Kisah Asal-usul Raden Wijaya, Cucu Pejabat Kerajaan Singasari yang Jadi Pendiri Majapahit
loading...
A
A
A
JAKARTA - Raden Wijaya menghalau seranganJayakatwang ke Kerajaan Singasari yang menewaskan Raja Kertanagara. Kala itu, Raden Wijaya (Dyah Wijaya) atau Nararya Sanggaramawijaya diperintahkan oleh Kertanagara menghadapi serangan Jayakatwang dari Daha di sisi utara Singasari.
Tapi ternyata serangan dari sisi utara itu adalah kamuflase strategi Jayakatwang untuk menghancurkan Singasari. Pasalnya dari sisi selatan serangan dipimpin oleh Kebo Mundarang justru lebih besar pasukannya dan mematikan.
Pasukan ini yang dapat menembus istana Kerajaan Singasari dan membunuh Raja Singasari Kertanegara beserta para pejabatnya.
Sosok Raden Wijaya yang di kemudian hari mendirikan dan jadi raja pertama Kerajaan Majapahit ditemukan dalam sejarah Singasari ditemukan dalam Prasasti Kudadu. Namanya juga ditemukan dalam Kakawin Nagarakretagama Pupuh XLIV / 4 baris 4 dan Kakawin Pararaton.
Dari manakah sosok Raden Wijaya berasal?
Sejarawan Prof. Slamet Muljana dalam bukunya "Pemugaran Persada Sejarah Leluhur Majapahit" menyebut, ada dua asal usul Raden Wijaya berdasarkan dua kitab berbeda.
Jika berlandaskan kitab Pararaton, maka Raden Wijaya disebut sebagai putra Narasinga. Sedangkan Negarakertagama pada XLVII/1 menyatakan bahwa Dyah Wijaya putra Dyah Lembu Tal, cucu Narasingamurti atau Mahisa Campak yang pernah menjabat sebagai Panglima Tertinggi Singasari juga.
Pada Kakawin Nagarakretagama dijelaskan Dyah Lembu Tal adalah ayah dari Dyah Wijaya, tingkah lakunya terhadap istrinya meresapkan.
Di mana hubungan kekeluargaan Sri Baginda dengan para istrinya adalah saudara tingkat tiga, dalam perkawinan dengan Sri Baginda (Dyah Wijaya), para istri itu hidup rukun sepakat, sehati, apapun keputusan Sri Baginda disebut sebagai perintah untuk mereka semuanya.
Yang dimaksud dengan para istri Sri Baginda di sini adalah putri-putri Sri Kertanagara yang dikawini oleh Nararya Sanggaramawijaya.
Dari tafsiran Negarakertagama itu disebutkan bahwa istri dari Dyah Wijaya masih saudara, yang memiliki moyang sama dengan moyangnya Dyah Wijaya.
Dari Prasasti Mula-Malurung diketahui bahwa Sri Kertanagara adalah putra Jayawisnuwardhana, lahir dari Nararya Waning Hyun. Nararya Waning Hyun adalah putri Bhatara Parameswara.
Jadi para istri Dyah Wijaya itu adalah cucu Nararya Waning Hyun.
Dengan kata lain, Nararya Waning Hyun maupun Sri Jayawisnuwardhana adalah nenek mereka. Demikianlah Bhatara Parameswara adalah moyang para putri Sri Kertanagara menurut aluran Waning Hyun, bukan menurut aluran Wisnuwardhana.
Atas dasar itu maka Bhatara Parameswara juga merupakan moyang Dyah Wijaya. Oleh karena Dyah Wijaya mengaku keturunan Narasingamurti atau Mahisa Campaka.
Seperti dinyatakan pada prasasti Kudadu, maka Narasingamurti dengan Nararya Waningyun adalah saudara tingkat pertama.
Lihat Juga: 3 Potret Karya Ivan Gunawan di New York Fashion Week 2023, Terinspirasi Kerajaan Majapahit
Tapi ternyata serangan dari sisi utara itu adalah kamuflase strategi Jayakatwang untuk menghancurkan Singasari. Pasalnya dari sisi selatan serangan dipimpin oleh Kebo Mundarang justru lebih besar pasukannya dan mematikan.
Pasukan ini yang dapat menembus istana Kerajaan Singasari dan membunuh Raja Singasari Kertanegara beserta para pejabatnya.
Sosok Raden Wijaya yang di kemudian hari mendirikan dan jadi raja pertama Kerajaan Majapahit ditemukan dalam sejarah Singasari ditemukan dalam Prasasti Kudadu. Namanya juga ditemukan dalam Kakawin Nagarakretagama Pupuh XLIV / 4 baris 4 dan Kakawin Pararaton.
Dari manakah sosok Raden Wijaya berasal?
Sejarawan Prof. Slamet Muljana dalam bukunya "Pemugaran Persada Sejarah Leluhur Majapahit" menyebut, ada dua asal usul Raden Wijaya berdasarkan dua kitab berbeda.
Jika berlandaskan kitab Pararaton, maka Raden Wijaya disebut sebagai putra Narasinga. Sedangkan Negarakertagama pada XLVII/1 menyatakan bahwa Dyah Wijaya putra Dyah Lembu Tal, cucu Narasingamurti atau Mahisa Campak yang pernah menjabat sebagai Panglima Tertinggi Singasari juga.
Pada Kakawin Nagarakretagama dijelaskan Dyah Lembu Tal adalah ayah dari Dyah Wijaya, tingkah lakunya terhadap istrinya meresapkan.
Di mana hubungan kekeluargaan Sri Baginda dengan para istrinya adalah saudara tingkat tiga, dalam perkawinan dengan Sri Baginda (Dyah Wijaya), para istri itu hidup rukun sepakat, sehati, apapun keputusan Sri Baginda disebut sebagai perintah untuk mereka semuanya.
Yang dimaksud dengan para istri Sri Baginda di sini adalah putri-putri Sri Kertanagara yang dikawini oleh Nararya Sanggaramawijaya.
Dari tafsiran Negarakertagama itu disebutkan bahwa istri dari Dyah Wijaya masih saudara, yang memiliki moyang sama dengan moyangnya Dyah Wijaya.
Dari Prasasti Mula-Malurung diketahui bahwa Sri Kertanagara adalah putra Jayawisnuwardhana, lahir dari Nararya Waning Hyun. Nararya Waning Hyun adalah putri Bhatara Parameswara.
Jadi para istri Dyah Wijaya itu adalah cucu Nararya Waning Hyun.
Dengan kata lain, Nararya Waning Hyun maupun Sri Jayawisnuwardhana adalah nenek mereka. Demikianlah Bhatara Parameswara adalah moyang para putri Sri Kertanagara menurut aluran Waning Hyun, bukan menurut aluran Wisnuwardhana.
Atas dasar itu maka Bhatara Parameswara juga merupakan moyang Dyah Wijaya. Oleh karena Dyah Wijaya mengaku keturunan Narasingamurti atau Mahisa Campaka.
Seperti dinyatakan pada prasasti Kudadu, maka Narasingamurti dengan Nararya Waningyun adalah saudara tingkat pertama.
Lihat Juga: 3 Potret Karya Ivan Gunawan di New York Fashion Week 2023, Terinspirasi Kerajaan Majapahit
(shf)