Misteri Kematian Jenderal Marinir Loyalis Presiden Soekarno Berani Lawan Soeharto, Kepala Tertembak!

Rabu, 12 Juni 2024 - 08:28 WIB
loading...
A A A
Hartono banyak terlibat dalam memberantas kasus penting termasuk memberantas kasus G30S/PKI. Letjen KKO Hartono terkenal sebagai orang yang sangat setia pada Soekarno.

Ketika Soekarno menemui dan meminta KKO menangani kasus yang menewaskan 7 jenderal, dengan lantang Hartono menyanggupinya. Gejolak memanas Orde Baru menjadi titik balik memanasnya politik di Indonesia.

Soekarno mendapatkan banyak tuduhan atas kejadian di lubang buaya itu. Hartono yang senantiasa setia kepadanya meminta izin untuk melawan rezim Soeharto.

“Pejah gesang melu (hidup mati ikut) Bung Karno. Putih kata Bung Karno, Putih kata KKO. Hitam kata Bung Karno, hitam kata KKO“ Tukas Hartono dalam menjalankan misinya. Nyatanya hadirnya Hartono di samping Soekarno menjadi ancaman tersendiri bagi Soeharto.



Berawal dari kemiliteran, Hartono dipindahkan ke kedutaan besar Korea Utara pada 9 November 1968. Hartono dan KKO mencium niat buruk dari Soeharto. Ia merasa Soeharto ingin menyingkirkannya secara perlahan.

Dalam tugasnya sata pertemuan Dubes se-Asia Pasifik, Hartono dipanggil kembali ke Indonesia. Tak lama berselang, Hartono ditemukan meninggal dengan luka tembakan pada bagian kepala. Ditemukan pistol dengan peredam di sampingnya.

Diindikasikan Hartono meninggal karena bunuh diri. Namun banyak sekali kejanggalan yang belum terungkap dari wafatnya Jenderal KKO itu. Letjen KKO Hartono dimakamkan di Kalibata pada tanggal 7 Januari 1971.

Dikutip dari Buku “Hartono: Jenderal Marinir di Tengah Prahara” karya Petrik Matanasi menyebutkan pihak keluarga penasaran dengan kematian Jenderal KKO Hartono yang membingungkan.

Seluruh keluarga Hartono berangkat dari Pyongyang, Korea Utara, dan baru tiba dua pekan kemudian ke Indonesia.

Menurut pemerintahan Orde Baru, Hartono tewas bunuh diri. Namun hal tersebut disangsikan kebenarannya oleh mantan Gubernur DKI Jakarta Letjen KKO (Purn) Ali Sadikin dan mantan Wakasal Laksamana Madya Rachmat Sumengkar.

“Saya temukan Hartono terduduk di kursi dengan darah membasahi bagian belakang kepala. Di sampingnya kaca jendela pecah berantakan kena tembakan…” demikian pengakuan Nyonya Prawirosoetarto seperti ditulis Julius Pour.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1516 seconds (0.1#10.140)
pixels