Kisah Putri Mentawai Ratu Semaka, Keberanian Melawan Kerajaan yang Arogan

Rabu, 03 Juli 2024 - 14:55 WIB
loading...
Kisah Putri Mentawai Ratu Semaka, Keberanian Melawan Kerajaan yang Arogan
Kisah Putri Mentawai Ratu Semaka menjadi pembahasan menarik untuk diketahui. Cerita rakyat tentang putri cantik jelita ini diketahui berasal dari Lampung. Foto/kantorbahasalampung.kemdikbud
A A A
KISAH Putri Mentawai Ratu Semaka menjadi pembahasan menarik untuk diketahui. Cerita rakyat ini diketahui berasal dari Lampung.

Melihat keberagamannya, Indonesia punya banyak cerita rakyat yang telah dikisahkan secara turun-temurun setiap generasi. Sebagian di antaranya juga populer dan biasa menghiasi buku-buku pelajaran anak sekolah.



Pada sekian banyak judul yang diketahui, ada salah satu dari Lampung yang terbilang cukup menarik, yakni “Putri Mentawai Ratu Semaka”. Berikut ini ulasan mengenai kisahnya sebagaimana dilansir dari laman Kantor Bahasa Provinsi Lampung, Rabu (3/7/2024).

Kisah Putri Mentawai Ratu Semaka


Secara singkat, cerita rakyat berjudul “Putri Mentawai Ratu Semaka” mengisahkan seorang putri cantik jelita bernama Putri Mentawai Ratu Semaka. Layaknya seorang putri, tubuhnya langsing, rambutnya panjang, dan memiliki kulit kuning langsat.

Pada latar belakangnya, Putri Mentawai adalah anak seorang bangsawan di wilayah Semuong. Selain parasnya yang cantik rupawan, dia juga memiliki kesaktian dan keterampilan bela diri.



Usut punya usut, ternyata Putri Mentawai belajar bela diri dari kakaknya yang dikenal sebagai pendekar di kampungnya. Meski perempuan, keterampilan dan ketangkasannya tidak kalah dari para pemuda kampung.

Putri Mentawai hidup dengan tentram di desanya yang makmur. Kondisi ini juga bisa terwujud akibat gotong-royong para warga.

Sebagaimana diketahui, para warga yang memiliki perkebunan di sini biasa menyisihkan sebagian hasil panen untuk diberikan ke sebuah tempat bernama balai perwatin. Balai tersebut digunakan untuk tempat persediaan bagi warga yang kurang mampu.

Selain dialihkan menuju balai perwatin, sebagian hasil panen lainnya diserahkan ke ibu kota kerajaan. Hal ini dilakukan sebagai upeti kepada raja dan dilaksanakan setahun dua kali.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3879 seconds (0.1#10.140)
pixels