Ekonomi Digital Dinilai Jadi Motor Pemulihan Ekonomi

Rabu, 09 September 2020 - 18:27 WIB
loading...
Ekonomi Digital Dinilai Jadi Motor Pemulihan Ekonomi
Saat ini masyarakat mengalami perubahan disrupsi dalam skala besar di mana digital menjadi andalan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. (Foto/Ilustrasi)
A A A
BOGOR - Pandemi COVID-19 ini tak ubahnya seperti dalam "Konsep Survival of The Fittes dari Charles Darwin, dalam bukunya On The Origin Of Spesies".

Dalam bukunya tersebut Darwin menjelaskan, dalam proses seleksi alam, mereka yang paling bugar dan dapat beradaptasi dengan situasi lingkungan ang akan berhasil melewati proses seleksi alam. Sementara mereka yang tidak bugar dan sulit beradaptasi, akan tergerus oleh proses seleksi alam yang terjadi.

Begitupula dengan Pandemi COVID-19 ini yang hampir mirip dengan proses seleksi alam, dimana setiap orang dituntut untuk bisa bertahan atau survive di tengah dampak yang ditimbulkannya.

Tidak hanya dari dampak kesehatan, namun juga dampak sosial, dampak ekonomi , dan dampak-dampak lainnya.

Sekertaris Jenderal Bakornas Fokusmaker Azka Aufary Ramli mengatakan, menginjak era new normal, survival bisnis sangat bergantung pada kemampuan dan kecepatannya untuk beradaptasi dengan kondisi pasar agar dapat mempertahankan kelangsungan, produktivitas maupun menjaga profitabilitas bisnis semua pihak diharuskan beradaptasi dengan masa ini agar bisa menjemput kesempatan (opportunity) baru.

"Saat ini masyarakat mengalami perubahan disrupsi dalam skala besar di mana digital menjadi andalan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari," kata dia dalam keterangan tertulisnya di Bogor, Rabu (9/9/2020). (BACA JUGA: Tahun Depan Tol Cipali Akan Terkoneksi ke Bandara Kertajati)

Don Tapscott, yang pertama kali melontarkan ide tentang ekonomi digital pada 1995, kata dia, tentu bergembira bahwa ekonomi digital ternyata mendapatkan peran dan dampak yang penting di era pandemi ini.

Korporasi dan kegiatan usaha yang telah berbasis digital tentu akan mendapatkan keuntungan di era normal baru. Sementara itu, korporasi yang masih mengandalkan model bisnis tradisional kemungkinan besar akan semakin susah berkembang.

Fakta di lapangan menunjukkan bahwa dunia sedang mengalami transformasi dari ekonomi tradisional ke arah ekonomi digital karena berbagai alasan.

Pertama, penggunaan teknologi digital akan memperbaiki proses produksi dan meningkatkan efisiensi, sehingga biaya produksi menjadi lebih murah dan keuntungan semakin meningkat.

Kedua, ketergantungan manusia pada teknologi informasi dan komunikasi sudah tidak bisa dipisahkan lagi sehingga mau tidak mau sebanyak mungkin aktivitas manusia dilakukan melalui teknologi digital.

"Ketiga, faktor social distancing di era normal baru membuat physical contactless semakin diminati masyarakat, sehingga korporasi akan berlomba-lomba mengembangkan inovasi dan proses bisnis yang berbasis teknologi digital," bebernya. (BACA JUGA: Terapkan Creative Marketing, Azarine Gandeng Brand Lokal)

Lalu Keempat, bukti empiris dari berbagai studi dan penelitian memperlihatkan bahwa adopsi teknologi digital memiliki korelasi yang kuat dengan pertumbuhan ekonomi dunia. Oleh karena itu, prospek ekonomi digital sebagai sumber pertumbuhan ekonomi di era normal baru sangat menjanjikan.

Kelima, globalisasi ekonomi masih diperlukan oleh semua negara untuk mendukung kesejahteraan seluruh umat manusia sehingga ke depan ekonomi digital akan menjadi fondasi konektivitas dan perdagangan lintas negara.

"Jadi kita bisa melihat cerita sukses dari industri e-commerce yang mendapatkan momentum pertumbuhan luar biasa saat pandemi, dan saat industri lain mengalami kejatuhan," sebutnya.
(vit)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.9341 seconds (0.1#10.140)