Puncak Kejayaan Kerajaan Majapahit Beserta Raja dan Wilayah Kekuasaanya
loading...
A
A
A
JAKARTA - Puncak kejayaan Kerajaan Majapahit menarik untuk diulas. Majapahit yang didirikan oleh Raden Wijaya pada tahun 1292, mengukir salah satu babak sejarah yang sangat gemilang dalam peradaban Nusantara.
Majapahit naik daun setelah melewati periode penaklukan besar, yang dimulai dengan keberhasilan Raden Wijaya dalam mengatasi invasi Mongol ke pulau Jawa.
Namun, puncak kejayaan kerajaan Majapahit tercatat pada masa pemerintahan Ratu Tribhuwana Wijayatunggadewi dan lebih lanjut pada masa putranya, Hayam Wuruk, di abad ke-14, khususnya pada tahun 1350 hingga 1389.
Di bawah kepemimpinan mereka, Majapahit bukan hanya menguasai wilayah luas di Nusantara, tetapi juga dikenal di seluruh Asia Tenggara, menjadikan kerajaan ini sebagai salah satu yang terbesar pada masa itu.
Era kejayaan Majapahit secara historis dimulai pada pemerintahan Hayam Wuruk, yang memegang tampuk kekuasaan pada tahun 1350 di usia 16 tahun setelah ibundanya, Ratu Tribhuwana mengundurkan diri.
Hayam Wuruk, yang kemudian dikenal sebagai Sri Rajasanegara, naik tahta setelah Ratu Tribhuwana wijayatunggadewi menjalani masa pemerintahan yang juga penuh dengan prestasi. Pada masa ini, Majapahit mencapai puncak kejayaan baik dalam hal politik, militer, maupun ekonomi.
Sebagai raja muda, Hayam Wuruk dibantu oleh Mahapatih Gajah Mada, tokoh yang dikenal dengan sumpah legendarisnya, Sumpah Palapa.
Sumpah ini menjadi simbol dari ambisi besar Gajah Mada untuk menyatukan seluruh Nusantara di bawah kekuasaan Majapahit. Sumpah ini memotivasi serangkaian ekspansi militer yang efektif dan sukses, yang akhirnya menjadikan Majapahit menguasai hampir seluruh wilayah Nusantara.
Berdasarkan kitab Nagarakertagama yang ditulis pada tahun 1365, kerajaan Majapahit pada masa pemerintahan Hayam Wuruk berhasil menguasai 98 wilayah yang membentang dari ujung barat Sumatera hingga ke Papua.
Wilayah kekuasaan ini mencakup seluruh Pulau Jawa, Bali, Sumatra, Kalimantan, Nusa Tenggara, Maluku, Tumasik (Singapura), sebagian Filipina, dan bahkan sebagian dari Semenanjung Melayu dan Thailand selatan. Ekspansi wilayah ini menjadi tanda dari puncak kejayaan Kerajaan Majapahit yang berhasil menjalin hubungan dengan kerajaan-kerajaan di Asia Tenggara.
Di bawah pemerintahan Hayam Wuruk, kerjasama diplomatik dan perdagangan dengan negara-negara seperti Siam (Thailand), Kamboja, Singapura, dan bahkan China semakin maju. Walaupun masih menjadi bahan perdebatan di kalangan sejarawan, pengaruh Majapahit terhadap negara-negara ini tidak bisa dipandang sebelah mata.
Dalam tulisan oleh G.J. de Casparis di Majapahit Overseas Empire, Digital Atlas of Indonesian History, pengaruh Majapahit di luar negeri bukan hanya dalam hal politik, tetapi juga perdagangan dan budaya.
Pada masa pemerintahan Hayam Wuruk, kebesaran Majapahit bukan hanya tercermin dalam penguasaan wilayah, tetapi juga dalam kemakmuran rakyatnya. Kehidupan masyarakat Majapahit dipenuhi dengan kegiatan pertanian, perdagangan, dan kerajinan tangan yang berkembang pesat.
