Kisah Pilu Bondan Kejawan, Pangeran Majapahit Tumbal Kejayaan Prabu Brawijaya

Kamis, 03 Oktober 2024 - 07:09 WIB
loading...
Kisah Pilu Bondan Kejawan,...
Bondan Kejawan merupakan seorang pangeran Majapahit yang nyaris tak dikenal menyimpan kisah tragis. Foto/Ilustrasi
A A A
BONDAN Kejawan merupakan seorang pangeran Majapahit yang nyaris tak dikenal menyimpan kisah tragis. Di bawah bayang-bayang kejayaan Prabu Brawijaya, Bondan Kejawan tumbuh dan terancam menjadi korban ramalan gelap tentang runtuhnya Kerajaan Majapahit.

Kisah bermula ketika raja terakhir Majapahit Prabu Brawijaya mengalami sebuah mimpi yang meresahkan. Mimpi itu memperingatkan perpindahan wahyu kerajaan yang menandakan bahwa kejayaan Majapahit akan berakhir dan digantikan oleh kerajaan lain.

Selain itu, ramalan tersebut mengungkapkan bahwa untuk sembuh dari penyakit misterius yang dideritanya, sang prabu harus memenuhi syarat khusus bercampur dengan seorang wanita, Putri Wandan, yang merupakan dayang dari Putri Dwarawati.



Hal itu diungkapkan dari buku “Runtuhnya Kerajaan Hindu Jawa dan Timbulnya Negara – Negara Islam di Nusantara”. Meski awalnya ragu, Prabu Brawijaya memenuhi syarat tersebut. Sembilan bulan kemudian, Putri Wandan melahirkan seorang bayi laki-laki.

Namun, alih-alih menerima anak tersebut sebagai putra yang sah, Prabu Brawijaya menceraikan Putri Wandan dan menyerahkan bayi laki-laki itu kepada seorang juru sawah bernama Ki Masahar.

Sang prabu juga memberi perintah kejam: ketika bayi itu berusia sewindu (8 tahun), ia harus dibunuh demi mencegah perpindahan wahyu kerajaan yang diprediksi dalam ramalan.

Ki Masahar membawa bayi itu pulang dan merawatnya bersama istrinya, Nyi Masahar.

Mereka menamai bayi tersebut Bondan Kejawan. Bondan tumbuh dengan penuh kasih sayang dan tidak tahu bahwa nasibnya telah ditentukan sejak lahir. Namun, ketika Bondan mencapai usia sewindu, Ki Masahar mulai merasa tertekan janji yang pernah ia buat kepada sang prabu.

Pada hari yang ditentukan, dengan berat hati Ki Masahar berniat memenuhi janjinya untuk membunuh Bondan Kejawan. Namun, saat melihat suaminya menghunus keris, Nyi Masahar jatuh pingsan karena ketakutan dan kepedihan.



Melihat reaksi istrinya, Ki Masahar tidak sanggup melanjutkan tindakan kejam tersebut. Akhirnya, ia memutuskan untuk berbohong kepada sang prabu dan menyembunyikan identitas Bondan sebagai anaknya sendiri.

Tahun demi tahun berlalu, Bondan tumbuh menjadi pemuda yang cerdas dan kuat. Pada suatu hari, tanpa sepengetahuan ayah angkatnya, Bondan mengikuti rombongan pengantar hasil panen ke istana Majapahit.

Di sana, Bondan tertarik pada gamelan pusaka bernama Sekar Dalima, hadiah dari Raja Campa yang hanya boleh dimainkan pada momen-momen sakral. Tanpa tahu aturan, Bondan mulai memainkan gamelan tersebut.

Suara gamelan Sekar Dalima menggema di istana, mengejutkan seluruh penghuni kerajaan. Prabu Brawijaya segera memerintahkan para prajuritnya untuk mencari tahu siapa yang berani memainkan gamelan pusaka tersebut.

Bondan ditangkap dan dibawa ke hadapan sang prabu. Ketika ditanya tentang identitasnya, Bondan mengaku sebagai anak dari Ki Masahar, juru sawah yang mengabdi pada kerajaan. Melihat Bondan, Prabu Brawijaya mulai merasa ada yang tidak biasa.



Sang prabu merasakan ada ikatan batin yang kuat dan mencurigai bahwa Bondan Kejawan adalah putranya yang pernah ia suruh untuk dibunuh. Setelah mendengar cerita dari Ki Masahar, Prabu Brawijaya akhirnya menyadari bahwa Bondan Kejawan adalah darah dagingnya sendiri.

Namun, alih-alih marah, sang prabu justru merasa lega bahwa putranya selamat dari takdir kejam. Sebagai tanda penerimaan dan kasih sayang, Prabu Brawijaya menghadiahi Bondan dua keris pusaka, Mahisa Nuar dan Malela.

Kemudian memberikan perintah kepada Ki Masahar untuk membawa Bondan Kejawan ke Ki Ageng Tarub, seorang tokoh spiritual penting pada masa itu. Ki Masahar segera mematuhi perintah tersebut dan membawa Bondan Kejawan ke Tarub.

Di sana, Bondan diterima dengan baik oleh Ki Ageng Tarub, seorang pemimpin spiritual yang dihormati. Bahkan, Bondan kemudian diambil sebagai menantu oleh Ki Ageng Tarub dan dinikahkan dengan cucunya, Dyah Nawang Sih.

Dyah Nawang Sih sendiri merupakan keturunan langsung dari Nawang Wulan, seorang bidadari yang turun dari kahyangan, menjadikan Bondan Kejawan sebagai bagian dari garis keturunan magis yang dipercaya memiliki kekuatan spiritual.

Dari pernikahan Bondan Kejawan dengan Dyah Nawang Sih, lahirlah generasi penerus yang menjadi bagian dari sejarah besar Nusantara. Keturunan mereka, termasuk Ki Ageng Pemanahan dan Panembahan Senapati.

Mereka menjadi tokoh-tokoh penting dalam sejarah berdirinya Kesultanan Mataram, kerajaan yang kemudian menjadi penerus kejayaan Majapahit di Tanah Jawa.
(ams)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2109 seconds (0.1#10.140)