Pembangunan Ketahanan Pangan Dapat Dukungan Keuskupan Ruteng
loading...
A
A
A
MANGGARAI BARAT - Keuskupan Ruteng memberikan dukungan terhadap pembangunan ketahanan pangan yang dilaksanakan Kementrian Pertanian (Kementan). Hal ini diungkapkan saat Inspektur Jenderal (Irjen) Kementan, Jan S. Maringka menggelar "Dialog Jaga Pangan" di Desa Pota Wangka, Kabupaten Manggarai Barat, NTT.
Dialog tersebut, sebagai bagian dari langkah konkrit dalam memperkuat ketahan pangan nasional. Maringka menjelaskan, bahwa kegiatan ini merupakan bagian integral dari program Kementan, untuk mempercepat pembangunan ketahanan pangan di Indonesia.
"Tiga syarat utama untuk mencapai tujuan ini adalah ketersediaan pangan yang cukup, kemudahan akses, dan keamanan pangan. Untuk mencapai hal ini, sinergi antara pemerintah pusat dan daerah adalah kunci," ungkapnya.
Maringka menyoroti peran penting gereja dalam mendukung petani-petani di daerah ini. Ia juga menambahkan, hal ini menunjukkan pentingnya kolaborasi lintas sektor, inklusi tokoh agama, dan masyarakat dalam upaya memastikan program-program pertanian pemerintah berjalan dengan efektif dan merata.
Maringka juga menggarisbawahi pentingnya komitmen kepala daerah, dalam mengawasi penerbitan peraturan daerah terkait Lahan Pangan Pertanian Berkelanjutan (LP2B). Hal ini merupakan upaya bersama, untuk melindungi dan mendukung pengelolaan dana desa berbasis pertanian.
Selain itu, Maringka juga memgatakan, tantangan seperti ancaman kekeringan dan fenomena El Nino yang dihadapi bersama. Dalam menghadapinya, lanjut Maringka pemerintah memberikan bantuan berupa sumur pompa untuk ternak, dan mendukung pembangunan hortikultura di Kabupaten Manggarai Barat.
"Dibentuknya embung-embung di setiap desa, adalah langkah penting menuju lumbung pangan yang tangguh. Sebanyak 90 embung dengan anggaran mencapai Rp9 miliar akan dibangun di NTT. Embung-embung ini akan menjadi sumber pengairan vital untuk pertanian dan peternakan," ungkapnya.
Selama acara, Maringka turut serta dalam penanaman mangga secara simbolis, dan memberikan bantuan berupa pupuk, benih kelapa, jagung, dan sorgum kepada masyarakat setempat.
"Inisiatif ini adalah contoh nyata bagaimana pemerintah bekerjasama dengan berbagai pihak, termasuk gereja dan komunitas lokal, untuk memperkuat ketahanan pangan nasional. Langkah-langkah seperti ini memastikan bahwa Indonesia dapat menghadapi tantangan ketahanan pangan dengan lebih tangguh di masa depan," tegasnya.
Dialog tersebut, sebagai bagian dari langkah konkrit dalam memperkuat ketahan pangan nasional. Maringka menjelaskan, bahwa kegiatan ini merupakan bagian integral dari program Kementan, untuk mempercepat pembangunan ketahanan pangan di Indonesia.
"Tiga syarat utama untuk mencapai tujuan ini adalah ketersediaan pangan yang cukup, kemudahan akses, dan keamanan pangan. Untuk mencapai hal ini, sinergi antara pemerintah pusat dan daerah adalah kunci," ungkapnya.
Maringka menyoroti peran penting gereja dalam mendukung petani-petani di daerah ini. Ia juga menambahkan, hal ini menunjukkan pentingnya kolaborasi lintas sektor, inklusi tokoh agama, dan masyarakat dalam upaya memastikan program-program pertanian pemerintah berjalan dengan efektif dan merata.
Maringka juga menggarisbawahi pentingnya komitmen kepala daerah, dalam mengawasi penerbitan peraturan daerah terkait Lahan Pangan Pertanian Berkelanjutan (LP2B). Hal ini merupakan upaya bersama, untuk melindungi dan mendukung pengelolaan dana desa berbasis pertanian.
Selain itu, Maringka juga memgatakan, tantangan seperti ancaman kekeringan dan fenomena El Nino yang dihadapi bersama. Dalam menghadapinya, lanjut Maringka pemerintah memberikan bantuan berupa sumur pompa untuk ternak, dan mendukung pembangunan hortikultura di Kabupaten Manggarai Barat.
"Dibentuknya embung-embung di setiap desa, adalah langkah penting menuju lumbung pangan yang tangguh. Sebanyak 90 embung dengan anggaran mencapai Rp9 miliar akan dibangun di NTT. Embung-embung ini akan menjadi sumber pengairan vital untuk pertanian dan peternakan," ungkapnya.
Selama acara, Maringka turut serta dalam penanaman mangga secara simbolis, dan memberikan bantuan berupa pupuk, benih kelapa, jagung, dan sorgum kepada masyarakat setempat.
"Inisiatif ini adalah contoh nyata bagaimana pemerintah bekerjasama dengan berbagai pihak, termasuk gereja dan komunitas lokal, untuk memperkuat ketahanan pangan nasional. Langkah-langkah seperti ini memastikan bahwa Indonesia dapat menghadapi tantangan ketahanan pangan dengan lebih tangguh di masa depan," tegasnya.
(eyt)