Ekonomi Majapahit terutama bergantung pada hasil bumi yang melimpah dari tanah Jawa dan sekitarnya, yang diperdagangkan dengan kerajaan-kerajaan di Asia Tenggara.
Selain itu, era pemerintahan Hayam Wuruk dikenal dengan pengaruh besar agama Hindu dalam kehidupan masyarakat Majapahit.
Meskipun demikian, Mahapatih Gajah Mada yang merupakan salah satu tokoh utama dalam puncak kejayaan Majapahit, memeluk agama Buddha. Toleransi beragama ini menjadi salah satu ciri khas Kerajaan Majapahit, di mana masyarakat dapat hidup berdampingan meskipun berbeda keyakinan.
Dalam bidang seni dan budaya, Majapahit juga berkembang pesat. Kerajaan ini terkenal dengan berbagai karya seni yang mewah, seperti arsitektur candi-candi, patung-patung, dan lukisan yang mencerminkan kekayaan budaya Hindu-Buddha yang berkembang pesat pada masa itu.
Puncak kejayaan Majapahit yang dimulai pada masa pemerintahan Hayam Wuruk tak luput dari dinamika politik internal.
Ketegangan politik internal sering kali muncul, terutama dalam memperebutkan kekuasaan di kalangan keluarga kerajaan. Meski demikian di bawah kepemimpinan Gajah Mada, Majapahit berhasil mempertahankan stabilitas dan melanjutkan ekspansi wilayah yang lebih luas.
Pada tahun 1357-1362, Kerajaan Majapahit pernah menghadapi konflik internal yang cukup signifikan, yang menyebabkan Tumasik (Singapura) lepas dari pengaruh Majapahit.
Namun, wilayah tersebut berhasil direbut kembali pada sekitar tahun 1390-an. Dengan stabilitas politik yang terus diperjuangkan oleh Mahapatih Gajah Mada, Majapahit berhasil memperluas wilayahnya lebih jauh, hingga ke Kepulauan Filipina dan bagian selatan Thailand.
Kerajaan Majapahit tidak hanya diingat sebagai sebuah kerajaan yang pernah mencapai puncak kejayaan dengan luas wilayah yang sangat besar, tetapi juga sebagai simbol dari kejayaan peradaban Jawa di dunia internasional.
Dari segi sejarah, puncak kejayaan Majapahit ditandai oleh dominasi politik dan ekonomi yang mencakup hampir seluruh Nusantara, dengan pengaruh besar di luar negeri.
Namun, meskipun kemegahan Majapahit di masa lalu telah mencapai puncaknya di bawah pemerintahan Hayam Wuruk, berbagai faktor internal, termasuk ketidakstabilan politik dan konflik antara bagian-bagian kerajaan, menyebabkan kerajaan ini mulai surut pada awal abad ke-16.
Pada tahun 1527, Majapahit akhirnya runtuh ketika datangnya serangan dari Kesultanan Demak. Namun, kemegahan kerajaan ini tetap meninggalkan warisan besar dalam sejarah Indonesia.
Kitab-kitab kuno seperti Nagarakertagama, Kidung Sunda, dan berbagai karya sejarah lainnya menjadi bukti catatan indah mengenai era puncak kejayaan Majapahit, dengan Wilwatikta (Trowulan) sebagai pusat peradaban yang besar.
Puncak kejayaan Majapahit pada masa pemerintahan Hayam Wuruk (1350–1389) memberikan kita pelajaran tentang pentingnya persatuan, kebijakan luar negeri yang strategis, serta kebudayaan yang berkembang pesat, meskipun akhirnya kerajaan ini menghadapi kemunduran pada masa-masa setelahnya.
Mengingat peran pentingnya dalam sejarah Nusantara, Majapahit akan selalu dikenang sebagai simbol kejayaan budaya dan peradaban Asia Tenggara.
