Sejarah dan Asal-usul Nama Asahan, Berawal dari Perjalanan Sultan Iskandar Muda ke Johor dan Malaka
loading...
A
A
A
JAKARTA - Sejarah dan asal-usul nama Asahan menarik diketahui. Asahan merupakan Kabupaten yang terletak di Provinsi Sumatera Utara .
Kabupaten Asahan memiliki beragam potensi sumber daya alam yang indah dan bentang alam luas. Wilayah ini terdiri dari area perbukitan dan sebagian terdapat area pesisir yang langsung berbatasan dengan laut.
Dibalik keindahannya, Kabupaten Asahan memiliki sejarah panjang hingga berdiri saat ini. Lantas, bagaimana awal mula berdirinya Kabupaten Asahan? Berikut ulasannya.
Dikutip dari laman resmi Pemerintah Kabupaten Asahan, sejarah Asahan diawali dari perjalanan Sultan Aceh yakni Sultan Iskandar Muda ke wilayah Johor dan Malaka pada tahun 1612.
Dalam perjalanan tersebut, rombongan Sultan Iskandar Muda berhenti istirahat di suatu daerah di hulu sungai, yang selanjutnya dinamai Asahan.
Mereka kemudian melanjutkan perjalanan ke suatu tanjung, tempat sungai Asahan dan sungai Silau bertemu. Di sana mereka bertemu dengan Raja Simargolang.
Di lokasi ini, Sultan Iskandar Muda mendirikan sebuah pelataran yang digunakan sebagai balai untuk berbagai keperluan. Hingga akhirnya tempat tersebut berkembang menjadi sebuah perkampungan.
Wilayah ini berkembang dengan cepat sebagai pusat pertemuan perdagangan antara Aceh dan Malaka. Saat ini wilayah tersebut dikenal dengan sebutan "Tanjung Balai."
Dari pernikahan Sultan Iskandar Muda dengan seorang puteri Raja Simargolang, lahir seorang putra yang diberi nama Abdul Jalil. Dia menjadi pendiri Kesultanan Asahan dengan gelar Sultan Asahan I.
Pemerintahan kesultanan Asahan dimulai pada tahun 1630. Hal itu berlangsung sejak Sultan Asahan I dilantik hingga Sultan Asahan XI.
Pemerintahan di daerah Asahan juga dijalankan oleh datuk-datuk di Wilayah Batu Bara. Ada kemungkinan adanya kerajaan-kerajaan kecil lainnya.
Pada 22 September 1865, Belanda berhasil mengambil alih Kesultanan Asahan. Hal ini membuat kesultanan dipegang oleh Belanda.
Kekuasaan pemerintahan Belanda di Asahan/Tanjung Balai dijalankan oleh seorang Kontroler, yang diperkuat melalui Gouverments Besluit pada 30 September 1867.
Kerajaan Sultan Asahan dan pemerintahan Datuk-Datuk di wilayah Batu Bara tetap diakui oleh Belanda, namun tidak berkuasa penuh sebagaimana sebelumnya.
Pada 13 Maret 1942, pemerintahan Belanda berhasil ditundukkan oleh Jepang. Setelah itu, Pemerintahan Fasisme Jepang menggantikan Pemerintahan Belanda.
Wilayah tersebut dibagi menjadi beberapa distrik, seperti Tanjung Balai, Kisaran, Bandar Pulau, Pulau Rakyat, dan Sei Kepayang. Pemerintahan Fasisme Jepang berakhir pada 14 Agustus 1945, hingga pada 17 Agustus 1945, Kemerdekaan Negara Republik Indonesia diumumkan.
Sesuai dengan perkembangan tata negara Republik Indonesia, pada September 1945, berdasarkan UU Nomor 1 Tahun 1945, Komite Nasional Indonesia Wilayah Asahan dibentuk.
Pada saat itu, pemerintahan Jepang sudah tidak ada lagi, tetapi pemerintahan kesultanan dan pemerintahan Fuku Bunsyu di Batu Bara masih berjalan.
Pada tanggal 15 Maret 1946, struktur pemerintahan Republik Indonesia diterapkan di Asahan. Wilayah Asahan dipimpin oleh Abdullah Eteng sebagai kepala wilayah dan Sori Harahap sebagai wakil kepala wilayah.
