Gara-Gara Pandemi Virus Corona, Mereka Saling Berselisih

Minggu, 12 April 2020 - 21:41 WIB
loading...
Gara-Gara Pandemi Virus...
Foto/Ilustrasi/Dok. SINDOnews
A A A
JAKARTA - Pandemi corona ternyata tak hanya menyatukan dunia untuk sama-sama memberantasnya, tapi juga memancing sejumlah perselisihan di tingkat global. Sebelumnya, terjadi perseteruan antara petinggi WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, dengan Pemerintah Taiwan.
Pangkalnya, pernyataan Tedros yang mengungkap bahwa Taiwan merupakan salah satu negara yang menjadi sumber serangan atas dirinya berupa kritik, pelecehan, bahkan penghinan rasial. "Tiga bulan lalu, serangan ini datang dari Taiwan," kata Tedros kepada wartawan di Jenewa, belum lama ini.

Pernyataan Tedros tentu saja membuat berang Taiwan. Mereka menganggap bahwa Tedros telah menuduh pemerintah pulau itu memimpin serangan pribadi terhadapnya. "Negara kami tidak pernah mendorong publik untuk melancarkan serangan pribadi terhadapnya, atau membuat komentar diskriminatif rasial," kata Joanne Ou, juru bicara kementerian luar negeri Taiwan kepada wartawan, seperti dikutip dari The Straitstimes.com, tiga hari yang lalu (9/4/2020).

Joanne menambahkan bahwa pemerintah mereka menuntut klarifikasi segera dan permintaan maaf dari Tedros atas tindakan fitnah yang sangat tidak bertanggung jawab itu.

Nah, ketika perselisihan antara Tedros dengan Taiwan belum berakhir, muncul perselisihan baru. Kali ini antara negara-negara di Afrika dengan Pemerintah China.

Duta besar Afrika di China telah menulis surat kepada menteri luar negeri negara itu tentang tindakan diskriminatif terhadap orang-orang Afrika ketika China berupaya mencegah kebangkitan virus corona.

Beberapa negara Afrika secara terpisah juga menuntut agar Cina mengatasi kekhawatiran mereka bahwa orang Afrika, khususnya di Kota Guangzhou Selatan, dianiaya, dan dilecehkan.

Dalam beberapa hari terakhir, orang-orang Afrika di Guangzhou melaporkan diusir dari apartemen mereka oleh pemilik apartemen. Merek juga dipaksa tes virus corona beberapa kali tanpa diberi hasil dan dijauhi serta didiskriminasi di depan umum. Keluhan tersebut telah dibuat di media lokal dan di media sosial.

Catatan duta besar mengatakan "stigmatisasi dan diskriminasi" seperti itu menciptakan kesan keliru bahwa virus itu disebarkan oleh orang Afrika. "Kelompok Duta Besar Afrika di Beijing segera menuntut penghentian pengujian paksa, karantina dan perlakuan tidak manusiawi lainnya yang dijatuhkan kepada orang Afrika," katanya seperti dikutip dari Reuters, Minggu (12/4/2020).

Saat ini China memang khawatir akan datangnya kembali virus corona dari orang-orang asing. Makanya, mereka meningkatkan pengawasan terhadap orang asing yang datang ke negara itu dan memperketat kontrol perbatasan.

China sendiri keberatan dengan tudingan itu. Pejabat urusan luar negeri Liu Baochun mengatakan pada konferensi (Minggu,12/4/2020) bahwa Guangzhou memberlakukan tindakan anti-virus pada siapa pun yang memasuki kota lewat perbatasan nasional, tanpa memandang kebangsaan, ras, atau jenis kelamin.

Sementara, Kedutaan besar China di Zimbabwe pada hari Sabtu menolak tuduhan bahwa orang Afrika sengaja dijadikan sasaran. "Berbahaya jika sensasionalkan insiden yang terisolasi," katanya dalam pernyataan di tweet. "Tiongkok memperlakukan semua individu di negara ini, baik orang Cina maupun orang asing, secara setara."
(hus)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2092 seconds (0.1#10.140)