Kesaktian Mpu Bharada, Penasihat Raja Airlangga Terbang ke Bali dengan Selembar Daun

Kamis, 07 Maret 2024 - 06:44 WIB
loading...
Kesaktian Mpu Bharada, Penasihat Raja Airlangga Terbang ke Bali dengan Selembar Daun
Penasihat Raja Airlangga ini konon memiliki kesaktian luar biasa, meskipun namanya tak setenar sang raja di kalangan masyarakat awam. Foto/Istimewa
A A A
PENASIHAT Raja Airlangga ini konon memiliki kesaktian luar biasa, meskipun namanya tak setenar sang raja di kalangan masyarakat awam.Sosoknya dikenal sebagai tokoh agama, dan di tangan Mpu Bharada pula Airlangga mempercayakan Bharada untuk membagi kedua putranya.

Tak cukup sampai di situ, sosok Mpu Bharada konon pernah mengalahkan Calon Arang, penyihir janda dari Desa Girah, yang terkenal sakti dan tak mampu ditandingi siapapun.

Mpu Bharada pulalah yang akhirnya membimbing Airlangga untuk memperdalam agama, sebelum akhirnya turun takhta dari raja. Niatnya menjadi pendeta dan memperdalam ilmu agama membuat Airlangga harus membagi wilayah kerajaannya ke dua putranya.



Hal ini pula dikisahkan pada buku "Babad Tanah Jawi" tulisan Soedjipto Abimanyu, yang memerintahkan anak-anak Airlangga untuk belajar ke Bali, asal usul leluhurnya. Di Kerajaan Bali itulah konon sang anak akan belajar memimpin dan pemerintahan. Tapi sebelum itu terealisasi, maka Airlangga pun mengutus Mpu Bharada untuk berangkat ke Bali.

Mpu Bharada yang juga menjadi penasihat utama Raja Airlangga pun menerima permintaan Airlangga. Konon saat berangkat menuju Bali inilah kesaktian Mpu Bharada tampak.

Dia berangkat ke Bali untuk menemui Raja Bali menyampaikan maksud tujuan Airlangga, hanya dengan menggunakan sehelai daun. Sesampainya di Bali, permintaan Airlangga yang disampaikan Mpu Bharada pun ditolak Mpu Kuturan, yang berniat mengangkat cucunya menjadi raja Bali.

Alhasil Airlangga terpaksa membelah kekuasaan kerajaan kepada dua putranya. Mpu Bharada bertugas menetapkan batas antara kedua belahan negara. Dikisahkan di sinilah kesaktian Mpu Bharada kembali muncul. Dia terbang sambil mengucurkan air kendi.



Tetapi ketika sampai di dekat Desa Palungan, jubah Mpu Bharada tersangkut ranting pohon asam. Dia marah dan mengutuk pohon asam itu menjadi kerdil. Oleh karena itu, penduduk sekitar menamakan daerah itu Kamal Pandak, yang artinya asem pendek.

Desa Kamal Pandak, pada zaman Majapahit, menjadi lokasi pendirian Prajnaparamitapuri yaitu Candi Penghargaan arwah Gayatri, istri Raden Wijaya. Selesai menetapkan batas Kerajaan Kediri dan Janggala berdasarkan cucuran air kendi, Mpu Bharada mengucapkan kutukan. Barang siapa yang berani melanggar batas tersebut, hidupnya akan mengalami kesialan.

Menurut Prasasti Mahasobhya yang diterbitkan Kertanegara, Raja Singasari, kutukan Mpu Bharada sudah ditawar berkat usaha Wisnuwardhana, menyatukan kedua wilayah tersebut. Negarakertagama juga menyebutkan, Mpu Bharada adalah pendeta Buddha yang mendapat anugerah tanah Desa Lemah Citra atau Lemah Tulis.

Sementara Calon Arang adalah seroang tokoh dalam cerita rakyat Jawa dan Bali dari abad 12. Dia adalah seorang janda pengguna ilmu hitam yang sering merusak hasil panen para petani dan menyebabkan datangnya penyakit.

Calon Arang ini mempunyai seorang putri bernama Ratna Manggali, yang meskipun cantik, tidak mendapatkan seorang suami karena orang-orang takut pada ibunya. Karena kesulitan yang dihadapi oleh putrinya Calon Arang marah, dan dia pun berniat membalas dendam dengan menculik seorang gadis muda.

Gadis tersebut dia bawa ke sebuah kuil untuk dikorbankan kepada Dewi Durga. Hari berikutnya banjir besar melanda desa tersebut, dan banyak orang meninggal dunia. Penyakit pun bermunculan, Raja Airlangga yang mengetahui hal tersebut meminta bantuan penasihatnya Mpu Bharada, untuk mengatasi masalah ini.

Lalu Mpu Bharada mengirimkan seorang prajurit bernama Mpu Bharada untuk dinikahkan kepada Ratna Manggali. Keduanya menikah besar-besaran dengan pesta yang berlangsung tujuh hari tujuh malam, dan keadaan pun kembali normal.

Calon Arang konon mempunyai sebuah buku yang berisi ilmu - ilmu sihir. Suatu hari buku ini berhasil ditemukan oleh prajurit Mpu Bharada, Bahula lalu diserahkannya kepada Mpu Bharada.

Saat Calon Arang mengetahui bahwa bukunya telah dicuri, dia menjadi marah dan memutuskan melawan Mpu Bharada. Tanpa bantuan Dewi Durga, Calon Arang pun kalah. Sejak dia dikalahkan Mpu Bharada, desa tersebut pun aman dari ancaman ilmu hitam Calon Arang.
(wib)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1639 seconds (0.1#10.140)