Kesaktian Mpu Bharada, Penasihat Raja Airlangga Terbang ke Bali dengan Selembar Daun
loading...
A
A
A
Desa Kamal Pandak, pada zaman Majapahit, menjadi lokasi pendirian Prajnaparamitapuri yaitu Candi Penghargaan arwah Gayatri, istri Raden Wijaya. Selesai menetapkan batas Kerajaan Kediri dan Janggala berdasarkan cucuran air kendi, Mpu Bharada mengucapkan kutukan. Barang siapa yang berani melanggar batas tersebut, hidupnya akan mengalami kesialan.
Menurut Prasasti Mahasobhya yang diterbitkan Kertanegara, Raja Singasari, kutukan Mpu Bharada sudah ditawar berkat usaha Wisnuwardhana, menyatukan kedua wilayah tersebut. Negarakertagama juga menyebutkan, Mpu Bharada adalah pendeta Buddha yang mendapat anugerah tanah Desa Lemah Citra atau Lemah Tulis.
Sementara Calon Arang adalah seroang tokoh dalam cerita rakyat Jawa dan Bali dari abad 12. Dia adalah seorang janda pengguna ilmu hitam yang sering merusak hasil panen para petani dan menyebabkan datangnya penyakit.
Calon Arang ini mempunyai seorang putri bernama Ratna Manggali, yang meskipun cantik, tidak mendapatkan seorang suami karena orang-orang takut pada ibunya. Karena kesulitan yang dihadapi oleh putrinya Calon Arang marah, dan dia pun berniat membalas dendam dengan menculik seorang gadis muda.
Gadis tersebut dia bawa ke sebuah kuil untuk dikorbankan kepada Dewi Durga. Hari berikutnya banjir besar melanda desa tersebut, dan banyak orang meninggal dunia. Penyakit pun bermunculan, Raja Airlangga yang mengetahui hal tersebut meminta bantuan penasihatnya Mpu Bharada, untuk mengatasi masalah ini.
Lalu Mpu Bharada mengirimkan seorang prajurit bernama Mpu Bharada untuk dinikahkan kepada Ratna Manggali. Keduanya menikah besar-besaran dengan pesta yang berlangsung tujuh hari tujuh malam, dan keadaan pun kembali normal.
Calon Arang konon mempunyai sebuah buku yang berisi ilmu - ilmu sihir. Suatu hari buku ini berhasil ditemukan oleh prajurit Mpu Bharada, Bahula lalu diserahkannya kepada Mpu Bharada.
Saat Calon Arang mengetahui bahwa bukunya telah dicuri, dia menjadi marah dan memutuskan melawan Mpu Bharada. Tanpa bantuan Dewi Durga, Calon Arang pun kalah. Sejak dia dikalahkan Mpu Bharada, desa tersebut pun aman dari ancaman ilmu hitam Calon Arang.
Menurut Prasasti Mahasobhya yang diterbitkan Kertanegara, Raja Singasari, kutukan Mpu Bharada sudah ditawar berkat usaha Wisnuwardhana, menyatukan kedua wilayah tersebut. Negarakertagama juga menyebutkan, Mpu Bharada adalah pendeta Buddha yang mendapat anugerah tanah Desa Lemah Citra atau Lemah Tulis.
Sementara Calon Arang adalah seroang tokoh dalam cerita rakyat Jawa dan Bali dari abad 12. Dia adalah seorang janda pengguna ilmu hitam yang sering merusak hasil panen para petani dan menyebabkan datangnya penyakit.
Calon Arang ini mempunyai seorang putri bernama Ratna Manggali, yang meskipun cantik, tidak mendapatkan seorang suami karena orang-orang takut pada ibunya. Karena kesulitan yang dihadapi oleh putrinya Calon Arang marah, dan dia pun berniat membalas dendam dengan menculik seorang gadis muda.
Gadis tersebut dia bawa ke sebuah kuil untuk dikorbankan kepada Dewi Durga. Hari berikutnya banjir besar melanda desa tersebut, dan banyak orang meninggal dunia. Penyakit pun bermunculan, Raja Airlangga yang mengetahui hal tersebut meminta bantuan penasihatnya Mpu Bharada, untuk mengatasi masalah ini.
Lalu Mpu Bharada mengirimkan seorang prajurit bernama Mpu Bharada untuk dinikahkan kepada Ratna Manggali. Keduanya menikah besar-besaran dengan pesta yang berlangsung tujuh hari tujuh malam, dan keadaan pun kembali normal.
Calon Arang konon mempunyai sebuah buku yang berisi ilmu - ilmu sihir. Suatu hari buku ini berhasil ditemukan oleh prajurit Mpu Bharada, Bahula lalu diserahkannya kepada Mpu Bharada.
Saat Calon Arang mengetahui bahwa bukunya telah dicuri, dia menjadi marah dan memutuskan melawan Mpu Bharada. Tanpa bantuan Dewi Durga, Calon Arang pun kalah. Sejak dia dikalahkan Mpu Bharada, desa tersebut pun aman dari ancaman ilmu hitam Calon Arang.
(wib)