Jagung Hibrida: Dari Penolakan Menjadi Primadona di Madura

Jum'at, 11 Oktober 2024 - 18:35 WIB
loading...
Jagung Hibrida: Dari...
Pulau Madura sebagai daerah pertanian tadah hujan kini menjadi perhatian berkat potensi jagung hibrida yang membuat hasil panen dan pendapatan petani meningkat. Foto/Ist
A A A
PAMEKASAN - Pulau Madura yang dikenal sebagai daerah pertanian tadah hujan, kini menjadi perhatian berkat potensi jagung hibrida. Meskipun lebih dari 70% makanan pokok orang Indonesia adalah beras, jagung masih menjadi makanan pokok bagi sebagian masyarakat Madura.

Namun, tantangan besar muncul ketika hasil pertanian jagung sering kali tidak optimal akibat penggunaan benih yang tidak cocok dengan tanah setempat.



Banyak petani di Madura yang konservatif dan enggan mencoba benih jagung hibrida yang sebenarnya cocok untuk tanah mereka.



"Padahal, jika diterapkan, hasil panen dan pendapatan petani bisa meningkat pesat," kata Manajer Penjualan Regional Syngenta, Khusaeri dalam keterangannya, Jumat (11/10/2024)

Pada 2018, Khusaeri memutuskan untuk menargetkan Madura sebagai wilayah ekspansi. Dengan melihat potensi yang ada, ia memperkenalkan program subsidi benih hibrida kepada petani yang enggan menggunakan benih baru.



Melalui agen lapangan, terutama yang terdiri dari perempuan, Syngenta berusaha mendekati petani konvensional untuk mengubah pola tanam mereka.

Khusaeri menekankan pentingnya melibatkan petani perempuan, yang sering memiliki pengaruh besar dalam keputusan pembelian di rumah tangga.

"Kami juga mengadakan kompetisi memasak sebagai bentuk kegiatan pemasaran yang menarik," katanya.

Upaya pemasaran yang disesuaikan dengan konteks lokal mulai menunjukkan hasil. Dengan bukti peningkatan produktivitas dan pendapatan, jagung hibrida perlahan-lahan diterima dan bahkan menjadi primadona di Madura. Pada akhir 2019, peningkatan penjualan tahunan mencapai 200% dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Pihaknya juga bekerja sama dengan Dinas Pertanian Pamekasan untuk memberikan pelatihan bagi penyuluh pertanian, memastikan bahwa mereka memahami karakteristik benih hibrida dan dapat menyampaikan informasi ini kepada petani.

Berhasil di Madura, Khusaeri kini mengincar Nusa Tenggara Timur (NTT) sebagai pasar baru. Meskipun tantangan geografis dan infrastruktur di NTT masih perlu dikaji, Khusaeri optimis terhadap peluang sektor jagung yang semakin menjanjikan.

Dengan permintaan jagung yang terus meningkat, terutama dari industri peternakan dan makanan, pihaknya berkomitmen untuk terus mengembangkan pasar jagung hibrida di Indonesia.

"Kami percaya bahwa potensi pengembangan industri jagung di Indonesia sangat besar," sebutnya Khusaeri.

Keberhasilan ini tidak hanya meningkatkan kesejahteraan petani, tetapi juga berkontribusi pada ketahanan pangan di Indonesia.
(shf)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1213 seconds (0.1#10.140)