Sejarah Kereta Api Rangkasbitung-Labuan, Langganan Noni Belanda Bertamasya
loading...
A
A
A
Kereta Api Rangkasbitung-Labuan ini menjadi andalan pada masa lalu dan di 2025 ini. Rencananya, akan mulai dilaksanakan proyek reaktivasi atau diaktifkan kembali jalur rel Kereta Api Rangkasbitung oleh Kementerian Perhubungan melalui Dirjen Perkeretaapian.
"Kalau jalur rel Rangkasbitung-Labuan aktif kembali maka akan menciptakan pusat bisnis baru di Pandeglang, khususnya di Kecamatan Pandeglang," katanya.
Kecamatan Pandeglang terdiri dari empat kelurahan, yaitu Kelurahan Pandeglang, Kelurahan Kabayan, Kelurahan Kadomas, dan Kelurahan Babakan Kalanganyar. “Untuk Kelurahan Pandeglang menjadi pusat peradaban, pusat sejarah dan budaya, jadi fokuskan itu. Jadi kulinernya mendukung itu, bukan kulinernya yang dibesarkan," katanya.
Selanjutnya, pusat bisnisnya itu di Kelurahan Kadomas. Kadomas merupakan tempat berdirinya Stasiun Pandeglang atau salah satu tempat pemberhentian Kereta Api Rangkasbitung-Labuan.
"Itu nanti akan menjadi pusat bisnis. Untuk reaktivasi segmen pertama ini dari Rangkasbitung sampai Eks Stasiun Pandeglang di Kelurahan Kadomas, Kecamatan Pandeglang," ungkapnya.
Kabid Arsip pada Dinas Perpustakaan dan Arsip Kabupaten Pandeglang Heryana mengatakan, Lintas Rangkasbitung-Labuan mulai dioperasikan pada pertengahan 1906. “Lintas ini cukup ramai dengan perjalanan kereta penumpang dan barang sebanyak lima kali pergi pulang sehari. Dengan komposisi kereta penumpang kelas II, kelas III, dan kereta khusus untuk inlanders (warga pribumi)," imbuhnya.
Kereta api pertama berangkat sekitar pukul 05.13 WIB dari Labuan dan tiba sekitar pukul 07.51 WIB pagi di Rangkasbitung. Kereta api terakhir berangkat dari Rangkasbitung sekitar pukul 16.00 WIB dan tiba senja hari, 18.24 WIB di Labuan.
Stasiun paling sibuk di lintas ini, di luar Rangkasbitung, adalah Labuan yang melayani naik-turun penumpang sebanyak 53-136 ribu orang per tahun serta pengangkutan barang hingga sejumlah hampir 7 ribu ton per tahun, di antara tahun 1950-1953. Stasiun kedua tersibuk adalah Menes, yang melayani antara 44-89 ribu penumpang per tahun pada kurun waktu yang sama.
"Kereta api di lintas ini pada masa lalu dimanfaatkan, salah satunya, untuk mengangkut ikan dari Labuan untuk dijual ke Jakarta. Dan sebaliknya membawa garam dari Tanah Abang untuk pembuatan ikan asin di Labuan," katanya.
Jumlah stasiun dilintasi Kereta Rangkasbitung-Labuan kurang lebih 17 stasiun. Dari 17 stasiun yang akan diaktifkan untuk di Kabupaten Pandeglang itu lima stasiun. "Yakni Stasiun Pandeglang, Kadukacang, Saketi, Menes, dan Labuan. Ke-lima stasiun ini dipilih sebagai stasiun yang direncanakan untuk dihidupkan kembali," ungkapnya.
"Kalau jalur rel Rangkasbitung-Labuan aktif kembali maka akan menciptakan pusat bisnis baru di Pandeglang, khususnya di Kecamatan Pandeglang," katanya.
Kecamatan Pandeglang terdiri dari empat kelurahan, yaitu Kelurahan Pandeglang, Kelurahan Kabayan, Kelurahan Kadomas, dan Kelurahan Babakan Kalanganyar. “Untuk Kelurahan Pandeglang menjadi pusat peradaban, pusat sejarah dan budaya, jadi fokuskan itu. Jadi kulinernya mendukung itu, bukan kulinernya yang dibesarkan," katanya.
Selanjutnya, pusat bisnisnya itu di Kelurahan Kadomas. Kadomas merupakan tempat berdirinya Stasiun Pandeglang atau salah satu tempat pemberhentian Kereta Api Rangkasbitung-Labuan.
"Itu nanti akan menjadi pusat bisnis. Untuk reaktivasi segmen pertama ini dari Rangkasbitung sampai Eks Stasiun Pandeglang di Kelurahan Kadomas, Kecamatan Pandeglang," ungkapnya.
Kabid Arsip pada Dinas Perpustakaan dan Arsip Kabupaten Pandeglang Heryana mengatakan, Lintas Rangkasbitung-Labuan mulai dioperasikan pada pertengahan 1906. “Lintas ini cukup ramai dengan perjalanan kereta penumpang dan barang sebanyak lima kali pergi pulang sehari. Dengan komposisi kereta penumpang kelas II, kelas III, dan kereta khusus untuk inlanders (warga pribumi)," imbuhnya.
Kereta api pertama berangkat sekitar pukul 05.13 WIB dari Labuan dan tiba sekitar pukul 07.51 WIB pagi di Rangkasbitung. Kereta api terakhir berangkat dari Rangkasbitung sekitar pukul 16.00 WIB dan tiba senja hari, 18.24 WIB di Labuan.
Stasiun paling sibuk di lintas ini, di luar Rangkasbitung, adalah Labuan yang melayani naik-turun penumpang sebanyak 53-136 ribu orang per tahun serta pengangkutan barang hingga sejumlah hampir 7 ribu ton per tahun, di antara tahun 1950-1953. Stasiun kedua tersibuk adalah Menes, yang melayani antara 44-89 ribu penumpang per tahun pada kurun waktu yang sama.
"Kereta api di lintas ini pada masa lalu dimanfaatkan, salah satunya, untuk mengangkut ikan dari Labuan untuk dijual ke Jakarta. Dan sebaliknya membawa garam dari Tanah Abang untuk pembuatan ikan asin di Labuan," katanya.
Jumlah stasiun dilintasi Kereta Rangkasbitung-Labuan kurang lebih 17 stasiun. Dari 17 stasiun yang akan diaktifkan untuk di Kabupaten Pandeglang itu lima stasiun. "Yakni Stasiun Pandeglang, Kadukacang, Saketi, Menes, dan Labuan. Ke-lima stasiun ini dipilih sebagai stasiun yang direncanakan untuk dihidupkan kembali," ungkapnya.