Demikian ulasan mengenai sejarah dan asal usul Asahan. Semoga informasi ini dapat menambah wawasan para pembaca.
Kabupaten Asahan memiliki beragam potensi sumber daya alam yang indah dan bentang alam luas. Wilayah ini terdiri dari area perbukitan dan sebagian terdapat area pesisir yang langsung berbatasan dengan laut.
Dibalik keindahannya, Kabupaten Asahan memiliki sejarah panjang hingga berdiri saat ini. Lantas, bagaimana awal mula berdirinya Kabupaten Asahan? Berikut ulasannya.
Sejarah dan Asal-usul Nama Asahan
Dikutip dari laman resmi Pemerintah Kabupaten Asahan, sejarah Asahan diawali dari perjalanan Sultan Aceh yakni Sultan Iskandar Muda ke wilayah Johor dan Malaka pada tahun 1612.
Dalam perjalanan tersebut, rombongan Sultan Iskandar Muda berhenti istirahat di suatu daerah di hulu sungai, yang selanjutnya dinamai Asahan.
Mereka kemudian melanjutkan perjalanan ke suatu tanjung, tempat sungai Asahan dan sungai Silau bertemu. Di sana mereka bertemu dengan Raja Simargolang.
Di lokasi ini, Sultan Iskandar Muda mendirikan sebuah pelataran yang digunakan sebagai balai untuk berbagai keperluan. Hingga akhirnya tempat tersebut berkembang menjadi sebuah perkampungan.
Wilayah ini berkembang dengan cepat sebagai pusat pertemuan perdagangan antara Aceh dan Malaka. Saat ini wilayah tersebut dikenal dengan sebutan "Tanjung Balai."
Dari pernikahan Sultan Iskandar Muda dengan seorang puteri Raja Simargolang, lahir seorang putra yang diberi nama Abdul Jalil. Dia menjadi pendiri Kesultanan Asahan dengan gelar Sultan Asahan I.
Pemerintahan kesultanan Asahan dimulai pada tahun 1630. Hal itu berlangsung sejak Sultan Asahan I dilantik hingga Sultan Asahan XI.
Pemerintahan di daerah Asahan juga dijalankan oleh datuk-datuk di Wilayah Batu Bara. Ada kemungkinan adanya kerajaan-kerajaan kecil lainnya.
Pada 22 September 1865, Belanda berhasil mengambil alih Kesultanan Asahan. Hal ini membuat kesultanan dipegang oleh Belanda.
Kekuasaan pemerintahan Belanda di Asahan/Tanjung Balai dijalankan oleh seorang Kontroler, yang diperkuat melalui Gouverments Besluit pada 30 September 1867.
Kerajaan Sultan Asahan dan pemerintahan Datuk-Datuk di wilayah Batu Bara tetap diakui oleh Belanda, namun tidak berkuasa penuh sebagaimana sebelumnya.
Pada 13 Maret 1942, pemerintahan Belanda berhasil ditundukkan oleh Jepang. Setelah itu, Pemerintahan Fasisme Jepang menggantikan Pemerintahan Belanda.
Wilayah tersebut dibagi menjadi beberapa distrik, seperti Tanjung Balai, Kisaran, Bandar Pulau, Pulau Rakyat, dan Sei Kepayang. Pemerintahan Fasisme Jepang berakhir pada 14 Agustus 1945, hingga pada 17 Agustus 1945, Kemerdekaan Negara Republik Indonesia diumumkan.
Sesuai dengan perkembangan tata negara Republik Indonesia, pada September 1945, berdasarkan UU Nomor 1 Tahun 1945, Komite Nasional Indonesia Wilayah Asahan dibentuk.
Pada saat itu, pemerintahan Jepang sudah tidak ada lagi, tetapi pemerintahan kesultanan dan pemerintahan Fuku Bunsyu di Batu Bara masih berjalan.
Pada tanggal 15 Maret 1946, struktur pemerintahan Republik Indonesia diterapkan di Asahan. Wilayah Asahan dipimpin oleh Abdullah Eteng sebagai kepala wilayah dan Sori Harahap sebagai wakil kepala wilayah.
Demikian ulasan mengenai sejarah dan asal usul Asahan. Semoga informasi ini dapat menambah wawasan para pembaca.
(okt)