Misteri Dusun Pandak, Tempat Pelarian Raden Wijaya dari Kejaran Pasukan Singasari Kediri
loading...
A
A
A
Piagam itu menceriterakan, rasa terima kasih raja Kertarajasa kepada ketua Dusun Kudadu yang pernah menerimanya dengan ramah tamah waktu ia singgah di dusun tersebut dalam perjalanannya ke Madura.
Ia serta pengikutnya sangat lapar, lelah, dan sedih ketika sampai di dusun Kudadu. la merasa tertimpa bahaya yang sangat besar. Ketua desa Kudadu menerimanya dengan ramah, memberinya minum dan makan.
Tak hanya itu, pengikutnya juga disediakan tempat sembunyi agar tidak diketahui oleh musuh yang mencarinya.Kemudian ia diantar sampai Rembang untuk melanjutkan perjalanannya ke Madura.
Sebagai tanda terima kasih atas sambutan yang ramah itu, sang raja mengeluarkan piagam yang menyatakan bahwa seluruh tanah Kudadu diberikan kepada ketua desa dan status merdeka, bebas dari segala pajak dan diwarisi anak keturunannya untuk selamanya.
Pada Piagam Gunung Butak atau piagam Kudadu yang pernah dikeluarkan Raden Wijaya pada dasarnya, sama tepat dengan apa yang terbaca dalam Kidung Panji Wijayakrama pupuh I/106-115. Hal berbeda ialah nama dusunnya saja.
Kidung Panji Wijayakarma menyebut dusun Pandak, sedangkan piagam Gunung Butak me- nyebut dusun Kudadu. Nama Rembang tidak terdapat dalam Panji Wijayakrama.
Pada naskah Panji Wijayakrama menyebut Datar. Karena piagam itu dikeluarkan oleh sang raja atas dasar pengalamannya sendiri, sudah pasti bahwa piagam itu ditulis dengan sangat teliti.
Demikianlah, dusun yang bernama Pandak dalam Panji Wijayakrama itu sama dengan dusun Kudadu dalam piagam Gunung Butak. Dengan kata lain, dusun Kudadu itu kemudian bernama Dusun Pandak.
Ia serta pengikutnya sangat lapar, lelah, dan sedih ketika sampai di dusun Kudadu. la merasa tertimpa bahaya yang sangat besar. Ketua desa Kudadu menerimanya dengan ramah, memberinya minum dan makan.
Tak hanya itu, pengikutnya juga disediakan tempat sembunyi agar tidak diketahui oleh musuh yang mencarinya.Kemudian ia diantar sampai Rembang untuk melanjutkan perjalanannya ke Madura.
Sebagai tanda terima kasih atas sambutan yang ramah itu, sang raja mengeluarkan piagam yang menyatakan bahwa seluruh tanah Kudadu diberikan kepada ketua desa dan status merdeka, bebas dari segala pajak dan diwarisi anak keturunannya untuk selamanya.
Pada Piagam Gunung Butak atau piagam Kudadu yang pernah dikeluarkan Raden Wijaya pada dasarnya, sama tepat dengan apa yang terbaca dalam Kidung Panji Wijayakrama pupuh I/106-115. Hal berbeda ialah nama dusunnya saja.
Kidung Panji Wijayakarma menyebut dusun Pandak, sedangkan piagam Gunung Butak me- nyebut dusun Kudadu. Nama Rembang tidak terdapat dalam Panji Wijayakrama.
Pada naskah Panji Wijayakrama menyebut Datar. Karena piagam itu dikeluarkan oleh sang raja atas dasar pengalamannya sendiri, sudah pasti bahwa piagam itu ditulis dengan sangat teliti.
Demikianlah, dusun yang bernama Pandak dalam Panji Wijayakrama itu sama dengan dusun Kudadu dalam piagam Gunung Butak. Dengan kata lain, dusun Kudadu itu kemudian bernama Dusun Pandak.