Hardiknas 2020, Pengamat: Guru Jangan Lupa Tujuan Pendidikan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Tak hanya kesehatan dan ekonomi, pandemi virus Corona juga berdampak pada sektor pendidikan. Adanya penerapan pembatasan jarak dan sosial (physical-social distancing) telah mendorong Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) untuk mengubah proses kegiatan belajar mengajar, dari tatap muka langsung menjadi pembelajaran jarak jauh (PJJ).
Namun, kebijakan adaptif itu tidak lepas dari berbagai persoalan. Mulai dari keluhan guru dan siswa tentang kuota internet, peralatan komputer, hingga kegiatan belajar jarak jauh yang membuat jenuh. Pengamat pendidikan Doni Koesoema memahami PJJ itu akan membawa persoalan baru.
Bertepatan dengan momentum peringatan Hari Pendidikan Nasional 2020, dia menilai pendidikan itu seharusnya jarak dekat, bukan jarak jauh seperti yang diributkan saat ini. “Bila pendidikan itu belajar tentang kehidupan, maka harusnya dekat, sedekat jantung dengan hati, sebagai sumber kehidupan dan spiritualitas,” kata Doni saat dihubungi SINDOnews, Sabtu (02/05/2020).
Direktur Pendidikan Karakter Education Consulting itu berpendapat kedekatan guru dan murid adalah yang membuat pendidikan itu ada. Bukan berpatokan pada alat, metode, atau cara mengajarnya. “Maka akan keliru bila di masa COVID-19 ini kita sibuk dengan sarana, tapi lupa tujuan pendidikan, yaitu mendekatkan anak-anak dengan kehidupan apapun caranya. Sebab dalam hati, di situlah inti kehidupan,” imbuh dia.
Dalam bukunya berjudul Pendidik Karakter di Zaman Keblinger (2008), Doni menyebut satu prinsip pendidikan yaitu nemo dat quod non habet yang berarti tak seorangpun memberikan dari apa yang tidak dimilikinya. Menurut dia, guru itu tugas utamanya bukan mengajar materi, tetapi mengajarkan dirinya sendiri, hatinya, aspirasinya, dan nilai-nilai kehidupan yang diyakininya.
“Di Hari Pendidikan Nasional 2020 ini, saya mengajak para guru untuk bertanya. Apa harta dalam hatiku yang aku miliki untuk aku berikan pada para murid? Sebab di mana hatimu berada, di sana hartamu berada. Berikan harta terbaik buat bekal para murid,” kata dosen Universitas Multimedia Nusantara itu.
Namun, kebijakan adaptif itu tidak lepas dari berbagai persoalan. Mulai dari keluhan guru dan siswa tentang kuota internet, peralatan komputer, hingga kegiatan belajar jarak jauh yang membuat jenuh. Pengamat pendidikan Doni Koesoema memahami PJJ itu akan membawa persoalan baru.
Bertepatan dengan momentum peringatan Hari Pendidikan Nasional 2020, dia menilai pendidikan itu seharusnya jarak dekat, bukan jarak jauh seperti yang diributkan saat ini. “Bila pendidikan itu belajar tentang kehidupan, maka harusnya dekat, sedekat jantung dengan hati, sebagai sumber kehidupan dan spiritualitas,” kata Doni saat dihubungi SINDOnews, Sabtu (02/05/2020).
Direktur Pendidikan Karakter Education Consulting itu berpendapat kedekatan guru dan murid adalah yang membuat pendidikan itu ada. Bukan berpatokan pada alat, metode, atau cara mengajarnya. “Maka akan keliru bila di masa COVID-19 ini kita sibuk dengan sarana, tapi lupa tujuan pendidikan, yaitu mendekatkan anak-anak dengan kehidupan apapun caranya. Sebab dalam hati, di situlah inti kehidupan,” imbuh dia.
Dalam bukunya berjudul Pendidik Karakter di Zaman Keblinger (2008), Doni menyebut satu prinsip pendidikan yaitu nemo dat quod non habet yang berarti tak seorangpun memberikan dari apa yang tidak dimilikinya. Menurut dia, guru itu tugas utamanya bukan mengajar materi, tetapi mengajarkan dirinya sendiri, hatinya, aspirasinya, dan nilai-nilai kehidupan yang diyakininya.
“Di Hari Pendidikan Nasional 2020 ini, saya mengajak para guru untuk bertanya. Apa harta dalam hatiku yang aku miliki untuk aku berikan pada para murid? Sebab di mana hatimu berada, di sana hartamu berada. Berikan harta terbaik buat bekal para murid,” kata dosen Universitas Multimedia Nusantara itu.
(don)