Kisah Letjen Mochamad Jasin Hajar Brigjen Kesayangan Soeharto Gara-gara Putrinya Digoda di Pesawat
loading...
A
A
A
Jasin jelas sosok yang sangat bertolak belakang dengan Bustanil. Dalam segala hal, Bustanil merupakan antitesis Jasin.
Menurut Jenkins, Jasin adalah seorang jenderal lapangan dan petarung. Sementara Bustanil seorang jenderal istana yang membereskan segalanya.
"Bustanil bulat montok, ceria, dan memanjakan diri sendiri. Ia jenis orang yang memiliki segala kenikmatan hidup," ucap Jenkins.
Sebenarnya Jasin berharap Soeharto menjatuhkan sanksi atas ulah Bustanil terhadap putrinya. Insiden di pesawat itu telah dilaporkan ke Istana. Namun, Presiden diam. Tidak ada tindakan apa pun terhadap mantan Komandan Kompi III Batalyon III IRMA tersebut.
Sikap diam Pak Harto jelas membuat dada Jasin berkobar. Apalagi ketika jenderal yang menjabat wakil KSAD itu ingin bertemu lagi, Soeharto menolaknya.
Amarah Jasin tak dapat ditahan lagi. Suatu hari dia mengundang Bustanil ke rumahnya di Kebayoran Baru, Jakarta.
"Jasin menampar muka dan memukulnya. Bustanil sebagai seorang jenderal bintang satu tidak mencoba mempertahankan diri," kata Jenkins.
Terdapat dua versi terkait pemukulan itu. Seorang jenderal senior di lingkaran Soeharto menyebut Jasin bukan orang yang menghajar Bustanil. Sosok yang memberi pelajaran atas kelakuan tak senonoh Bustanil yakni seorang perwira muda yang diperintah Jasin.
Tapi versi itu dibantah keras Jasin. Tentara jebolan PETA yang memulai karier militer sebagai perwira Staf Daidan I Madiun itu bersikeras dirinya yang membuat babak-belur Bustanil.
Cerita lain muncul dari seorang perwira senior TNI. Dia menyebut Jasin kemungkinan menampar satu atau dua kali Bustanil, namun selanjutnya diteruskan perwira muda.
Jasin telah membuktikan dirinya sebagai jenderal pensiunan paling tajam. Serdadu yang pernah diberi tugas sebagai Atase Pertahanan RI di Moskow itu tampil sebagai sosok dengan garis puritan keras, dijalin dengan sifat doktriner dan kaku.
Menurut Jenkins, Jasin adalah seorang jenderal lapangan dan petarung. Sementara Bustanil seorang jenderal istana yang membereskan segalanya.
"Bustanil bulat montok, ceria, dan memanjakan diri sendiri. Ia jenis orang yang memiliki segala kenikmatan hidup," ucap Jenkins.
Bustanil Ditampar
Sebenarnya Jasin berharap Soeharto menjatuhkan sanksi atas ulah Bustanil terhadap putrinya. Insiden di pesawat itu telah dilaporkan ke Istana. Namun, Presiden diam. Tidak ada tindakan apa pun terhadap mantan Komandan Kompi III Batalyon III IRMA tersebut.
Sikap diam Pak Harto jelas membuat dada Jasin berkobar. Apalagi ketika jenderal yang menjabat wakil KSAD itu ingin bertemu lagi, Soeharto menolaknya.
Amarah Jasin tak dapat ditahan lagi. Suatu hari dia mengundang Bustanil ke rumahnya di Kebayoran Baru, Jakarta.
"Jasin menampar muka dan memukulnya. Bustanil sebagai seorang jenderal bintang satu tidak mencoba mempertahankan diri," kata Jenkins.
Terdapat dua versi terkait pemukulan itu. Seorang jenderal senior di lingkaran Soeharto menyebut Jasin bukan orang yang menghajar Bustanil. Sosok yang memberi pelajaran atas kelakuan tak senonoh Bustanil yakni seorang perwira muda yang diperintah Jasin.
Tapi versi itu dibantah keras Jasin. Tentara jebolan PETA yang memulai karier militer sebagai perwira Staf Daidan I Madiun itu bersikeras dirinya yang membuat babak-belur Bustanil.
Cerita lain muncul dari seorang perwira senior TNI. Dia menyebut Jasin kemungkinan menampar satu atau dua kali Bustanil, namun selanjutnya diteruskan perwira muda.
Kritis ke Soeharto
Jasin telah membuktikan dirinya sebagai jenderal pensiunan paling tajam. Serdadu yang pernah diberi tugas sebagai Atase Pertahanan RI di Moskow itu tampil sebagai sosok dengan garis puritan keras, dijalin dengan sifat doktriner dan kaku.