Mengupas Asa Vea, Bocah Penyandang Disabilitas Berkeinginan Tinggi untuk Sekolah
loading...
A
A
A
BLORA - Anak penyandang disabilitas ini memiliki semangat luar biasa. Meski belum bisa berjalan normal sejak bayi hingga usia 11 tahun, namun keinginannya sangat besar untuk mendapatkan pendidikan seperti anak sebayanya.
Namanya adalah Alenda Primavea Dewi, putri pasangan Gimin dan Adin, warga RT 1/4 Kelurahan Bangkle, Kecamatan Blora, Kabupaten Blora Jawa Tengah. Bocah manis yang akrab disapa Vea ini memang menderita kelainan fisik.
Meski demikian, dia cukup fasih berhitung dan membaca. Tak kalah dengan teman-temannya yang kini sudah belajar di SD. Padahal, huruf-huruf dan angka dikenalnya hanya di bangku TK, itu pun ketika sudah berusia 8 tahun.(BACA JUGA: Presiden Jokowi Saksikan Penyuntikan Uji Klinis Vaksin Covid-19)
Ibunda Vea, Adin, mengaku tak tahu persis anaknya menderita kelainan fisik. Dia hanya mengetahui, jika anak kesayangannya itu lahir prematur. Dari situlah, Vea tak tumbuh sebagaimana anak-anak seusianya yang kini rata-rata sudah kelas V SD.
“Vea ini dulu lahir prematur, dan baru bisa duduk pada usia 8 tahun. Sehingga baru masuk sekolah TK pada usia 8 tahun tersebut,” kata Adin.
Keinginan bersekolah Vea terlihat kala itu. Meski berusia 8 tahun, dia tak malu dan tetap berangkat sekolah dengan bantuan kursi roda. Kakinya tak kuat menopang tubuh sehingga tak memungkinkan berjalan jauh dari rumah menuju sekolah.
“Selama di TK dua tahun saya antar jemput pakai kursi roda. Setelah lulus TK tahun kemarin usia 10 tahun dan ingin melanjutkan ke SD. Namun belum bisa karena kondisinya seperti ini,” jelas Adin.
Dia pun berharap anaknya bisa sekolah di sekolah normal karena memiliki kemampuan sama dengan anak normal lainnya. Bisa membaca, menulis dan berhitung, namun ada keterbatasan kemampuan jalan saja.
Demi menuruti keinginan bersekolah, anak menjalani terapi di Balai Besar Rehabislitasi Sosial Penyandang Disabilitas Fisik (BBRSPDF) Prof. Dr. Soeharso Surakarta. Vea dibantu untuk latihan meluruskan kaki dan mengangkat badannya sendiri oleh ahli terapis.(BACA JUGA: Tammy Duckworth, Bakal Cawapres Biden yang Pernah Tinggal di Jakarta)
Kemudian dilatih duduk dari posisi tiduran secara benar untuk melatih kekuatan tangan dan kakinya. Anak dari tenaga bangunan itu juga selalu dimotivasi untuk lebih bersemangat agar proses terapi berjalan lancar.
Semangat bocah bergangguan fisik untuk bersekolah itu didengar oleh Wakil Bupati Blora Arief Rohman. Dia bersama petugas dari Baznas dan Dinas Sosial menjenguk proses terapi Vea untuk melihat perkembangannya.
Menurut informasi dari terapis BBRSPDF Surakarta, kaki kanan Vea masih bisa diluruskan. Sedangkan kaki kiri karena sudah bertahun-tahun dalam posisi tertekuk maka butuh beberapa kali pelatihan dan alat bantu agar bisa lurus.
“Tadi langsung dicek, dan diukur agar bisa dibuatkan alat bantu. Sekaligus melatih orangtuanya agar setiap hari bisa melatih Dik Vea bergerak dengan benar. Seperti melatih meluruskan kaki dan mengangkat badan yang benar. Komunikasinya normal kok, bisa bicara, berhitung, membaca. Sehingga ingin bisa sekolah lagi,” kata Arief.
Pihaknya menunggu hasil pemeriksaan BBRSPDF terlebih dahulu. Jika cukup dengan terapi maka akan dikawal proses terapinya di rumah sakit secara rutin. Namun jika butuh operasi maka Baznas dan Dinsos akan mengawalnya juga.
