Kisah Kabinet 100 Menteri yang Berakhir Kurang dari 100 Hari

Senin, 21 Oktober 2024 - 18:48 WIB
loading...
A A A
Hal itu membuat, tokoh-tokoh anti-PKI seperti Jenderal AH Nasution dan Arudji Kartawinata justru tidak dilibatkan, sehingga menambah kekecewaan masyarakat dan Angkatan Bersenjata.

Pada 4 Februari 1966, Sukarno resmi melantik Kabinet Dwikora II. Presiden pertama Indonesia itu menyebutkan jika kabinet ini dibentuk untuk memperkuat landasan perjuangan di bidang ekonomi, sosial, dan budaya.

Pelantikan itu lantas ditentang keras oleh kalangan pelajar. Gelombang aksi protes itu berujung tragis dengan gugurnya Arief Rahman Hakim, seorang mahasiswa Universitas Indonesia, yang tertembak oleh pasukan Tjakrabirawa.

Tidak hanya di kalangan akademisi, protes ini juga dilakukan oleh ABRI dan Front Pancasila menolak gagasan pembentukan Barisan Soekarno untuk memperkuat dukungan terhadap kepemimpinannya.

Sejak saat itu, mulai santer terdengar informasi tentang ancaman keamanan terhadap Sukarno. Presiden RI itu akhirnya berangkat ke Istana Bogor, di mana ia kemudian menandatangani Surat Perintah 11 Maret 1966 alias Supersemar.

Surat tersebut memberi kewenangan pada Soeharto untuk mengambil langkah-langkah demi memulihkan keamanan negara.

Setelahnya, Soeharto lantas bergerak cepat dengan menangkap beberapa menteri, termasuk Omar Dhani, Subandrio, dan Chaerul Saleh.

Hingga pada 30 Maret 1966, Soeharto merombak kabinet menjadi Kabinet Dwikora III, yang menandai runtuhnya Kabinet 100 Menteri. Tak seperti besarnya anggota kabinet, Kabinet 100 Menteri hanya bertahan selama 32 hari.
(shf)
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2289 seconds (0.1#10.140)