Cegah Radikalisme, Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Diajak Kritis Terhadap Buku Bacaan
loading...
A
A
A
"Adapun sasaran mereka adalah generasi muda yang dinilai masih belum stabil, masih dalam proses pencarian jati diri, dan dekat dengan teknologi media sosial. Hal tersebutlah yang dimanfaatkan untuk merekrut ke dalam pemahaman radikal dan jaringan terorisme," katanya.
Untuk itu, jenderal polisi bintang dua ini berharap mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta mampu mendeteksi dini, memahami dan menyaring buku-buku yang beredar dan tidak terjerumus dengan ajaran yang menyimpang.
"Kami berharap dapat mengajak hadirin sekalian memahami tentang ajaran tauhid yang benar yaitu menekankan cinta, kedamaian, dan ketaatan kepada Tuhan YME, serta menjadi sarana untuk mempromosikan perdamaian, bukan sebaliknya," jelasnya.
Sementara Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Moch Sodik menyatakan, kepedulian mahasiswa dalam membaca buku akan semakin meningkat dan dibarengi oleh pola pikir yang kritis, sehingga mampu memberikan penjelasan ke masyarakat sekitarnya.
"Jadi daya kritis ini yang penting, karena dengan daya kritis muncul, maka dia (mahasiswa) bisa menjelaskan pada masyarakat yang lain, ini sebagai agen perubahan. Dengan nalar kritis ini mereka bisa memilih dan memilah, sambil kami yang di pimpinan dan dosen-dosen juga mengarahkan buku buku yang berbahaya dan yang tidak," ungkapnya.
Untuk itu, jenderal polisi bintang dua ini berharap mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta mampu mendeteksi dini, memahami dan menyaring buku-buku yang beredar dan tidak terjerumus dengan ajaran yang menyimpang.
"Kami berharap dapat mengajak hadirin sekalian memahami tentang ajaran tauhid yang benar yaitu menekankan cinta, kedamaian, dan ketaatan kepada Tuhan YME, serta menjadi sarana untuk mempromosikan perdamaian, bukan sebaliknya," jelasnya.
Sementara Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Moch Sodik menyatakan, kepedulian mahasiswa dalam membaca buku akan semakin meningkat dan dibarengi oleh pola pikir yang kritis, sehingga mampu memberikan penjelasan ke masyarakat sekitarnya.
"Jadi daya kritis ini yang penting, karena dengan daya kritis muncul, maka dia (mahasiswa) bisa menjelaskan pada masyarakat yang lain, ini sebagai agen perubahan. Dengan nalar kritis ini mereka bisa memilih dan memilah, sambil kami yang di pimpinan dan dosen-dosen juga mengarahkan buku buku yang berbahaya dan yang tidak," ungkapnya.
(shf)