Pola Serangan Terorisme berubah, BNPT Minta Mahasiswa Unnes Waspada
loading...
A
A
A
SEMARANG - Pola serangan terorisme saat ini sudah berubah. Penelitian Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) pada 2018-2023 pola serangan terorisme secara terbuka telah menurun hingga 89%.
Di atas permukaan mereka tidak lagi melakukan serangan-serangan teror, mereka sudah merubah polanya dari hard approach menjadi soft approach atau di bawah tangan.
“Di bawah tangan ini atau di ruang gelap (online) mereka melakukan sesuatu mereka melakukan kegiatan yang terencana dan sistematis dan juga masif. Untuk apa? Tentunya untuk melakukan penguatan sel-sel, melakukan proses rekrutmen melalui proses radikalisasi kepada kalangan para mahasiswa, kepada para remaja, anak-anak dan perempuan,” ujar Kepala BNPT, Komjen Pol Rycko Amelza Dahniel saat memberi Kuliah Umum di Universitas Negeri Semarang (Unnes), dikutip Jumat (10/11/2023).
Kelompok radikal terorisme ini telah memperkenalkan dan menggunakan simbol-simbol agama dengan masuk ke rohis, tempat ibadah, ta’lim untuk memperkenalkan ideologi dengan menggunakan atribut atau simbol-simbol agama utamanya agama Islam.
“Bahkan mereka ini juga menggunakan tempat-tempat ibadah untuk menyampaikan, atau disampaikan oleh orang-orang yang sepertinya memahami masalah keagamaan atau menggunakan jubah keagamaan. Untuk itu saya minta hati-hati kepada para mahasiswa semuanya,” ujar mantan Kalemdiklat Polri ini
Rycko menambahkan, di bawah sel permukaan kelompok ini mulai memperkuat dengan melakukan proses rekrutmen dengan radikalisasi. Modusnya dengan mengumpulkan berbagai bantuan bantuan keuangan atau donasi, tromol atau menyaru dengan menggunakan kotak amal.
Bahkan sekarang sudah menggunakan sistem online atau yang menggunakan barcode.
“Siber patrol juga dilaksanakan, tapi masalahnya ini sudah tersebar dari WA, Telegram, Facebook. Nggak taunya tidak jelas malah untuk pendanaan terorisme. Hati-hati,” ujarnya.
Di atas permukaan mereka tidak lagi melakukan serangan-serangan teror, mereka sudah merubah polanya dari hard approach menjadi soft approach atau di bawah tangan.
“Di bawah tangan ini atau di ruang gelap (online) mereka melakukan sesuatu mereka melakukan kegiatan yang terencana dan sistematis dan juga masif. Untuk apa? Tentunya untuk melakukan penguatan sel-sel, melakukan proses rekrutmen melalui proses radikalisasi kepada kalangan para mahasiswa, kepada para remaja, anak-anak dan perempuan,” ujar Kepala BNPT, Komjen Pol Rycko Amelza Dahniel saat memberi Kuliah Umum di Universitas Negeri Semarang (Unnes), dikutip Jumat (10/11/2023).
Kelompok radikal terorisme ini telah memperkenalkan dan menggunakan simbol-simbol agama dengan masuk ke rohis, tempat ibadah, ta’lim untuk memperkenalkan ideologi dengan menggunakan atribut atau simbol-simbol agama utamanya agama Islam.
“Bahkan mereka ini juga menggunakan tempat-tempat ibadah untuk menyampaikan, atau disampaikan oleh orang-orang yang sepertinya memahami masalah keagamaan atau menggunakan jubah keagamaan. Untuk itu saya minta hati-hati kepada para mahasiswa semuanya,” ujar mantan Kalemdiklat Polri ini
Rycko menambahkan, di bawah sel permukaan kelompok ini mulai memperkuat dengan melakukan proses rekrutmen dengan radikalisasi. Modusnya dengan mengumpulkan berbagai bantuan bantuan keuangan atau donasi, tromol atau menyaru dengan menggunakan kotak amal.
Baca Juga
Bahkan sekarang sudah menggunakan sistem online atau yang menggunakan barcode.
“Siber patrol juga dilaksanakan, tapi masalahnya ini sudah tersebar dari WA, Telegram, Facebook. Nggak taunya tidak jelas malah untuk pendanaan terorisme. Hati-hati,” ujarnya.