15.000 Anak Indonesia Terpapar COVID-19

Jum'at, 18 September 2020 - 18:53 WIB
loading...
15.000 Anak Indonesia...
Foto/Ilustrasi/SINDOnews/dok
A A A
SEMARANG - Sekitar 15.000 anak usia 0-14 tahun di Indonesia terpapar COVID-19 . Dari jumlah tersebut, 165 anak telah meninggal dunia.

Data tersebut disampaikan oleh Ketua Tim Ahli Gugus Tugas Covid-19 Provinsi Jateng, Dokter Anung Sugihantono dalam Webinar "Peran Media dalam Mempromosikan Program Kesejahteraan dan Perlindungan Anak di Masa Pandemi: Anak-anak dalam Pusaran Kluster Keluarga COVID-19", Jumat (18/9/2020).

"Data itu per 16 September 2020. Data selalu berubah setiap saat. Secara nasional jumlah penduduk yang terpapar Covid-19 ada 230.000; sementara tim kesehatan sudah memeriksa 2,7 juta spesimen," ungkap Anung. (BACA JUGA: Gerindra Larang Cakadanya Gelar Konser Musik saat Kampanye Pilkada)

Ia menyebutkan, angka kematian tertinggi untuk anak terjadi pada bayi, yakni usia hingga satu tahun.

Sementara, khusus di Jawa Tengah ada 538 anak yang terpapar COVID-19 berdasarkan data per 17 September 2020. Mereka berusia 0 hingga 11 tahun. Mereka terdiri dari 222 anak perempuan dan 316 anak laki-laki.

"Data itu berdasar sistem pelaporan coronajateng.co.idpada hari Kamis, 17 September 2020 pada pukul 11.00," ungkapnya.

Sementara itu, Setya Dipayana, dokter spesialis anak dari Ikatan Dokter Anak Indonesia menjelaskan bahwa anak memiliki kekebalan tubuh (imunitas) yang bagus.

"Karena imunitasnya bagus, mereka kemungkinan justru menjasi asymptomatis. Yakni telah terpapar COVID-19 namun tidak menimbulkan gejala apa-apa karena mereka kebal. Akan tetapi ketika mereka berdekatan dengan orang yang kekebalannnya menurun atau orang tua, maka mereka menjadi penular. Anak-anak bisa disebut super spreader (penyebar super)," terang Setya Dipayana.

Anak-anak jadi carrier (pembawa). Dia bisa menyebarkan ke mana pun tanpa terdeteksi. (BACA JUGA: KKB di Papua Kembali Berulah, Warga Sipil dan TNI Jadi Korban)

"Namun keluarga sekarang sering bilang anaknya tidak usah dicek karena merasa kasihan. Padahal kita tahu, ia bisa menjadi penyebar. Oleh karena itu kita semua harus sadar dengan membuat adaptasi kepada kebiasaan baru bagaimana agar penularan itu tidak terjadi," jelasnya.

Caranya seperti yang sudah dianjurkan pemerintah, membiasakan anak-anak mencuci tangan, mengenakan masker, dan menjaga jarak.

"Harus memberikan edukasi yang jelas dengan bahasa yang mengena kepada anak-anak. Diberi pengertian jangan saling tukar masker karena gambar maskernya Doraemon atau gambar lainnya," tuturnya.

Dokter Anung maupun Setya juga berpendapat karena pandemi COVID-19 masih terus menyebar, maka sebaiknya pembalajaran secara tatap muka ditiadakan dulu. (BACA JUGA: Tiba di Italia, Luis Suarez Disoraki dan Dicibir Suporter)

Namun jika memang banyak masyarakat menghendaki, maka belajar tatap buka bisa dilangsungkan namun harus dengan protokol kesehatan yang sangat ketat.

"Di sekolah yang biasanya ruangannya ber-AC dan tertutup; harus dibuka agar udara bebas keluar. Jumlah siswanya pun harus dibatasi. Selain itu ruang guru dan kepala sekolah juga harus diperhatikan agar bebas dari penyebaran COVID," tandas dokter Anung.
(vit)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1747 seconds (0.1#10.140)