Pengusaha Wisata Bandung Tolak Rencana Bandara Husein Jadi Domestik
loading...
A
A
A
BANDUNG - Para pengusaha wisata se-Bandung Raya, Jawa Barat , menolak rencana pemerintah mengubah Bandara Internasional Husein Sastranegara jadi bandar udara domestik. Artinya, Bandara Husein hanya akan melayani penerbangan dalam negeri, tidak lagi internasional.
Jika rencana tersebut dilaksanakan, pelancong asal Singapura dan Malaysia tidak bisa lagi langsung ke Bandung untuk berwisata. Sedangkan Bandara Husein Sastranegara selama ini dikenal jadi pintu masuk utama bagi pelancong asal Singapura dan Malaysia untuk berbelanja dan berwisata di Kota Bandung. (BACA JUGA: Wow! 490 Ribu Pelanggaran Prokes COVID-19 Terjadi di Kabupaten Bandung )
Direktorat Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan dalam suratnya kepada Menteri Perhubungan (Menhub) pada Juli 2020 tentang usulan status penggunaan Bandara menyebut ada delapan bandara yang akan berubah status menjadi bandara domestik. Salah satunya Bandara Husein Sastranegara Bandung. (BACA JUGA: COVID-19 Masih Mengancam, Pilkada Serentak 2020 Dipastikan Tak Meriah )
Sekadar untuk diketahui, delapan bandara internasional yang statusnya bakal diubah menjadi domestik di Indonesia, antara lain Bandara Maimun Salah di Sabang, Aceh; Bandara RH Fisabilillah di Tanjung Pinang; dan Bandara Radin Inten II Lampung. (BACA JUGA: Bandung Diteror Penjahat Jalanan, Dua Pekan 9 Warga Jadi Korban )
Kemudian, Bandara Pattimura Ambon, Maluku; Frans Kaisiepo di Biak, Papua; Bandara Banyuwangi di Banyuwangi, Jawa Timur; Bandara Husein Sastranegara Bandung, Kota Bandung, Jawa Barat; dan Bandara Mopah, Merauke, Papua Barat. (BACA JUGA: AP 2 Husein Optimistis 2 Maskapai Lainnya Buka Rute di Bandung )
Ketua Asosiasi Tours and Travel (Asita) Jabar Budijanto Ardiansjah mengatakan, telah mendengar rencana pengubahan status Bandara Husein Sastranegara menjadi bandara domestik.
Namun, Budijanto tidak menyangka Husein Sastranegara masuk ke dalam daftar perubahan itu. Seharusnya pemerintah tidak mengurangi bandara internasional.
"Saya menyayangkan jika itu dilaksanakan. Justru bandara internasional harusnya ditambah, diperbanyak, bukan dikurangi, dengan memperketat perubahan status bandara domestik jadi internasional," kata Budijanto kepada wartawan via ponselnya, Jumat (4/9/2020).
Pria yang akrab disapa Budi ini mengemukakan, berubahnya Bandara Husein Sastranegara dari bandara internasional ke domestik akan berdampak kurang baik bagi pariwisata di Jabar khususnya Bandung Raya.
Apalagi, selama ini, ujar dia, banyak sekali maskapai penerbangan yang mengangkut wisatawan dari Singapura dan Malaysia ke Kota Bandung dan Bandung Raya sebagai destinasi wisata favorit mereka di Jabar.
"Bandara Husein Sastranegara kan lumayan. Membuka penerbangan dari dan ke Singapura serta Malaysia. Dengan perubahan status itu, pasti akan memberi dampak kurang baik bagi pariwisata," ujar Budi.
Di Jabar, tutur Budi, terdapat dua bandara, yakni Bandara Internasional Husein Sastranegara dan Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati.
"Selama aksesibilitas Kertajati ke Bandung Raya belum ada, wisata ke Bandung Raya akan merosot, menurun tajam. Kecuali jika nanti Tol Cisumdawu, penghubung Kertajati ke Bandung Raya sudah bisa beroperasi, akan memangkas waktu tempuh Kertajati Bandung Raya. Mungkin itu lain cerita," ujar Budi.
Ketua Himpunan Pedagang Pasar Baru Bandung (HP2B) Iwan Suhermawan mengatakan, jika Bandara Husein Sastranegara tidak lagi melayani penerbangan internasional, akan berdampak pada penjualan pakaian jadi dan bahan tekstil di Pasar Baru Trade Center.
Pasar Baru di Kota Bandung, kata Iwan, menjadi salah satu destinasi wisata belanja bagi warga Malaysia. Di pasar yang didominasi menjual pakaian jadi dan bahan tekstil ini, pedagang biasa menerima pembayaran dalam mata uang Ringgit dan dolar Singapura.
