Legenda dan Asal-usul Gunung Rinjani, Tempat yang Dipercayai sebagai Wilayah Bangsa Jin

Jum'at, 22 September 2023 - 11:47 WIB
loading...
Legenda dan Asal-usul Gunung Rinjani, Tempat yang Dipercayai sebagai Wilayah Bangsa Jin
Gunung Rinjani memiliki legenda dan asal-usulnya yang menarik untuk diketahui. Foto/Instagram @btn_gn_rinjani
A A A
JAKARTA - Gunung Rinjani memiliki legenda dan asal-usulnya yang menarik untuk diketahui. Sebagai salah satu gunung tertinggi di Indonesia, Gunung Rinjani masih dalam rangkaian lingkaran api dengan tinggi sekitar 3,7 km di atas permukaan laut.

Menurut kepercayaan beberapa masyarakat Lombok, Suku Sasak, dan Bali, Gunung Rinjani masih dianggap sebagai tempat suci yang dihuni oleh para dewa. Tak heran bila cukup banyak legenda yang menghiasi gunung tersebut.

Untuk mengetahuinya lebih lanjut, berikut legenda dan asal-usul Gunung Rinjani.

Asal-usul Nama Gunung Rinjani


Dilansir dari laman Badan Bahasa Kemdikbud, kata rinjani berarti tinggi dan tegak. Makna kata tersebut tampaknya sesuai dengan kondisi geografis Gunung Rinjani.



Terdapat pula pendapat yang menyebutkan bahwa Rinjani berasal dari kata Rara Anjani yang disingkat menjadi Renjani. Ini nantinya berkaitan dengan legenda gunung tersebut.

Sedangkan bagi masyarakat Sasak, Rinjani disebutkan sebagai pusat kosmos yang merupakan orientasi kosmologis masyarakat sasak pada umumnya dengan menyebutnya sebagai “daya”. Rinjani juga bisa dianggap sebagai simbol ekologis disebut sebagai pasak gumi yang menjamin keharmonisan kehidupan dalam kelestarian dan keseimbangan lingkungan.

Legenda Gunung Rinjani


Gunung Rinjani rupanya tidak hanya menyimpan satu kisah legenda saja. Salah satu legenda yang populer dan dipercayai oleh penduduk sekitar bahwa Gunung Rinjani dihuni oleh bangsa jin yang sebagian besar mereka beragama Islam.



Bangsa jin itu dipimpin oleh ratu jin yang bernama Dewi Anjani. Ratu Jin ini dipercaya bersemayam di puncak gunung.

Dalam manuskrip yang berjudul “Doyan Neda”, disebutkan jika Dewi Anjani memiliki julukan Ratu Mas Prawira. Dia memiliki sepasang burung sakti berparuh besi yang mengais-ngais gunung sehingga gunung tersebut menjadi datar dan menjadi sebuah pulau.

Dalam kisah lain disebutkan bahwa Ratu Anjani merupakan seorang putri raja yang tidak diperbolehkan menikah dengan kekasih pilihannya. Kemudian pada suatu tempat, dalam mata air bernama Mandala sang ratu menghilang.

Ratu Anjani berpindah tempat dari alam nyata ke alam gaib. Kisah ini terpampang pada pamflet yang berjudul “Cerita Rinjani”.



Versi lain menyebutkan bahwa, Dewi Anjani adalah Dewi Rinjani. Dia adalah anak Raja Datu Tuan dan Dewi Mas, raja di Lombok. Pada awalnya sang raja dan permaisuri hidup aman dan tenteram, tetapi mereka sering bersedih karena belum dikarunia anak. Sang raja kemudian memohon izin permaisuri untuk menikah lagi.

Raja Datu Tuan kemudian menikah dengan Sunggar Tutul, putri dari Patih Aur. Dengan kekuasaan Tuhan, Dewi Mas yang mulai tersingkirkan, tiba-tiba hamil. Sunggar Tutul iri melihat kehamilan Dewi Mas lantas memfitnah Dewi Mas sehingga sang permaisuri diusir dari istana.

Dewi Mas tinggal di Gili dan ditemukan oleh seorang nakhoda, kemudian nakhoda itu membawa Dewi Mas ke Bali. Setelah sampai pada waktunya Dewi Mas melahirkan anak kembar yang laki-laki bernama Raden Nuna Putra Janjak dan yang perempuan bernama Dewi Rinjani.

Saat mereka mulai tumbuh dewasa, mereka bertanya kepada ibunya siapakah ayah mereka. Dewi Mas menyampaikan bahwa ayah mereka adalah Datu Taun seorang raja di Lombok.

Raden Nuna Putra Janjak pun berangkat ke Lombok untuk menemui ayahnya. Pada awalnya mereka berperang, tetapi dengan terdengarnya bisikan gaib dari angkasa, sang raja mengetahui bahwa yang diajaknya berperang adalah anaknya sendiri.

Mereka akhirnya berdamai dan raja Datu Taun menjemput Dewi Mas ke Bali. Raden Nuna Putra Janjak pun kemudian menggantikan ayahnya menjadi raja. Sementara itu, sang ayah dan putrinya Dewi Rinjani menyepi di puncak gunung, bersemedi.

Di sini Dewi Rinjani diangkat oleh para mahluk halus menjadi ratu. Sejak saat itulah gunung itu disebut sebagai Gunung Rinjani.
(okt)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3357 seconds (0.1#10.140)