Khofifah Dorong Pelaku Bisnis Mamin Garap Pasar Ekspor
loading...
A
A
A
SURABAYA - Gubernur Jawa Timur (Jatim) Khofifah Indar Parawansa, mendorong pelaku usaha industri olahan makanan dan minuman (mamin) untuk dapat meningkatkan ekspor ke luar negeri. Pasalnya, pasar mamin di luar negeri masih terbuka lebar.
Menurut Khofifah, selama ini, produk olahan mamin di Jatim menyumbang Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tertinggi. Bahkan di saat pandemi COVID-19 tetap tertinggi. Untuk itu, kata dia, pasar ekspor yang masih cukup besar diyakininya dapat dimanfaatkan dengan baik oleh industri mamin di Jatim.
"Industri olahan makanan ini punya market yang cukup kuat. Bahkan dibanding year on year tahun lalu sampai Juni ini, ternyata ada peningkatan pasar,” katanya, Rabu (5/8/2020).
(Baca juga: Pulihkan Ekonomi, Khofifah Ajak UMKM Ajukan Kredit ke Bank Jatim dan Bank UMKM )
Orang nomor satu di Jatim itu optimistis, industri olahan makanan dan minuman mampu memperkuat pergerakan ekonomi Jatim. Untuk itu, dia mengimbau masyarakat agar tetap mengkonsumsi produk olahan makanan lokal.
"Masyarakat jangan ragu belanja produk lokal. Produk lokal kualitasnya tidak kalah dengan internasional," ujarnya. (Baca juga: Semester I 2020, Realisasi Investasi Jawa Timur Tembus Rp51 Triliun )
Sementara itu, Ketua Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman (Gapmmi) Jatim, Yapto Willy Sinatra mengatakan, kinerja industri mamin di Jatim secara umum di semester I 2020 turun 50%. Penurunan ini akibat adanya pembatasan sosial, penurunan daya beli masyarakat yang berakibat pada menurunnya produktivitas di pabrik.
"Industri mamin di Jatim sekarang ini kontribusinya juga berkurang. Dulunya bisa 30 persen terhadap nasional sekarang tinggal 25 persen. Ini karena investasi industri banyak yang masuk di daerah lain seperti Jawa Tengah," kata Yapto.
Menurut Khofifah, selama ini, produk olahan mamin di Jatim menyumbang Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tertinggi. Bahkan di saat pandemi COVID-19 tetap tertinggi. Untuk itu, kata dia, pasar ekspor yang masih cukup besar diyakininya dapat dimanfaatkan dengan baik oleh industri mamin di Jatim.
"Industri olahan makanan ini punya market yang cukup kuat. Bahkan dibanding year on year tahun lalu sampai Juni ini, ternyata ada peningkatan pasar,” katanya, Rabu (5/8/2020).
(Baca juga: Pulihkan Ekonomi, Khofifah Ajak UMKM Ajukan Kredit ke Bank Jatim dan Bank UMKM )
Orang nomor satu di Jatim itu optimistis, industri olahan makanan dan minuman mampu memperkuat pergerakan ekonomi Jatim. Untuk itu, dia mengimbau masyarakat agar tetap mengkonsumsi produk olahan makanan lokal.
"Masyarakat jangan ragu belanja produk lokal. Produk lokal kualitasnya tidak kalah dengan internasional," ujarnya. (Baca juga: Semester I 2020, Realisasi Investasi Jawa Timur Tembus Rp51 Triliun )
Sementara itu, Ketua Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman (Gapmmi) Jatim, Yapto Willy Sinatra mengatakan, kinerja industri mamin di Jatim secara umum di semester I 2020 turun 50%. Penurunan ini akibat adanya pembatasan sosial, penurunan daya beli masyarakat yang berakibat pada menurunnya produktivitas di pabrik.
"Industri mamin di Jatim sekarang ini kontribusinya juga berkurang. Dulunya bisa 30 persen terhadap nasional sekarang tinggal 25 persen. Ini karena investasi industri banyak yang masuk di daerah lain seperti Jawa Tengah," kata Yapto.
(msd)