhi aturan dan mematuhi protokol kesehatan Covid-19. Kebersihan, kesehatan, dan keselamatan menjadi yang utama.
Menurut dia, perlu kolaborasi dengan berbagai pihak untuk meningkatkan pariwisata Indonesia yang berbasis ilmu pengetahuan. Indonesia jangan hanya jadi penonton dan konsumen teknologi, harus terus mengejar ketertinggalan teknologi hingga akhirnya mandiri.
Sementara itu, pakar AIPI yang juga dosen ITB Satryo Dr Ir Myra P Gunawan MT menyampaikan, harapan tinggi terhadap pariwisata Indonesia belum didukung dengan perencanaan yang matang. Hal ini menyebabkan pembangunan pariwisata Indonesia terhambat oleh banyaknya pembangunan sektoral dan tumpang tindih antara sektor-sektor disiplin ilmu.
Persoalan yang kerap mengemuka di tengah pandemi COVID-19 menyusul pemberlakuan new normal baru. Sejauhmana teknologi di sektor pariwisata mampu meminimalisir penyebaran COVID-19. (Baca juga: Aliansi Kebangsaan Gelar FGD Bahas Pengembangan Teknologi Sektor Kelautan )
Diskusi ini menghadirkan narasumber Pakar AIPI Dr Ir Myra P Gunawan MT, Pengurus BPP HIPMI Rano Wiharta, Ketua PD FSP Par – Pelaku Pariwisata Bali Putu Satyawira M, dan Ketua Pusat Unggulan Pariwisata Universitas Udayana Ir Agung Suryawan Wiranatha MSc PhD. (Baca juga: Banyak yang Mau Liburan, Luhut: Jika Terlalu Dibuka Nanti Tak Ada Disiplin )
Sebelum diskusi yang dimoderatori Mayjen TNI (Purn) I Dewa Putu Rai (Pengurus Aliansi Kebangsaan) dimulai, Ketua Aliansi Kebangsaan Pontjo Sutowo, Ketua Forum Rektor Indonesia Prof Arif Satria, Ketua Umum AIPI Prof Satryo Soemantri Brojonegoro, dan Ketua BPP HIPMI Mardani H Maming memberikan kata pengantarnya.
Dalam pengantarnya, Ketua Aliansi Kebangsaan Pontjo Sutowo mengatakan, sejak pandemi COVID-19 mewabah sektor pariwisata mengalami pukulan telak. Hal ini terlihat dari menurunnya jumlah kunjungan wisatawan mancanegara. Berdasarkan data BPS pada Agustus 2020, kunjungan wisatawan hanya 162.000 kunjungan.
Jumlah itu jelas menurun drastis hingga 89,2% dibandingkan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara pada Agustus tahun lalu yang mencapai lebih dari 1,52 juta kunjungan. Akibatnya, Indonesia kehilangan pemasukan devisa sekitar USD14 miliar sampai USD15 miliar.
“Bali yang menjadi destinasi pilihan saat ini membatasi jumlah kunjungan dan kegiatan pariwisata sebagai upaya mencegah penyebaran COVID-19. Bali sendiri mengalami kerugian hingga lebih dari Rp8 triliun setiap bulannya. Kondisi ini akhirnya berimbas pada sektor-sektor pendukung pariwisata seperti penerbang, perhotelan, makanan, yang khususnya dimiliki sektor UMKM,” kata dia.
Meski demikian, Pontjo menyakini sebagaimana keyakinan banyak pihak bahwa sektor pariwisata akan mengalami kebangkitan. Karenanya, industri pariwisata harus siap beradaptasi dan berbenah. Pembukaan destinasi wisata harus memenuhi aturan dan mematuhi protokol kesehatan Covid-19. Kebersihan, kesehatan, dan keselamatan menjadi yang utama.
Menurut dia, perlu kolaborasi dengan berbagai pihak untuk meningkatkan pariwisata Indonesia yang berbasis ilmu pengetahuan. Indonesia jangan hanya jadi penonton dan konsumen teknologi, harus terus mengejar ketertinggalan teknologi hingga akhirnya mandiri.
Sementara itu, pakar AIPI yang juga dosen ITB Satryo Dr Ir Myra P Gunawan MT menyampaikan, harapan tinggi terhadap pariwisata Indonesia belum didukung dengan perencanaan yang matang. Hal ini menyebabkan pembangunan pariwisata Indonesia terhambat oleh banyaknya pembangunan sektoral dan tumpang tindih antara sektor-sektor disiplin ilmu.