Kisah Renovasi Masjid Eks Pasukan Diponegoro Temukan Bekas Peninggalan Kerajaan Singasari
loading...
A
A
A
MALANG - Masjid Bungkuk yang kini menjadi Masjid At-Thohiriyah menjadi masjid tertua di Malang, Jawa Timur yang dibangun oleh eks pasukan Pangeran Diponegoro, saat Perang Jawa bernama Hamimuddin.
Sosok Hamimuddin sendiri dipercaya masyarakat sekitar Malang raya sebagai penyebar agama Islam dan disematkan istilah kiai atau tokoh agama.
KH Moensif Nachrawi generasi keempat Kiai Hamimuddin menyatakan, Masjid Bungkuk dibangun di awal abad 18 oleh Kiai Hamimuddin, yang juga merupakan leluhurnya.
Sosoknya merupakan bekas pasukan laskar Pangeran Diponegoro, yang melarikan diri usai kalah perang di Perang Jawa. Hamimuddin kemudian menuju daerah Malang tepatnya di Singosari, yang dulunya masih hutan belantara pasca lenyapnya Kerajaan Singasari.
"Di sini masih banyak pemeluk agama Hindu. Kemudian beliau mengajarkan salat, ngajar mengaji di gubug kecil, tapi lama kelamaan banyak orang yang tertarik belajar islam," ucap KH Moensif Nachrawi, pada Rabu (20/3/2024).
Pada akhirnya lambat laun Kiai Hamimuddin mulai merintis pondok pesantren (Ponpes) yang menjadi cikal bakal Ponpes Miftahul Falah, Singosari. Perjuangan Kiai Hamimuddin dalam menyebarkan agama Islam ini dibantu oleh KH Thohir, yang merupakan menantu Kiai Hamimuddin.
Sosoknya merupakan keturunan dari Ponpes Canggaan di Bangil, Pasuruan.
"Dari masjid yang (renovasi) kedua tadi rupanya nggak bisa nampung lagi, jamaahnya makin lama makin besar. Karena jamaah salat Jumat saja nggak nampung sampai ke rumah warga ada di aula. Untuk urusan ibadah nggak ideal sehingga terpikir bagaimanapun harus dipugar, itu sekitar 16 tahun lalu," ungkap dia.
Sosok Hamimuddin sendiri dipercaya masyarakat sekitar Malang raya sebagai penyebar agama Islam dan disematkan istilah kiai atau tokoh agama.
KH Moensif Nachrawi generasi keempat Kiai Hamimuddin menyatakan, Masjid Bungkuk dibangun di awal abad 18 oleh Kiai Hamimuddin, yang juga merupakan leluhurnya.
Sosoknya merupakan bekas pasukan laskar Pangeran Diponegoro, yang melarikan diri usai kalah perang di Perang Jawa. Hamimuddin kemudian menuju daerah Malang tepatnya di Singosari, yang dulunya masih hutan belantara pasca lenyapnya Kerajaan Singasari.
"Di sini masih banyak pemeluk agama Hindu. Kemudian beliau mengajarkan salat, ngajar mengaji di gubug kecil, tapi lama kelamaan banyak orang yang tertarik belajar islam," ucap KH Moensif Nachrawi, pada Rabu (20/3/2024).
Pada akhirnya lambat laun Kiai Hamimuddin mulai merintis pondok pesantren (Ponpes) yang menjadi cikal bakal Ponpes Miftahul Falah, Singosari. Perjuangan Kiai Hamimuddin dalam menyebarkan agama Islam ini dibantu oleh KH Thohir, yang merupakan menantu Kiai Hamimuddin.
Baca Juga
Sosoknya merupakan keturunan dari Ponpes Canggaan di Bangil, Pasuruan.
"Dari masjid yang (renovasi) kedua tadi rupanya nggak bisa nampung lagi, jamaahnya makin lama makin besar. Karena jamaah salat Jumat saja nggak nampung sampai ke rumah warga ada di aula. Untuk urusan ibadah nggak ideal sehingga terpikir bagaimanapun harus dipugar, itu sekitar 16 tahun lalu," ungkap dia.