Prof Nanat Fatah Natsir, Mantan Rektor UIN Sunan Gunung Djati Bandung Meninggal Dunia
loading...
A
A
A
Prof Nanat merupakan sosok penting dalam merintis peralihan status perguruan tinggi Islam tersebut, dari Institut Agama Islam Negeri (IAIN) menjadi UIN SGD Bandung. Setelah berubah status menjadi universitas, Prof Nanat juga berperan besar dalam pengembangan UIN SGD Bandung.
Prof Nanat dikenal dengan konsep “paradigma wahyu memandu ilmu”. Dalam upaya integrasi ilmu agama dan ilmu umum UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Prof Nanat mengilustrasikannya dalam filosofi atau metafora roda.
Prof Nanat mengilustrasikan filosofi roda sebagai titik-titik persentuhan antara ilmu dan agama. Artinya, pada titik-titik persentuhan itu, manusia dapat membangun dan mengintegrasikan keduanya.
Dalam teori ilmu atau theory of knowledge, dibahas secara ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Maka lokus pandangan keilmuan UIN SGD Bandung dibingkai dalam metafora sebuah roda.
Roda adalah simbol dinamika dunia ilmu yang memiliki daya berputar pada poros dan berjalan melewati relung permukaan bumi. Roda adalah bagian esensial dari sebuah makna kekuatan yang berfungsi menopang beban suatu kendaraan yang bergerak dinamis.
Fungsi roda kendaraan ini diibaratkan fungsi UIN Bandung pada masa mendatang yang mampu menjadi sarana integrasi antara ilmu dan agama dalam konstalasi perkembangan budaya, tradisi, teknologi dan pembangunan bangsa sebagai tanggung jawab yang diemban.
Kekuatan roda keilmuan UIN Bandung ini dapat memacu kreativitas untuk melihat kitab suci sebagai sumber ilham keilmuan yang relevan dengan bidang kehidupan secara dinamis.
Ilmu dan agama mentransendesi diri dalam upaya memajukan keluhuran budaya, kelestarian tradisi, penguasaan teknologi, dan pembangunan bangsa seiring perubahan global dalam kerangka memenuhi kepentingan kognitif dan praktis dari keduanya.
Lewat filosofi roda, almarhum Prof Nanat Fatah Natsir berusaha memadukan ilmu agama dan ilmu umum yang selama ini dikotomis.
Prof Nanat dikenal dengan konsep “paradigma wahyu memandu ilmu”. Dalam upaya integrasi ilmu agama dan ilmu umum UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Prof Nanat mengilustrasikannya dalam filosofi atau metafora roda.
Prof Nanat mengilustrasikan filosofi roda sebagai titik-titik persentuhan antara ilmu dan agama. Artinya, pada titik-titik persentuhan itu, manusia dapat membangun dan mengintegrasikan keduanya.
Dalam teori ilmu atau theory of knowledge, dibahas secara ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Maka lokus pandangan keilmuan UIN SGD Bandung dibingkai dalam metafora sebuah roda.
Roda adalah simbol dinamika dunia ilmu yang memiliki daya berputar pada poros dan berjalan melewati relung permukaan bumi. Roda adalah bagian esensial dari sebuah makna kekuatan yang berfungsi menopang beban suatu kendaraan yang bergerak dinamis.
Fungsi roda kendaraan ini diibaratkan fungsi UIN Bandung pada masa mendatang yang mampu menjadi sarana integrasi antara ilmu dan agama dalam konstalasi perkembangan budaya, tradisi, teknologi dan pembangunan bangsa sebagai tanggung jawab yang diemban.
Kekuatan roda keilmuan UIN Bandung ini dapat memacu kreativitas untuk melihat kitab suci sebagai sumber ilham keilmuan yang relevan dengan bidang kehidupan secara dinamis.
Ilmu dan agama mentransendesi diri dalam upaya memajukan keluhuran budaya, kelestarian tradisi, penguasaan teknologi, dan pembangunan bangsa seiring perubahan global dalam kerangka memenuhi kepentingan kognitif dan praktis dari keduanya.
Lewat filosofi roda, almarhum Prof Nanat Fatah Natsir berusaha memadukan ilmu agama dan ilmu umum yang selama ini dikotomis.
(shf)