Lihat Juga: Kisah Pasukan Kapitan Pattimura dengan Benteng Laut Paksa Belanda Berunding Akhiri Perang di Maluku
Majapahit naik daun setelah melewati periode penaklukan besar, yang dimulai dengan keberhasilan Raden Wijaya dalam mengatasi invasi Mongol ke pulau Jawa.
Namun, puncak kejayaan kerajaan Majapahit tercatat pada masa pemerintahan Ratu Tribhuwana Wijayatunggadewi dan lebih lanjut pada masa putranya, Hayam Wuruk, di abad ke-14, khususnya pada tahun 1350 hingga 1389.
Di bawah kepemimpinan mereka, Majapahit bukan hanya menguasai wilayah luas di Nusantara, tetapi juga dikenal di seluruh Asia Tenggara, menjadikan kerajaan ini sebagai salah satu yang terbesar pada masa itu.
Puncak Kejayaan Majapahit (1350 - 1389)
Era kejayaan Majapahit secara historis dimulai pada pemerintahan Hayam Wuruk, yang memegang tampuk kekuasaan pada tahun 1350 di usia 16 tahun setelah ibundanya, Ratu Tribhuwana mengundurkan diri.
Hayam Wuruk, yang kemudian dikenal sebagai Sri Rajasanegara, naik tahta setelah Ratu Tribhuwana wijayatunggadewi menjalani masa pemerintahan yang juga penuh dengan prestasi. Pada masa ini, Majapahit mencapai puncak kejayaan baik dalam hal politik, militer, maupun ekonomi.
Sebagai raja muda, Hayam Wuruk dibantu oleh Mahapatih Gajah Mada, tokoh yang dikenal dengan sumpah legendarisnya, Sumpah Palapa.
Sumpah ini menjadi simbol dari ambisi besar Gajah Mada untuk menyatukan seluruh Nusantara di bawah kekuasaan Majapahit. Sumpah ini memotivasi serangkaian ekspansi militer yang efektif dan sukses, yang akhirnya menjadikan Majapahit menguasai hampir seluruh wilayah Nusantara.
Cakupan Wilayah Majapahit yang Luas
Berdasarkan kitab Nagarakertagama yang ditulis pada tahun 1365, kerajaan Majapahit pada masa pemerintahan Hayam Wuruk berhasil menguasai 98 wilayah yang membentang dari ujung barat Sumatera hingga ke Papua.
Wilayah kekuasaan ini mencakup seluruh Pulau Jawa, Bali, Sumatra, Kalimantan, Nusa Tenggara, Maluku, Tumasik (Singapura), sebagian Filipina, dan bahkan sebagian dari Semenanjung Melayu dan Thailand selatan. Ekspansi wilayah ini menjadi tanda dari puncak kejayaan Kerajaan Majapahit yang berhasil menjalin hubungan dengan kerajaan-kerajaan di Asia Tenggara.
Di bawah pemerintahan Hayam Wuruk, kerjasama diplomatik dan perdagangan dengan negara-negara seperti Siam (Thailand), Kamboja, Singapura, dan bahkan China semakin maju. Walaupun masih menjadi bahan perdebatan di kalangan sejarawan, pengaruh Majapahit terhadap negara-negara ini tidak bisa dipandang sebelah mata.
Dalam tulisan oleh G.J. de Casparis di Majapahit Overseas Empire, Digital Atlas of Indonesian History, pengaruh Majapahit di luar negeri bukan hanya dalam hal politik, tetapi juga perdagangan dan budaya.
Kehidupan Masyarakat dan Budaya Majapahit
Pada masa pemerintahan Hayam Wuruk, kebesaran Majapahit bukan hanya tercermin dalam penguasaan wilayah, tetapi juga dalam kemakmuran rakyatnya. Kehidupan masyarakat Majapahit dipenuhi dengan kegiatan pertanian, perdagangan, dan kerajinan tangan yang berkembang pesat.
Ekonomi Majapahit terutama bergantung pada hasil bumi yang melimpah dari tanah Jawa dan sekitarnya, yang diperdagangkan dengan kerajaan-kerajaan di Asia Tenggara.