Bukan hanya warga biasa, banyak pejabat pemerintah di Malaysia yang belanja di Pasar Baru Trade Center yang berlokasi di Jalan Otto Iskandardinata (Ottista) Kota Bandung itu.
"Sebagai pedagang dan Ketua Himpunan Pedagang Pasar Baru Bandung, saya sangat menyesalkan. Jangan sampai terjadilah penutupan penerbangan internasional dari dan ke Bandung. Kota Bandung ini kan tidak punya sawah, hutan, laut, jadi mengandalkan jasa," kata Iwan.
Menurut Iwan, wisatawan asing yang datang ke Kota Bandung itu didominasi warga Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam dengan penerbangan langsung ke Bandara Husein Sastranegara. Mereka umumnya belanja pakaian dan mengunjungi objek wisata alam.
"Kalau Bandara Husein jadi domestik, otomatis tidak akan ada penerbangan ke Bandung dari Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam. Artinya, wisatawan ke Bandung untuk belanja dan wisata bakal berkurang. Akan berdampak bukan ke Pasar Baru saja, tapi ke dunia pariwisata di Bandung Raya. Wisatawan yang biasanya belanja ke Pasar Baru, bakal pindah ke Tanah Abang, Jakarta atau Medan," tutur Iwan.
Berdasarkan Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, kunjungan wisatawan asing ke Jabar pada semester I 2020 atau Januari-Juni hanya mencapai 30.230 orang atau menurun sebanyak 75.849 orang pada periode sama tahun lalu, 2019. Penurunan itu imbas pandemi COVID-19.
"Kami menolak jika Bandara Husein Sastranegara hanya jadi bandara domestik saja karena itu akan merugikan pelaku usaha wisata di Kota Bandung," tegas Iwan.
Gubernur Jabar Ridwan Kamil saat dimintai tanggapan soal Bandara Husein Sastranegara hanya melayani domestik, mengaku belum tahu. Pemprov Jabar sedang fokus menanggulangi pandemi COVID-19. "Soal itu, saya kira kami akan ikuti rencana pemerintah pusat saja dulu," kata Kang Emil di Mapolda Jabar, Kamis (3/9/2020).
Sementara itu, Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Jabar Heri Antasari mengatakan, wacana mengurangi jumlah bandara internasional di Indonesia ini sebelumnya disampaikan Presiden Joko Widodo pada 6 Agustus 2020 saat memberikan arahan dalam rapat terbatas kepada Kemenhub.
Presiden Jokowi melihat Indonesia memiliki terlalu banyak bandara internasional yang berjumlah 30 unit. Karena itu, Presiden Jokowi mengarahkan agar jumlah itu dipertimbangkan kembali agar tercipta efisiensi di sektor penerbangan.
Jika rencana tersebut dilaksanakan, pelancong asal Singapura dan Malaysia tidak bisa lagi langsung ke Bandung untuk berwisata. Sedangkan Bandara Husein Sastranegara selama ini dikenal jadi pintu masuk utama bagi pelancong asal Singapura dan Malaysia untuk berbelanja dan berwisata di Kota Bandung. (BACA JUGA: Wow! 490 Ribu Pelanggaran Prokes COVID-19 Terjadi di Kabupaten Bandung )
Direktorat Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan dalam suratnya kepada Menteri Perhubungan (Menhub) pada Juli 2020 tentang usulan status penggunaan Bandara menyebut ada delapan bandara yang akan berubah status menjadi bandara domestik. Salah satunya Bandara Husein Sastranegara Bandung. (BACA JUGA: COVID-19 Masih Mengancam, Pilkada Serentak 2020 Dipastikan Tak Meriah )
Sekadar untuk diketahui, delapan bandara internasional yang statusnya bakal diubah menjadi domestik di Indonesia, antara lain Bandara Maimun Salah di Sabang, Aceh; Bandara RH Fisabilillah di Tanjung Pinang; dan Bandara Radin Inten II Lampung. (BACA JUGA: Bandung Diteror Penjahat Jalanan, Dua Pekan 9 Warga Jadi Korban )
Kemudian, Bandara Pattimura Ambon, Maluku; Frans Kaisiepo di Biak, Papua; Bandara Banyuwangi di Banyuwangi, Jawa Timur; Bandara Husein Sastranegara Bandung, Kota Bandung, Jawa Barat; dan Bandara Mopah, Merauke, Papua Barat. (BACA JUGA: AP 2 Husein Optimistis 2 Maskapai Lainnya Buka Rute di Bandung )
Ketua Asosiasi Tours and Travel (Asita) Jabar Budijanto Ardiansjah mengatakan, telah mendengar rencana pengubahan status Bandara Husein Sastranegara menjadi bandara domestik.
Namun, Budijanto tidak menyangka Husein Sastranegara masuk ke dalam daftar perubahan itu. Seharusnya pemerintah tidak mengurangi bandara internasional.
