Di Hadapan Anak Muda Sulteng, Anwar Hafid Blak-blakan Jurus Jitu Benahi Birokrasi
loading...
A
A
A
PALU - Calon Gubernur Sulawesi Tengah (Sulteng) Anwar Hafid berani beradu gagasan bersama anak muda Sulteng. Anwar Hafid telah menyiapkan jurus jitu untuk menguatkan tata kelola pemerintahan Sulteng yang berpihak pada generasi muda.
"Bicara soal birokrasi ada tiga hal penting yang harus diperbaiki yaitu struktur, kultur, prosedurnya," tutur Anwar dalam acara dialogis bersama kalangan anak muda bertajuk Berani Diadu di Kota Palu.
Dia mengatakan ketiga hal tersebut harus menjadi pegangan penting sehingga dapat terelaborasi dengan baik. Tentunya akan bisa memberi dampak positif besar terhadap pelayanan pada seluruh kalangan masyarakat Sulteng.
Menurut dia, pembenahan persoalan birokrasi mesti menjadi hal yang perlu mendapat perhatian khusus. Utamanya dalam melancarkan realisasikan berbagai program kerja pro terhadap masyarakat kecil. "Kalau ini bisa kita dibenahi maka apa yang dikhawatirkan soal program yang kita laksanakan itu pasti akan bisa terlaksana dengan baik," ujarnya.
Utamanya, lanjut dia, menjadi sebuah kekuatan untuk membenahi persoalan birokrasi di pemerintahan selanjutnya. Dia juga menyebut, rekam jejaknya sebagai birokrat berpengalaman mumpuni tentu menjadi acuan bagi masyarakat memberikan dukungan.
"Kalau punya rentang kendali yang kuat maka pemimpin tidak akan bisa dikibuli bawahannya. Oleh karena itu, dengan modal bahwa saya birokrat, Insya Allah saya bisa mengendalikan birokrasi pemerintahan," terangnya.
Rekam jejak Anwar Hafid sebagai birokrat dimulai dari jabatan terbawah di pemerintahan daerah. Ketua Demokrat Sulteng itu mengawali karirnya sebagai Kepala Desa di Rantebala pada 1992.
Kemudian tahun 1998 menjadi Sekretaris Camat Mangkutana, tahun 2000 menjabat Camat Towuti dan 2003 memimpin Kecamatan Nuha, Kabag Pemerintahan Luwu pada 2005-2006. Lalu Bupati Morowali dua periode dan dipercaya menjadi Anggota DPR RI.
"Bicara soal birokrasi ada tiga hal penting yang harus diperbaiki yaitu struktur, kultur, prosedurnya," tutur Anwar dalam acara dialogis bersama kalangan anak muda bertajuk Berani Diadu di Kota Palu.
Dia mengatakan ketiga hal tersebut harus menjadi pegangan penting sehingga dapat terelaborasi dengan baik. Tentunya akan bisa memberi dampak positif besar terhadap pelayanan pada seluruh kalangan masyarakat Sulteng.
Menurut dia, pembenahan persoalan birokrasi mesti menjadi hal yang perlu mendapat perhatian khusus. Utamanya dalam melancarkan realisasikan berbagai program kerja pro terhadap masyarakat kecil. "Kalau ini bisa kita dibenahi maka apa yang dikhawatirkan soal program yang kita laksanakan itu pasti akan bisa terlaksana dengan baik," ujarnya.
Utamanya, lanjut dia, menjadi sebuah kekuatan untuk membenahi persoalan birokrasi di pemerintahan selanjutnya. Dia juga menyebut, rekam jejaknya sebagai birokrat berpengalaman mumpuni tentu menjadi acuan bagi masyarakat memberikan dukungan.
"Kalau punya rentang kendali yang kuat maka pemimpin tidak akan bisa dikibuli bawahannya. Oleh karena itu, dengan modal bahwa saya birokrat, Insya Allah saya bisa mengendalikan birokrasi pemerintahan," terangnya.
Rekam jejak Anwar Hafid sebagai birokrat dimulai dari jabatan terbawah di pemerintahan daerah. Ketua Demokrat Sulteng itu mengawali karirnya sebagai Kepala Desa di Rantebala pada 1992.
Kemudian tahun 1998 menjadi Sekretaris Camat Mangkutana, tahun 2000 menjabat Camat Towuti dan 2003 memimpin Kecamatan Nuha, Kabag Pemerintahan Luwu pada 2005-2006. Lalu Bupati Morowali dua periode dan dipercaya menjadi Anggota DPR RI.
(poe)