Biografi Sultan Hasanuddin, Pahlawan Nasional Berjuluk Ayam Jantan dari Timur

Rabu, 30 Agustus 2023 - 09:57 WIB
loading...
Biografi Sultan Hasanuddin, Pahlawan Nasional Berjuluk Ayam Jantan dari Timur
Sultan Hasanuddin merupakan pahlawan nasional yang berani melawan penjajah dari Indonesia. Foto/Ist
A A A
JAKARTA - Nama Sultan Hasanuddin tentu sudah tidak asing bagi sebagian masyarakat Tanah Air. Sosok pahlawan nasional Indonesia ini telah banyak diketahui kisah dan perjuangannya melalui berbagai buku dan literatur lain.

Berasal dari Makassar, Sultan Hasanuddin juga diketahui sebagai Raja Gowa ke-16. Bersama pejuang lainnya, dia turut melakukan perlawanan terhadap penjajah yang berniat menguasai Nusantara.

Kegigihan Sultan Hasanuddin dalam perjuangannya melawan Belanda memberikan julukan yang sangat ikonik sampai sekarang. Dia diberikan sebutan De Haantjes van Het Oosten atau Ayam Jantan dari Timur.

Lantas, seperti apa sosok Sultan Hasanuddin ini? Untuk mengenalnya lebih jauh, simak ulasan biografi Sultan Hasanuddin berikut ini.

Latar Belakang Sultan Hasanuddin


Sultan Hasanuddin lahir pada 12 Januari 1631. Dia memiliki nama lahir Muhammad Bakir I Mallombasi Daeng Mattawang Karaeng Bonto Mangape.

Dari latar belakang keluarganya, Hasanuddin merupakan putra dari Raja Gowa ke-15, yakni Sultan Malik as-Said. Ibunya bernama I Sabbe To’mo Lakuntu.



Memiliki riwayat keluarga kerajaan Gowa, Sultan Hasanuddin juga diketahui sebagai cucu Sultan Alauddin (1593-1639). Dia adalah Raja Gowa yang pertama memeluk agama Islam.

Kehidupan Awal Sultan Hasanuddin


Terlahir dalam latar belakang keluarga Islam, Hasanuddin saat kecil mendapat pendidikan keagamaan di Masjid Bontoala. Selain itu, dia juga kerap mengikuti ayahnya ketika menghadiri pertemuan penting.

Ilmu dan pengalaman yang didapatnya ini membuat Hasanuddin banyak dipercaya menjadi delegasi untuk mengirimkan pesan ke kerajaan lain. Sebelum naik takhta menjadi Raja Gowa, dia sempat menjabat urusan pertahanan kerajaan.

Menjadi Raja Gowa


Melihat riwayatnya, ada dua versi populer terkait penobatan Sultan Hasanuddin menjadi Raja Gowa. Pertama, saat berusia 24 tahun atau sekitar 1655 serta kala umurnya baru mencapai 22 tahun pada 1653.

Terlepas dari perbedaan versi tersebut, Sultan Hasanuddin tercatat sebagai Raja Gowa ke-16. Setelah naik tahta, dia resmi memakai nama Sultan Hasanuddin.

Perlawanan Terhadap Bangsa Barat


Sebelum Sultan Hasanuddin menjadi raja, warga Gowa telah terusik dengan kedatangan bangsa Barat yang ingin menguasai rempah-rempah di perairan Sulawesi dan Maluku. Saat resmi berkuasa, mulai terjadi perlawanan terhadap keberadaan mereka.

Mengutip laman Kemdikbud RI, Sultan Hasanuddin mengawali perlawanan dengan VOC pada tahun 1660. Melihat bahaya dari Gowa, VOC menjalin kerja sama dengan Kerajaan Bone yang sebelumnya memiliki hubungan kurang baik dengan Gowa.



Pada 24 November 1966, terjadi pergerakan besar-besaran yang dilakukan pasukan VOC di bawah pimpinan Laksamana Cornelis Janszoon Speelman. Armada laut VOC datang dari pelabuhan Batavia menuju ke Sombaopu (ibukota Gowa).

Sekitar 19 Desember 1666, VOC telah sampai di depan Sombaopu. Mereka mulai memberikan intimidasi dengan menyerukan tuntutan agar Gowa membayar kerugian yang berhubungan dengan tewasnya orang-orang Belanda.

Tak gentar oleh gertakan yang diberikan, VOC memulai serangan dan terjadilah tembak-menembak dan duel meriam antara kapal armada dengan benteng pertahanan kerajaan Gowa.

Terdesak oleh VOC yang dibantu Kerajaan Bone, Sultan Hasanuddin dipaksa menandatangani Perjanjian Bongaya pada 18 November 1667. Meski posisinya sudah semakin terdesak, namun api semangat juang Sultan Hasanuddin beserta para pasukannya belum padam.

Meski tak bisa mengusir bangsa Barat, Sultan Hasanuddin masih terus berjuang dan menolak bekerja sama dengan Belanda. Kegigihan tersebut bertahan sampai dia wafat pada 12 Juni 1670 di kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan.

Diangkat Jadi Pahlawan Nasional


Melihat jasa dan perjuangannya yang sangat besar, pemerintah Indonesia menetapkan Sultan Hasanuddin menjadi pahlawan nasional. Ketentuan ini tertuang dalam Surat Keputusan Presiden RI No. 087/TK/1973.

Tak hanya itu, nama Sultan Hasanuddin juga turut diabadikan menjadi nama universitas negeri (Universitas Hasanuddin), kemudian nama bandar udara di Makassar, Bandara Sultan Hasanuddin, dan lain sebagainya.

Demikian ulasan mengenai biografi Sultan Hasanuddin, pahlawan nasional Indonesia bergelar julukan Ayam Jantan dari Timur.
(okt)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2197 seconds (0.1#10.140)