"Saya menyayangkan jika itu dilaksanakan. Justru bandara internasional harusnya ditambah, diperbanyak, bukan dikurangi, dengan memperketat perubahan status bandara domestik jadi internasional," kata Budijanto kepada wartawan via ponselnya, Jumat (4/9/2020).
Pria yang akrab disapa Budi ini mengemukakan, berubahnya Bandara Husein Sastranegara dari bandara internasional ke domestik akan berdampak kurang baik bagi pariwisata di Jabar khususnya Bandung Raya.
Apalagi, selama ini, ujar dia, banyak sekali maskapai penerbangan yang mengangkut wisatawan dari Singapura dan Malaysia ke Kota Bandung dan Bandung Raya sebagai destinasi wisata favorit mereka di Jabar.
"Bandara Husein Sastranegara kan lumayan. Membuka penerbangan dari dan ke Singapura serta Malaysia. Dengan perubahan status itu, pasti akan memberi dampak kurang baik bagi pariwisata," ujar Budi.
Di Jabar, tutur Budi, terdapat dua bandara, yakni Bandara Internasional Husein Sastranegara dan Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati.
"Selama aksesibilitas Kertajati ke Bandung Raya belum ada, wisata ke Bandung Raya akan merosot, menurun tajam. Kecuali jika nanti Tol Cisumdawu, penghubung Kertajati ke Bandung Raya sudah bisa beroperasi, akan memangkas waktu tempuh Kertajati Bandung Raya. Mungkin itu lain cerita," ujar Budi.
Ketua Himpunan Pedagang Pasar Baru Bandung (HP2B) Iwan Suhermawan mengatakan, jika Bandara Husein Sastranegara tidak lagi melayani penerbangan internasional, akan berdampak pada penjualan pakaian jadi dan bahan tekstil di Pasar Baru Trade Center.
Pasar Baru di Kota Bandung, kata Iwan, menjadi salah satu destinasi wisata belanja bagi warga Malaysia. Di pasar yang didominasi menjual pakaian jadi dan bahan tekstil ini, pedagang biasa menerima pembayaran dalam mata uang Ringgit dan dolar Singapura.
Bukan hanya warga biasa, banyak pejabat pemerintah di Malaysia yang belanja di Pasar Baru Trade Center yang berlokasi di Jalan Otto Iskandardinata (Ottista) Kota Bandung itu.
"Sebagai pedagang dan Ketua Himpunan Pedagang Pasar Baru Bandung, saya sangat menyesalkan. Jangan sampai terjadilah penutupan penerbangan internasional dari dan ke Bandung. Kota Bandung ini kan tidak punya sawah, hutan, laut, jadi mengandalkan jasa," kata Iwan.
Menurut Iwan, wisatawan asing yang datang ke Kota Bandung itu didominasi warga Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam dengan penerbangan langsung ke Bandara Husein Sastranegara. Mereka umumnya belanja pakaian dan mengunjungi objek wisata alam.
"Kalau Bandara Husein jadi domestik, otomatis tidak akan ada penerbangan ke Bandung dari Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam. Artinya, wisatawan ke Bandung untuk belanja dan wisata bakal berkurang. Akan berdampak bukan ke Pasar Baru saja, tapi ke dunia pariwisata di Bandung Raya. Wisatawan yang biasanya belanja ke Pasar Baru, bakal pindah ke Tanah Abang, Jakarta atau Medan," tutur Iwan.
Berdasarkan Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, kunjungan wisatawan asing ke Jabar pada semester I 2020 atau Januari-Juni hanya mencapai 30.230 orang atau menurun sebanyak 75.849 orang pada periode sama tahun lalu, 2019. Penurunan itu imbas pandemi COVID-19.
"Kami menolak jika Bandara Husein Sastranegara hanya jadi bandara domestik saja karena itu akan merugikan pelaku usaha wisata di Kota Bandung," tegas Iwan.
Gubernur Jabar Ridwan Kamil saat dimintai tanggapan soal Bandara Husein Sastranegara hanya melayani domestik, mengaku belum tahu. Pemprov Jabar sedang fokus menanggulangi pandemi COVID-19. "Soal itu, saya kira kami akan ikuti rencana pemerintah pusat saja dulu," kata Kang Emil di Mapolda Jabar, Kamis (3/9/2020).
Sementara itu, Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Jabar Heri Antasari mengatakan, wacana mengurangi jumlah bandara internasional di Indonesia ini sebelumnya disampaikan Presiden Joko Widodo pada 6 Agustus 2020 saat memberikan arahan dalam rapat terbatas kepada Kemenhub.
Presiden Jokowi melihat Indonesia memiliki terlalu banyak bandara internasional yang berjumlah 30 unit. Karena itu, Presiden Jokowi mengarahkan agar jumlah itu dipertimbangkan kembali agar tercipta efisiensi di sektor penerbangan.
(awd)