Kisah Nyi Ageng Serang, Panglima Perang Keturunan Sunan Kalijaga yang Ditakuti
loading...
A
A
A
Karena usianya sudah lanjut, pemimpin pertahanan Serang di serahkan kepada nyi Ageng Serang bersama putranya laki-laki.
Walaupun diserang dengan mendadak dan dengan jumlah dan kekuatan tentara besar, pasukan Serang tetap berjuang dengan gigih dan melakukan perlawanan mati-matian.
Dalam suatu pertempuran yang sangat sengit putra Penembahan Natapraja, saudara laki-laki nyi Ageng Serang, gugur. Pimpinan dipegang langsung sendiri oleh Nyi Ageng Serang dan berjuang terus dengan gagah berani.
Namun demikian, karena jumlah dan kekuatan musuh memang jauh lebih besar, sedangkan rekan seperjuangannya yaitu Pangeran Mangkubumi tidak membantu lagi karena mengadakan perdamaian dengan Belanda berdasarkan perjanjian Giyanti.
Maka akhirnya pasukan Serang terdesak, dan banyak yang gugur sehingga tidak mungkin melanjutkan perlawan lagi. Walaupun Nyi Ageng Serang tidak mau menyerahkan diri, akhirnya tertangkap juga dan menjadi tawanan Belanda.
Panembahan Natapraja sudah makin lanjut usia dan menderita batin yang mendalam dengan terjadinya peristiwa-peristiwa tersebut. Akhirnya beliau jatuh sakit dan wafat.
Selama Nyi Ageng Serang dalam tahanan Belanda, terjadi perubahan-perubahan pending di Yogyakarta. Pangeran Mangkubumi yang bergelar Sultan Hamengkubuwono I telah diganti Sultan Hamengkubuwono II.
Bertepatan dengan Upacara Penobatan Sultan Hamengkubuwono II itu, Nyi Ageng Serang dibebaskan dari tahanan Belanda dan bahkan diantarkan ke Yogyakarta untuk diserahkan kepada Sri Sultan.
Entah apa latar belakang yang sesungguhnya sehingga hal itu terjadi. Yang dapat diketahui dengan jelas ialah bahwa kedatangan Nyi Ageng Serang di Yogyakarta disambut secara besar-besaran dengan tata cara penghormatan yang tinggi sesuai adat keraton.
Walaupun diserang dengan mendadak dan dengan jumlah dan kekuatan tentara besar, pasukan Serang tetap berjuang dengan gigih dan melakukan perlawanan mati-matian.
Dalam suatu pertempuran yang sangat sengit putra Penembahan Natapraja, saudara laki-laki nyi Ageng Serang, gugur. Pimpinan dipegang langsung sendiri oleh Nyi Ageng Serang dan berjuang terus dengan gagah berani.
Namun demikian, karena jumlah dan kekuatan musuh memang jauh lebih besar, sedangkan rekan seperjuangannya yaitu Pangeran Mangkubumi tidak membantu lagi karena mengadakan perdamaian dengan Belanda berdasarkan perjanjian Giyanti.
Maka akhirnya pasukan Serang terdesak, dan banyak yang gugur sehingga tidak mungkin melanjutkan perlawan lagi. Walaupun Nyi Ageng Serang tidak mau menyerahkan diri, akhirnya tertangkap juga dan menjadi tawanan Belanda.
Panembahan Natapraja sudah makin lanjut usia dan menderita batin yang mendalam dengan terjadinya peristiwa-peristiwa tersebut. Akhirnya beliau jatuh sakit dan wafat.
Selama Nyi Ageng Serang dalam tahanan Belanda, terjadi perubahan-perubahan pending di Yogyakarta. Pangeran Mangkubumi yang bergelar Sultan Hamengkubuwono I telah diganti Sultan Hamengkubuwono II.
Bertepatan dengan Upacara Penobatan Sultan Hamengkubuwono II itu, Nyi Ageng Serang dibebaskan dari tahanan Belanda dan bahkan diantarkan ke Yogyakarta untuk diserahkan kepada Sri Sultan.
Entah apa latar belakang yang sesungguhnya sehingga hal itu terjadi. Yang dapat diketahui dengan jelas ialah bahwa kedatangan Nyi Ageng Serang di Yogyakarta disambut secara besar-besaran dengan tata cara penghormatan yang tinggi sesuai adat keraton.