Wangi Kopi Robusta Pendalungan Menyeruak Hingga Negeri Piramid

Jum'at, 18 September 2020 - 07:08 WIB
loading...
Wangi Kopi Robusta Pendalungan...
Pekerja memetik kopi robusta di Kebun Gunung Gumitir milik PT. Perkebunan Nusantara XII (PTPN XII), Jember, Jawa Timur, Kamis (17/9/2020). Foto/SINDOnews/Ali Masduki
A A A
JEMBER - Semilir angin jelang tengah hari terasa menyegarkan. Sinar sang surya terselip di antara dedaunan kopi robusta, seolah tunduk dengan buaian sang bayu yang bertiup sepoi-sepoi.

(Baca juga: Dihantam Pandemi COVID-19, Ekspor Produk Perikanan Jatim Tumbuh )

Gunung Gumitir, salah satu sudut ujung timur di Kabupaten Jember, hari-hari ini begitu cerah, didominasi warna merah terselip di antara dedaunan. Secerah wajah-wajah para petani yang tengah masuk musim panen. Pria-wanita, tua-muda, nampak sibuk beraktivitas di lahan perkebunan untuk memetik merahnya buah kopi bumi Pandalungan.

Para petani ini penuh suka cita, menembus rimbunnya pohon kopi robusta yang tumbuh subur diketinggin 600 - 800 meter di atas permukaan air laut (mdpl). Maklum saja, hasil dari petik kopi cukup lumayan. Satu kilogram buah kopi, pemetik bisa mengantongi Rp1000. Dalam sehari, rata-rata mereka mampu memetik hingga 50 kg, bahkan ada yang berhasil mengumpulkan buah kopi seberat 90 kg.

Wangi Kopi Robusta Pendalungan Menyeruak Hingga Negeri Piramid


Tanaman kopi robusta ini tumbuh di lahan seluas sekitar 730 hektar, milik PT. Perkebunan Nusantara XII (PTPN XII). Dari total luas lahan itu, sekitar 508 hektar saat ini sedang musim panen. (Baca juga: 1.101 Bed Khusus Pasien COVID-19 di Surabaya Kosong )

Manager Kebun Gunung Gumitir, M. Nur Shodiq menuturkan, kopi robusta mulai ditanam dilahan PTPN XII ini mulai tahun 2010. Kemudian berlanjut pada tahun 2011,2014,2017,2018 dan terakhir tahun 2019. "Luasan yang sudah menghasilkan yakni 508 hektar," katanya.

Sedangkan sisanya, tanaman kopi Robusta masih dalam masa Tanaman Belum Menghasilkan (TBM). TBM satu masih umur satu tahun, TBM kedua umur dua tahun dan TBM ketiga umur tiga tahun. Untuk TBM ketiga, tahun depan sudah masuk Tanaman Menghasilkan (TM).

Shodiq mengatakan, pada musim panen tahun ini pihaknya ditarget bisa menghasilkan produksi kopi sekitar 296.681 ton. Melihat kondisi cuaca yang cukup bersahabat, ia optimis target tersebut bisa tercapai. Hal itu dibuktikan, sampai dengan hari petik ke-54 sudah mampu menghasilkan 140 ton. "Kami optimis bisa mencapai target 296.681 ton," ucapnya.

Wangi Kopi Robusta Pendalungan Menyeruak Hingga Negeri Piramid


Kata dia, untuk mempercepat masa panen harus mengerahkan tenaga pemetik dari internal maupun ekternal. Total dalam satu hari ada sekitar 600 orang pemetik. Dari internal sekitar 200 orang dan sisanya mengambil tenaga luar. Itu dilakukan karena memang buah kopi memerahnya serempak.

"Mau tidak mau harus mengambil tenaga dari luar, tentunya dengan kompensasi penginapan maupun antar jemput," tegasnya. (Baca juga: Tingkatkan Kualitas Kopi, Petani Dampingan API Gelar Klinik Kopi )

Komoditas kopi robusta dari lahan Gunung Gumitir ini nantinya untuk memenuhi kebutuhan pasar ekspor, terutama di ekspor ke Mesir. Dari total hasil produksi 296.681 ton, 80 persen mutu satu untuk ekspor dan 20 persen mutu lokal. Sesuai perencanaan, kata Shodiq, pendapatan total tahun ini baik dari hasil kopi maupun kayu dan cafe direncanakan dikisaran Rp14 miliar.

Shodiq menambahkan, kopi robusta di perkebunan Gunung Gumitir ini prospeknya masih sangat bagus, karena tananam kopinya masih tanaman muda. Namun perlu siasat cerdik dalam mengatur biaya pemeliharaan kopi robusta supaya bisa menguntungkan. Siasat itu menyusul harga jual kopi robusta masih kalah dengan kopi Arabika. Padahal biaya perawatan dan rentan waktu yang dibutuhkan sama. Kopi robusta harga jualnya di kisaran Rp31.000-35.000, sedangkan kopi Arabika bisa mencapai Rp65.000-70.000.

Wangi Kopi Robusta Pendalungan Menyeruak Hingga Negeri Piramid


"Jadi masih memungkinkan berkembang. Dari sisi produksinya pasti akan naik, asal pengelolaannya tidak salah. Dalam artian nutrisi tercukupi, pola pemeliharaannya juga dilakukan dengan benar. Unggulnya kita masih tanaman muda yang tingkat produksinya terus naik," tegas dia.

(Baca juga: Menjaga Mutu Kopi Robusta Sridonoretno Agar Bersaing di Pasaran )

Sekedar diketahui, kopi robusta memiliki karakter berbeda dengan kopi Arabika. Kopi Arabika memiliki karakter rasa yang cenderung asam, lebih kaya rasa. Bentuk biji lonjong, gepeng, dan agak memanjang. Hanya dapat tumbuh di dataran lebih dari 700 meter di atas permukaan laut (mdpl).

Sedangkan kopi robusta memiliki karakter rasa yang cenderung pahit. Tidak memiliki banyak karakter rasa, umumnya kopi robusta memiliki karakter rasa lebih ke kacang-kacangan (nutty), Bentuk biji bulat utuh, dan ukurannya lebih kecil dari arabika(tergantung varietas biji). Dapat tumbuh di dataran rendah antara 300-700 mdpl.
(eyt)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.4014 seconds (0.1#10.140)