“Alhamdulillah yang bersangkutan sudah memiliki Kartu Indonesia Sehat (KIS) dan masuk Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS). Kami mohon doanya semoga Dik Vea bisa segera membaik dan bisa sekolah lagi. Dinsos juga sudah koordinasi dengan Dinas Pendidikan agar bisa memfasilitasi sekolahnya,” pungkas dia.
Namanya adalah Alenda Primavea Dewi, putri pasangan Gimin dan Adin, warga RT 1/4 Kelurahan Bangkle, Kecamatan Blora, Kabupaten Blora Jawa Tengah. Bocah manis yang akrab disapa Vea ini memang menderita kelainan fisik.
Meski demikian, dia cukup fasih berhitung dan membaca. Tak kalah dengan teman-temannya yang kini sudah belajar di SD. Padahal, huruf-huruf dan angka dikenalnya hanya di bangku TK, itu pun ketika sudah berusia 8 tahun.(BACA JUGA: Presiden Jokowi Saksikan Penyuntikan Uji Klinis Vaksin Covid-19)
Ibunda Vea, Adin, mengaku tak tahu persis anaknya menderita kelainan fisik. Dia hanya mengetahui, jika anak kesayangannya itu lahir prematur. Dari situlah, Vea tak tumbuh sebagaimana anak-anak seusianya yang kini rata-rata sudah kelas V SD.
“Vea ini dulu lahir prematur, dan baru bisa duduk pada usia 8 tahun. Sehingga baru masuk sekolah TK pada usia 8 tahun tersebut,” kata Adin.
Keinginan bersekolah Vea terlihat kala itu. Meski berusia 8 tahun, dia tak malu dan tetap berangkat sekolah dengan bantuan kursi roda. Kakinya tak kuat menopang tubuh sehingga tak memungkinkan berjalan jauh dari rumah menuju sekolah.
“Selama di TK dua tahun saya antar jemput pakai kursi roda. Setelah lulus TK tahun kemarin usia 10 tahun dan ingin melanjutkan ke SD. Namun belum bisa karena kondisinya seperti ini,” jelas Adin.
Dia pun berharap anaknya bisa sekolah di sekolah normal karena memiliki kemampuan sama dengan anak normal lainnya. Bisa membaca, menulis dan berhitung, namun ada keterbatasan kemampuan jalan saja.
Demi menuruti keinginan bersekolah, anak menjalani terapi di Balai Besar Rehabislitasi Sosial Penyandang Disabilitas Fisik (BBRSPDF) Prof. Dr. Soeharso Surakarta. Vea dibantu untuk latihan meluruskan kaki dan mengangkat badannya sendiri oleh ahli terapis.(BACA JUGA: Tammy Duckworth, Bakal Cawapres Biden yang Pernah Tinggal di Jakarta)
Kemudian dilatih duduk dari posisi tiduran secara benar untuk melatih kekuatan tangan dan kakinya. Anak dari tenaga bangunan itu juga selalu dimotivasi untuk lebih bersemangat agar proses terapi berjalan lancar.
Semangat bocah bergangguan fisik untuk bersekolah itu didengar oleh Wakil Bupati Blora Arief Rohman. Dia bersama petugas dari Baznas dan Dinas Sosial menjenguk proses terapi Vea untuk melihat perkembangannya.
Menurut informasi dari terapis BBRSPDF Surakarta, kaki kanan Vea masih bisa diluruskan. Sedangkan kaki kiri karena sudah bertahun-tahun dalam posisi tertekuk maka butuh beberapa kali pelatihan dan alat bantu agar bisa lurus.
“Tadi langsung dicek, dan diukur agar bisa dibuatkan alat bantu. Sekaligus melatih orangtuanya agar setiap hari bisa melatih Dik Vea bergerak dengan benar. Seperti melatih meluruskan kaki dan mengangkat badan yang benar. Komunikasinya normal kok, bisa bicara, berhitung, membaca. Sehingga ingin bisa sekolah lagi,” kata Arief.
Pihaknya menunggu hasil pemeriksaan BBRSPDF terlebih dahulu. Jika cukup dengan terapi maka akan dikawal proses terapinya di rumah sakit secara rutin. Namun jika butuh operasi maka Baznas dan Dinsos akan mengawalnya juga.
“Alhamdulillah yang bersangkutan sudah memiliki Kartu Indonesia Sehat (KIS) dan masuk Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS). Kami mohon doanya semoga Dik Vea bisa segera membaik dan bisa sekolah lagi. Dinsos juga sudah koordinasi dengan Dinas Pendidikan agar bisa memfasilitasi sekolahnya,” pungkas dia.
(vit)