Tiga Klaster Ini Jadi Penyebab Pesatnya Penambahan Kasus Corona di DIY
loading...
A
A
A
YOGYAKARTA - Jumlah warga yang terkonfirmasi positif terinfeksi virus corona jenis baru, COVID-19 di DIY meningkat pesat. Hari ini ada tambahan 9 kasus baru, sehingga total jumlah pasien COVID-19 sebanyak 104 orang.
Ahli Epidemologi Universitas Gadjah Mada (UGM), Riris Andono Ahmad mengatakan, kenaikan jumlah penderita COVID-19 di DIY sebagian besar dipengaruhi tiga klaster besar. Di antaranya klaster jamaah tabligh di Sleman, klaster jamaah tabligh di Gunungkidul, serta klaster jemaat gereja di Yogyakarta dan Sleman.
"Klaster Gunungkidul ada 18 kasus, ada 6 terkonfirmasi COVID-19, lainnya positif rapid test dan satu PDP meninggal. Di Gunungkidul sudah Masuk generasi kelima (G-5)," katanya kepada wartawan di Yogyakarta, Jumat (1/5/2020).
Menurutnya, kasus ini berawal dari jamaah tabligh yang pulang dari Kebon Jeruk, Jakarta Barat, kemudian menularkan kepada pasien PDP lalu dilanjutkan ke banyak jejaring warga.
Adapun di Sleman dimulai dari warga India, peserta ijtima ulama di Gowa, Sulawesi Selatan. Dari klaster ini ditemukan 24 kasus yang sebagian besar terkonfirmasi positif dan masuk generasi ketiga (G-3).
Begitu juga klaster gereja, terjadi dari beberapa jamaat sepulang dari kegiatan GBIB di Bogor, Jawa Barat. Kemudian pulang dan dilanjutkan bersama jemaat lain pergi ke Semarang dalam satu mobil. Setelah kegiatan itu diikuti kegiatan lain di Yogyakarta. Untuk Klaster jemaat gereja ada 17 kasus, kemudian ada 2 terkonfirmasi positif, 3 kasus PDP, selebihnya positif rapid test.
"Dari tiga klaster besar ini mengingatkan kita bahwa ada risiko besar kegiatan yang melibatkan kerumunan warga. Jadi memang harus menghindari kerumunan," katanya.
Melihat apa yang terjadi di lapangan, maka penyebaran virus corona diperkirakan masih terus berkembang. Puskesmas hingga kini masih terus melakukan tracing untuk tiga klaster besar tersebut untuk memutus mata rantai persebaran.
Ahli Epidemologi Universitas Gadjah Mada (UGM), Riris Andono Ahmad mengatakan, kenaikan jumlah penderita COVID-19 di DIY sebagian besar dipengaruhi tiga klaster besar. Di antaranya klaster jamaah tabligh di Sleman, klaster jamaah tabligh di Gunungkidul, serta klaster jemaat gereja di Yogyakarta dan Sleman.
"Klaster Gunungkidul ada 18 kasus, ada 6 terkonfirmasi COVID-19, lainnya positif rapid test dan satu PDP meninggal. Di Gunungkidul sudah Masuk generasi kelima (G-5)," katanya kepada wartawan di Yogyakarta, Jumat (1/5/2020).
Menurutnya, kasus ini berawal dari jamaah tabligh yang pulang dari Kebon Jeruk, Jakarta Barat, kemudian menularkan kepada pasien PDP lalu dilanjutkan ke banyak jejaring warga.
Adapun di Sleman dimulai dari warga India, peserta ijtima ulama di Gowa, Sulawesi Selatan. Dari klaster ini ditemukan 24 kasus yang sebagian besar terkonfirmasi positif dan masuk generasi ketiga (G-3).
Begitu juga klaster gereja, terjadi dari beberapa jamaat sepulang dari kegiatan GBIB di Bogor, Jawa Barat. Kemudian pulang dan dilanjutkan bersama jemaat lain pergi ke Semarang dalam satu mobil. Setelah kegiatan itu diikuti kegiatan lain di Yogyakarta. Untuk Klaster jemaat gereja ada 17 kasus, kemudian ada 2 terkonfirmasi positif, 3 kasus PDP, selebihnya positif rapid test.
"Dari tiga klaster besar ini mengingatkan kita bahwa ada risiko besar kegiatan yang melibatkan kerumunan warga. Jadi memang harus menghindari kerumunan," katanya.
Melihat apa yang terjadi di lapangan, maka penyebaran virus corona diperkirakan masih terus berkembang. Puskesmas hingga kini masih terus melakukan tracing untuk tiga klaster besar tersebut untuk memutus mata rantai persebaran.
(abd)