Pulau Sarangbaung, Kawasan Tak Berpenghuni di Nias Utara Suguhkan Pesona Keindahan Alam
loading...
A
A
A
NIAS UTARA - Pulau Sarangbaung merupakan pulau yang tak berpenghuni dan menjadi salah satu destinasi wisata yang berada di Kepulauan Nias, Sumatera Utara. Namun siapa sangka pulau ini memiliki sebuah cerita di masa lalu.
Selain pantainya yang memberikan pemandangan indah, disana juga pengunjung dapat menjelajahi puluhan rumah rumah yang tak berpenghuni serta tampat ibadah (surau) dan sebagainya.
Inilah kisah cerita tentang Pulau Sarangbaung dari hasil penelusuran iNews Media Group. Sejak Nias dihantam gempa 8,2 SR pada tahun 2005 silam, semua penduduk pulau Sirangbaung memilih pindah dan meninggalkan tempat tersebut.
Pulau Sarangbaung awalnya dihuni puluhan Kepala Keluarga dengan membangun rumah permanen. Di sana juga ditemukan beberapa fasilitas umum yakni satu unit gedung sekolah dasar, Surau (ruang sholat), dan tower BTS salah satu operator seluler.
Pulau ini terletak di antara Pulau Nias dan Pulau Banyak (Aceh). Namun Pulau Sarangbaung masuk dalam wilayah Kecamatan Sawo, Kabupaten Nias Utara, Provinsi Sumatera Utara.
Menurut salah seorang warga Nias Utara, Eka Kurniawan Telaumbanua, puluhan rumah tak berpenghuni itu ditinggal pemiliknya sejak 19 tahun lalu beserta fasilitas umum lainnya pasca gempa tahun 2005 di Nias.
“Puluhan rumah tak berpenghuni ini ditinggal pemiliknya pasca gempa di Nias pada 2005 silam. Tak hanya itu, satu unit SD, rumah ibadah dan tower jaringan Telkomsel,” kata Eka, Kamis (12/9/2024).
Lantas mengapa penduduk Pulau Sarangbaung meninggalkan tempat tersebut usai gempa dan kemana mereka berpindah?
Informasi dihimpun, banyak dari mereka kini berpindah ke Desa Seriwau, Kecamatan Sawo, Nias Utara. Sementara alasan meninggalkan pulau itu ada yang menyebut karena takut/trauma akan gempa dan tsunami.
Aswin Halawa, salah seorang keturunan penduduk Pulau Sarangbaung mengatakan alasan meninggalkan Palau itu bukan karena takut gempa atau tsunami yang kemungkinan terjadi, melainkan untuk lebih mensejahterakan generasi berikutnya termasuk pendidikan.
“Karena dulu di Pulau kita hanya sampai jenjang Sekolah Dasar saja yang terfasilitasi,” ujar Aswin.
Hingga saat ini, Pulau Sarangbaung menjadi tempat destinasi wisata yang banyak dikunjungi. Pulau ini memiliki sebuah keindahan tersendiri yang identik dengan ketenangan dan keasyikannya.
Untuk menuju Pulau Sarangbaung ini, dari daratan Kecamatan Sawo (Pulau Nias) menempuh kurang lebih 2 jam perjalanan dengan menggunakan Speedboat.
Selain pantainya yang memberikan pemandangan indah, disana juga pengunjung dapat menjelajahi puluhan rumah rumah yang tak berpenghuni serta tampat ibadah (surau) dan sebagainya.
Inilah kisah cerita tentang Pulau Sarangbaung dari hasil penelusuran iNews Media Group. Sejak Nias dihantam gempa 8,2 SR pada tahun 2005 silam, semua penduduk pulau Sirangbaung memilih pindah dan meninggalkan tempat tersebut.
Pulau Sarangbaung awalnya dihuni puluhan Kepala Keluarga dengan membangun rumah permanen. Di sana juga ditemukan beberapa fasilitas umum yakni satu unit gedung sekolah dasar, Surau (ruang sholat), dan tower BTS salah satu operator seluler.
Pulau ini terletak di antara Pulau Nias dan Pulau Banyak (Aceh). Namun Pulau Sarangbaung masuk dalam wilayah Kecamatan Sawo, Kabupaten Nias Utara, Provinsi Sumatera Utara.
Menurut salah seorang warga Nias Utara, Eka Kurniawan Telaumbanua, puluhan rumah tak berpenghuni itu ditinggal pemiliknya sejak 19 tahun lalu beserta fasilitas umum lainnya pasca gempa tahun 2005 di Nias.
“Puluhan rumah tak berpenghuni ini ditinggal pemiliknya pasca gempa di Nias pada 2005 silam. Tak hanya itu, satu unit SD, rumah ibadah dan tower jaringan Telkomsel,” kata Eka, Kamis (12/9/2024).
Baca Juga
Lantas mengapa penduduk Pulau Sarangbaung meninggalkan tempat tersebut usai gempa dan kemana mereka berpindah?
Informasi dihimpun, banyak dari mereka kini berpindah ke Desa Seriwau, Kecamatan Sawo, Nias Utara. Sementara alasan meninggalkan pulau itu ada yang menyebut karena takut/trauma akan gempa dan tsunami.
Aswin Halawa, salah seorang keturunan penduduk Pulau Sarangbaung mengatakan alasan meninggalkan Palau itu bukan karena takut gempa atau tsunami yang kemungkinan terjadi, melainkan untuk lebih mensejahterakan generasi berikutnya termasuk pendidikan.
“Karena dulu di Pulau kita hanya sampai jenjang Sekolah Dasar saja yang terfasilitasi,” ujar Aswin.
Hingga saat ini, Pulau Sarangbaung menjadi tempat destinasi wisata yang banyak dikunjungi. Pulau ini memiliki sebuah keindahan tersendiri yang identik dengan ketenangan dan keasyikannya.
Untuk menuju Pulau Sarangbaung ini, dari daratan Kecamatan Sawo (Pulau Nias) menempuh kurang lebih 2 jam perjalanan dengan menggunakan Speedboat.
(ams)