Dihantam COVID-19, Ekonomi Jatim Minus 5,90 Persen
loading...
A
A
A
SURABAYA - Pertumbuhan ekonomi Jawa Timur (Jatim) selama triwulan II 2020 minus 5,90%. Sebagian besar lapangan usaha mengalami kontraksi. Semua komponen Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Menurut Pengeluaran mengalami kontraksi.
Kontraksi terendah pada Ekspor Luar Negeri 0,27%. Disusul Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 1,06%, Pengeluaran Konsumsi Lembaga Non-Profit yang Melayani Rumah Tangga (LNPRT) 3,45%,Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga 4,79%, Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) 7,55% dan Impor Luar Negeri 18,70%. (BACA JUGA: Semester I 2020, Realisasi Investasi Jawa Timur Tembus Rp51 Triliun )
Terkontraksinya semua komponen dipengaruhi oleh pandemi COVID-19 yang menyebabkan adanya kebijakan pemerintah dengan memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Sehingga membatasi ruang gerak masyarakat maupun perusahaan dalam beraktivitas. (BACA JUGA: Khofifah Dorong Pelaku Bisnis Mamin Garap Pasar Ekspor )
"Hal itu berdampak pada penurunan pendapatan masyarakat," kata Kepala Bidang Nerwilis Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim Khaerul Agus dalam rilisnya, Kamis (6/8/2020). (BACA JUGA: Kasus Fetish Kain Jarik, FIB Unair Rekomendasi Sanksi ke Gilang )
Data BPS Jatim juga menyebutkan, pengeluaran pemerintah terkontraksi hampir disemua pos anggaran. Seperti belanja pegawai, barang, modal dan sosial baik pada anggaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) maupun Anggarapan Pendapatan dan Belanja Nasional (APBN).
Ekspor migas unggulan Jatim seperti lemak dan minyak hewan, tembakau, produk kimia, bahan kimia organik, kertas kanton, migas serta ekspor jasa mengalami kontraksi.
Di sisi lain, struktur Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) Jatim menurut pengeluaran atas dasar harga berlaku triwulan II 2020 tidak menunjukkan perubahan berarti.
Aktivitas permintaan akhir masih didominasi oleh Komponen Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga yang mencapai separuh lebih PDRB Jatim, yakni 61,02%.
Komponen lain yang memiliki peranan besar terhadap PDRB Jatim berturut-turut adalah PMTB (27,74%), Ekspor Luar Negeri (12,70%), Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (5,91%), Lainnya (6,56%) dan sebagai pengurang yakni Impor Luar Negeri (13,93 persen).
Sementara itu, peningkatan pertumbuhan ekonomi Jatim secara tahunan atau year on year (yoy) cukup signifikan terjadi pada sektor usaha Informasi dan Komunikasi sebesar 10,39%.
Kondisi ini terutama didorong adanya pemberlakuan Work From Home (WFH) dan School From Home (SFH). "Sehingga meningkatkan trafik data provider seluler serta meningkatnya penggunaan aplikasi rapat virtual seperti Zoom Meeting, seminar daring atau webinar," ujar Agus.
Struktur perekonomian Jatim menurut lapangan usaha triwulan II 2020 didominasi tiga lapangan usaha. Yakni Industri Pengolahan dengan kontribusi sebesar 30,05%, Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor sebesar 17,40%, serta Pertanian, Kehutanan dan Perikanan sebesar 14,11%.
Jika dilihat dari penciptaan sumber pertumbuhan, sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan memiliki sumber pertumbuhan tertinggi sebesar 0,80%. Diikuti Informasi dan Komunikasi sebesar 0,62%, dan Jasa Pendidikan sebesar 0,09%.
Kontraksi terendah pada Ekspor Luar Negeri 0,27%. Disusul Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 1,06%, Pengeluaran Konsumsi Lembaga Non-Profit yang Melayani Rumah Tangga (LNPRT) 3,45%,Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga 4,79%, Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) 7,55% dan Impor Luar Negeri 18,70%. (BACA JUGA: Semester I 2020, Realisasi Investasi Jawa Timur Tembus Rp51 Triliun )
Terkontraksinya semua komponen dipengaruhi oleh pandemi COVID-19 yang menyebabkan adanya kebijakan pemerintah dengan memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Sehingga membatasi ruang gerak masyarakat maupun perusahaan dalam beraktivitas. (BACA JUGA: Khofifah Dorong Pelaku Bisnis Mamin Garap Pasar Ekspor )
"Hal itu berdampak pada penurunan pendapatan masyarakat," kata Kepala Bidang Nerwilis Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim Khaerul Agus dalam rilisnya, Kamis (6/8/2020). (BACA JUGA: Kasus Fetish Kain Jarik, FIB Unair Rekomendasi Sanksi ke Gilang )
Data BPS Jatim juga menyebutkan, pengeluaran pemerintah terkontraksi hampir disemua pos anggaran. Seperti belanja pegawai, barang, modal dan sosial baik pada anggaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) maupun Anggarapan Pendapatan dan Belanja Nasional (APBN).
Ekspor migas unggulan Jatim seperti lemak dan minyak hewan, tembakau, produk kimia, bahan kimia organik, kertas kanton, migas serta ekspor jasa mengalami kontraksi.
Di sisi lain, struktur Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) Jatim menurut pengeluaran atas dasar harga berlaku triwulan II 2020 tidak menunjukkan perubahan berarti.
Aktivitas permintaan akhir masih didominasi oleh Komponen Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga yang mencapai separuh lebih PDRB Jatim, yakni 61,02%.
Komponen lain yang memiliki peranan besar terhadap PDRB Jatim berturut-turut adalah PMTB (27,74%), Ekspor Luar Negeri (12,70%), Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (5,91%), Lainnya (6,56%) dan sebagai pengurang yakni Impor Luar Negeri (13,93 persen).
Sementara itu, peningkatan pertumbuhan ekonomi Jatim secara tahunan atau year on year (yoy) cukup signifikan terjadi pada sektor usaha Informasi dan Komunikasi sebesar 10,39%.
Kondisi ini terutama didorong adanya pemberlakuan Work From Home (WFH) dan School From Home (SFH). "Sehingga meningkatkan trafik data provider seluler serta meningkatnya penggunaan aplikasi rapat virtual seperti Zoom Meeting, seminar daring atau webinar," ujar Agus.
Struktur perekonomian Jatim menurut lapangan usaha triwulan II 2020 didominasi tiga lapangan usaha. Yakni Industri Pengolahan dengan kontribusi sebesar 30,05%, Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor sebesar 17,40%, serta Pertanian, Kehutanan dan Perikanan sebesar 14,11%.
Jika dilihat dari penciptaan sumber pertumbuhan, sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan memiliki sumber pertumbuhan tertinggi sebesar 0,80%. Diikuti Informasi dan Komunikasi sebesar 0,62%, dan Jasa Pendidikan sebesar 0,09%.
(awd)