Kisah 3 Jenderal Mongol Dihukum Cambuk oleh Khubilai Khan Gara-gara Gagal Kalahkan Majapahit
loading...
A
A
A
Dalam pertempuran yang berlangsung di tepian Sungai Brantas, akhirnya pasukan Jayakatwang berhasil dihancurkan. Lebih dari 5.000 prajurit Jayakatwang terbunuh. Sedangkan Jayakatwang akhirnya menyerah setelah terkepung di istananya.
Pertempuran ini tampaknya menjadi awal kemenangan besar bagi Mongol dan mereka yakin telah menyelesaikan misi mereka di Jawa. Akan tetapi, pengkhianatan yang tidak diduga menanti pasukan Mongol. Setelah kemenangan atas Jayakatwang.
Dengan cerdik, Raden Wijaya meminta izin untuk kembali ke Majapahit dengan dalih ingin mempersiapkan upeti bagi Kaisar Mongol Khubilai Khan.
Jenderal pasukan Mongol yang sudah percaya dan hanyut dengan eufioria kemenangan membiarkan Raden Wijaya pergi ke Majapahit dikawal dua perwira dan 200 prajurit.
Tak disangka, ketika tiba di Majapahit Raden Wijaya kemudian mempersiapkan pasukan dan kemudian secara cepat berbalik menyerang pengawal Mongol.
Raden Wijaya dan pasukannya kemudian melancarkan serangan mendadak ke kamp-kamp Mongol di Daha dan Canggu, di mana tentara Mongol tengah berpesta minuman keras (miras) merayakan kemenangan mereka.
Serangan cepat dan mendadak ini membuat pasukan Mongol kocar-kacir. Bala tentara Mongol terpaksa mundur dengan tergesa-gesa menuju kapal-kapal mereka di pantai, dikejar oleh pasukan Raden Wijaya. Saat berusaha mundur ini lebih dari 3.000 tentara Mongol tewas di tangan pasukan Raden Wijaya.
Sedangkan sisa-sisa pasukan Mongol yang selamat, termasuk jenderal mereka, Shi Bi, Ike Mese, dan Gao Xing, berhasil melarikan diri ke kapal-kapal mereka dan segera meninggalkan Jawa. Pada 24 April 1293 mereka kembali ke Mongol.
Meski kalah dan memutuskan mundur, namun bala tentara Mongol membawa barang rampasan yang mencakup peta, daftar penduduk, surat-surat kerajaan, dan benda-benda berharga lainnya, termasuk emas, perak, cula badak, gading, dan tekstil. Nilai barang rampasan ini diperkirakan mencapai 500.000 tahil perak.
Kendati mereka pulang dengan barang-barang berharga, kekalahan yang mereka alami di Jawa dianggap sebagai aib besar oleh Kubilai Khan. Kaisar yang dikenal ambisius itu tidak puas hanya dengan kemenangan atas Jayakatwang.
Pertempuran ini tampaknya menjadi awal kemenangan besar bagi Mongol dan mereka yakin telah menyelesaikan misi mereka di Jawa. Akan tetapi, pengkhianatan yang tidak diduga menanti pasukan Mongol. Setelah kemenangan atas Jayakatwang.
Dengan cerdik, Raden Wijaya meminta izin untuk kembali ke Majapahit dengan dalih ingin mempersiapkan upeti bagi Kaisar Mongol Khubilai Khan.
Jenderal pasukan Mongol yang sudah percaya dan hanyut dengan eufioria kemenangan membiarkan Raden Wijaya pergi ke Majapahit dikawal dua perwira dan 200 prajurit.
Tak disangka, ketika tiba di Majapahit Raden Wijaya kemudian mempersiapkan pasukan dan kemudian secara cepat berbalik menyerang pengawal Mongol.
Raden Wijaya dan pasukannya kemudian melancarkan serangan mendadak ke kamp-kamp Mongol di Daha dan Canggu, di mana tentara Mongol tengah berpesta minuman keras (miras) merayakan kemenangan mereka.
Serangan cepat dan mendadak ini membuat pasukan Mongol kocar-kacir. Bala tentara Mongol terpaksa mundur dengan tergesa-gesa menuju kapal-kapal mereka di pantai, dikejar oleh pasukan Raden Wijaya. Saat berusaha mundur ini lebih dari 3.000 tentara Mongol tewas di tangan pasukan Raden Wijaya.
Sedangkan sisa-sisa pasukan Mongol yang selamat, termasuk jenderal mereka, Shi Bi, Ike Mese, dan Gao Xing, berhasil melarikan diri ke kapal-kapal mereka dan segera meninggalkan Jawa. Pada 24 April 1293 mereka kembali ke Mongol.
Meski kalah dan memutuskan mundur, namun bala tentara Mongol membawa barang rampasan yang mencakup peta, daftar penduduk, surat-surat kerajaan, dan benda-benda berharga lainnya, termasuk emas, perak, cula badak, gading, dan tekstil. Nilai barang rampasan ini diperkirakan mencapai 500.000 tahil perak.
Kendati mereka pulang dengan barang-barang berharga, kekalahan yang mereka alami di Jawa dianggap sebagai aib besar oleh Kubilai Khan. Kaisar yang dikenal ambisius itu tidak puas hanya dengan kemenangan atas Jayakatwang.