Selain itu, era pemerintahan Hayam Wuruk dikenal dengan pengaruh besar agama Hindu dalam kehidupan masyarakat Majapahit.
Meskipun demikian, Mahapatih Gajah Mada yang merupakan salah satu tokoh utama dalam puncak kejayaan Majapahit, memeluk agama Buddha. Toleransi beragama ini menjadi salah satu ciri khas Kerajaan Majapahit, di mana masyarakat dapat hidup berdampingan meskipun berbeda keyakinan.
Dalam bidang seni dan budaya, Majapahit juga berkembang pesat. Kerajaan ini terkenal dengan berbagai karya seni yang mewah, seperti arsitektur candi-candi, patung-patung, dan lukisan yang mencerminkan kekayaan budaya Hindu-Buddha yang berkembang pesat pada masa itu.
Puncak kejayaan Majapahit yang dimulai pada masa pemerintahan Hayam Wuruk tak luput dari dinamika politik internal.
Ketegangan politik internal sering kali muncul, terutama dalam memperebutkan kekuasaan di kalangan keluarga kerajaan. Meski demikian di bawah kepemimpinan Gajah Mada, Majapahit berhasil mempertahankan stabilitas dan melanjutkan ekspansi wilayah yang lebih luas.
Pada tahun 1357-1362, Kerajaan Majapahit pernah menghadapi konflik internal yang cukup signifikan, yang menyebabkan Tumasik (Singapura) lepas dari pengaruh Majapahit.
Namun, wilayah tersebut berhasil direbut kembali pada sekitar tahun 1390-an. Dengan stabilitas politik yang terus diperjuangkan oleh Mahapatih Gajah Mada, Majapahit berhasil memperluas wilayahnya lebih jauh, hingga ke Kepulauan Filipina dan bagian selatan Thailand.
Warisan Majapahit dalam Sejarah Indonesia
Kerajaan Majapahit tidak hanya diingat sebagai sebuah kerajaan yang pernah mencapai puncak kejayaan dengan luas wilayah yang sangat besar, tetapi juga sebagai simbol dari kejayaan peradaban Jawa di dunia internasional.
Dari segi sejarah, puncak kejayaan Majapahit ditandai oleh dominasi politik dan ekonomi yang mencakup hampir seluruh Nusantara, dengan pengaruh besar di luar negeri.
Namun, meskipun kemegahan Majapahit di masa lalu telah mencapai puncaknya di bawah pemerintahan Hayam Wuruk, berbagai faktor internal, termasuk ketidakstabilan politik dan konflik antara bagian-bagian kerajaan, menyebabkan kerajaan ini mulai surut pada awal abad ke-16.
Pada tahun 1527, Majapahit akhirnya runtuh ketika datangnya serangan dari Kesultanan Demak. Namun, kemegahan kerajaan ini tetap meninggalkan warisan besar dalam sejarah Indonesia.
Kitab-kitab kuno seperti Nagarakertagama, Kidung Sunda, dan berbagai karya sejarah lainnya menjadi bukti catatan indah mengenai era puncak kejayaan Majapahit, dengan Wilwatikta (Trowulan) sebagai pusat peradaban yang besar.
Puncak kejayaan Majapahit pada masa pemerintahan Hayam Wuruk (1350–1389) memberikan kita pelajaran tentang pentingnya persatuan, kebijakan luar negeri yang strategis, serta kebudayaan yang berkembang pesat, meskipun akhirnya kerajaan ini menghadapi kemunduran pada masa-masa setelahnya.
Mengingat peran pentingnya dalam sejarah Nusantara, Majapahit akan selalu dikenang sebagai simbol kejayaan budaya dan peradaban Asia Tenggara.
Lihat Juga: Kisah Pasukan Kapitan Pattimura dengan Benteng Laut Paksa Belanda Berunding Akhiri Perang di Maluku
(shf)