Kisah Pasukan Berani Mati Bung Tomo Dapat Tugas Khusus dari Jenderal Sudirman
loading...
A
A
A
BUNG TOMO membentuk pasukan pejuang Barisan Berani Mati yang sepak terjangnya cukup ampuh. Pengaruh pasukan berani mati ini kian besar dan benar-benar menyita perhatian sehingga membawa Bung Tomo mendapat instruksi tugas khusus dari Panglima Besar Jenderal Sudirman.
Bung Tomo pun menerima tiga tugas khusus dari Jenderal Sudirman, yakni mempersiapkan wilayah Gunung Lawu bersama Laksamana Nazir.
Tugas itu diberikan kepada Bung Tomo dalam rangka persiapan Pusat Komando Republik Indonesia Tertinggi dalam situasi perang.
Dari sinilah hubungan Bung Tomo dengan Jenderal Sudirman semakin dekat. Sejak saat itu, ia sering berdiskusi, bertukar pikiran, serta berkoordinasi secara intensif dengan Jenderal Sudirman mengenai gerakan perjuangan, sebagaimana dikutip dari "Bung Tomo: Hidup dan Mati Pengobar Semangat Tempur 10 November" tulisan Abdul Waid.
Kedekatan ini pun konon membuat Bung Tomo ditunjuk sebagai anggota Dewan Penasihat Panglima Besar Jenderal Sudirman. Bung Tomo dan Jenderal Sudirman adalah dua sosial yang sepaham dan seideologi.
Tugas kedua dari Jenderal Sudirman ke Bung Tomo yakni melakukan perundingan dan penyusunan strategi bersama Presiden Soekarno beserta anggota kabinetnya pada bulan Oktober 1945 di Gedung Proklamasi.
Pada waktu itu, Presiden Soekarno meminta saran dan informasi kepada Bung Tomo tentang bagaimana caranya agar dapat mendesak para tentara pendudukan Jepang untuk menyerahkan senjatanya kepada bangsa Indonesia.
Tugas ketiga yang diterima Bung Tomo adalah mendapatkan tugas yang berhubungan dengan kemiliteran.
Dia ditunjuk sebagai anggota Staf Gabungan Angkatan Perang Republik Indonesia, Ketua Panitia Angkatan Darat yang membawahi bidang kereta api, bus antarkota, dan sebagainya.
Bung Tomo pun menerima tiga tugas khusus dari Jenderal Sudirman, yakni mempersiapkan wilayah Gunung Lawu bersama Laksamana Nazir.
Tugas itu diberikan kepada Bung Tomo dalam rangka persiapan Pusat Komando Republik Indonesia Tertinggi dalam situasi perang.
Dari sinilah hubungan Bung Tomo dengan Jenderal Sudirman semakin dekat. Sejak saat itu, ia sering berdiskusi, bertukar pikiran, serta berkoordinasi secara intensif dengan Jenderal Sudirman mengenai gerakan perjuangan, sebagaimana dikutip dari "Bung Tomo: Hidup dan Mati Pengobar Semangat Tempur 10 November" tulisan Abdul Waid.
Kedekatan ini pun konon membuat Bung Tomo ditunjuk sebagai anggota Dewan Penasihat Panglima Besar Jenderal Sudirman. Bung Tomo dan Jenderal Sudirman adalah dua sosial yang sepaham dan seideologi.
Tugas kedua dari Jenderal Sudirman ke Bung Tomo yakni melakukan perundingan dan penyusunan strategi bersama Presiden Soekarno beserta anggota kabinetnya pada bulan Oktober 1945 di Gedung Proklamasi.
Pada waktu itu, Presiden Soekarno meminta saran dan informasi kepada Bung Tomo tentang bagaimana caranya agar dapat mendesak para tentara pendudukan Jepang untuk menyerahkan senjatanya kepada bangsa Indonesia.
Tugas ketiga yang diterima Bung Tomo adalah mendapatkan tugas yang berhubungan dengan kemiliteran.
Dia ditunjuk sebagai anggota Staf Gabungan Angkatan Perang Republik Indonesia, Ketua Panitia Angkatan Darat yang membawahi bidang kereta api, bus antarkota, dan sebagainya.