Kerabat Lihat Gelagat Tak Wajar Ibu Banting Anaknya di Jagakarsa hingga Tewas
loading...

Kerabat anak yang dibanting ibunya, Andrea (47) sudah melihat gelagat ibu rumah tangga, TY yang tega membanting anaknya hingga tewas di kawasan Jagakarsa, Jakarta Selatan beberapa waktu lalu. Foto/SINDOnews
A
A
A
JAKARTA - Kerabat anak yang dibanting ibunya , Andrea (47) sudah melihat gelagat ibu rumah tangga, TY yang tega membanting anaknya hingga tewas di kawasan Jagakarsa, Jakarta Selatan beberapa waktu lalu. Sebelum peristiwa terjadi, TY sudah memiliki gelagat tak wajar.
"Dia di kamar (kerap) menyendiri, pintu tidak dibuka, padahal anaknya nangis terus. Kadang-kadang, tiap mau menjelang maghrib ngoceh-ngoceh tidak jelas, ngatain mertuanya yang tidak-tidak," ujarnya pada wartawan, Rabu (7/8/2024).
Menurutnya, TY sejatinya kerap berteriak membutuhkan pampers ataupun susu, yang mana keluarganya lantas memberikannya untuk anaknya. Anak AK sejatinya selalu berada di dalam kamarnya, TY sendiri keluar kamar hanya saat hendak mandi dan mencuci saja.
"Jadi setelah beberapa hari belakangan ini, jadi timbul lah, mungkin obatnya beliau kurang. Pas kejadian hari H kemarin, mulai tuh, mungkin agak ngeblank, tiba-tiba menjelang maghrib anaknya sudah dianiaya dalam kamar, dibanting, diinjak sampai memar," tuturnya.
Dia menambahkan keluarga saat tahu hal itu lantas melarikan sang anak ke rumah sakit dan sempat berada di IGD. Hanya saja, pihak rumah sakit enggan menolong anak tersebut lantaran menggunakan BPJS.
"Di ruangan IGD, tidak bisa ditindak, alasannya kekerasan, BPJS tidak berlaku, malah diminta uang Rp20 juta, setelah ada uang Rp20 juta baru ditindak. Alasannya BPJS tidak berlaku karena kekerasan," katanya.
Ayah si anak, kata dia, tengah berada di Polres Depok sehingga keluarga pun mencoba berkomunikasi dengannya berkaitan peristiwa yang dialami anaknya itu. Di samping itu, pihak keluarga berusaha memikirkan uang tersebut, hanya saja korban sudah lebih dahulu meninggal dunia.
Lihat Juga: Polisi Tangkap Pelaku Pembunuhan Wanita Pegawai Koperasi di Bekasi yang Mayatnya Terbungkus Sprei
"Dia di kamar (kerap) menyendiri, pintu tidak dibuka, padahal anaknya nangis terus. Kadang-kadang, tiap mau menjelang maghrib ngoceh-ngoceh tidak jelas, ngatain mertuanya yang tidak-tidak," ujarnya pada wartawan, Rabu (7/8/2024).
Menurutnya, TY sejatinya kerap berteriak membutuhkan pampers ataupun susu, yang mana keluarganya lantas memberikannya untuk anaknya. Anak AK sejatinya selalu berada di dalam kamarnya, TY sendiri keluar kamar hanya saat hendak mandi dan mencuci saja.
"Jadi setelah beberapa hari belakangan ini, jadi timbul lah, mungkin obatnya beliau kurang. Pas kejadian hari H kemarin, mulai tuh, mungkin agak ngeblank, tiba-tiba menjelang maghrib anaknya sudah dianiaya dalam kamar, dibanting, diinjak sampai memar," tuturnya.
Dia menambahkan keluarga saat tahu hal itu lantas melarikan sang anak ke rumah sakit dan sempat berada di IGD. Hanya saja, pihak rumah sakit enggan menolong anak tersebut lantaran menggunakan BPJS.
"Di ruangan IGD, tidak bisa ditindak, alasannya kekerasan, BPJS tidak berlaku, malah diminta uang Rp20 juta, setelah ada uang Rp20 juta baru ditindak. Alasannya BPJS tidak berlaku karena kekerasan," katanya.
Ayah si anak, kata dia, tengah berada di Polres Depok sehingga keluarga pun mencoba berkomunikasi dengannya berkaitan peristiwa yang dialami anaknya itu. Di samping itu, pihak keluarga berusaha memikirkan uang tersebut, hanya saja korban sudah lebih dahulu meninggal dunia.
Lihat Juga: Polisi Tangkap Pelaku Pembunuhan Wanita Pegawai Koperasi di Bekasi yang Mayatnya Terbungkus Sprei
(kri)